[Sinopsis J-Drama SP] Itazura na Kiss Love in Okinawa

Itazura-na-Kiss2-Love-in-OkinawaKalau saja enam tahun itu, bisa bertahan sedikiiiit saja lebih lama lagi. Maka akan lain ceritanya, seperti enam tahun kisah Irie Naoki dan Aihara Irie Kotoko. #curcoooool. Konichiwa minna-san, Kelana kembali dengan sinopsis baru nih. Dan ehm … di blog baru juga. Selamat membaca ^_^

Sebuah pesawat tampak menajak naik. Langit biru bersih menjadi latar belakangnya. Di dalam pesawat, seorang wanita tampak tersenyum-senyum sendiri sambil membaca majalah di tangannya. Dia adalah … Kotoko.

Seorang pramugari datang mendekat. Ia hendak menawarkan minum pada para penumpang. Tapi Kotoko masih saya berada dalam imajinasinya, hingga membuat sang pramugari menegurnya berulang kali. Kotoko yang kaget pun menjatuhkan majalahnya.

“Permisi, Nyonya. Anda ingin minum? Kami memiliki kopi, teh Jepang dan jus jeruk,” ujar sang pramugari kemudian.

Kotoko tersenyum, “Kopi…,” ujarnya dalam bahasa Jepang. Tapi sebentar kemudian ia meralatnya dan meminta pesanan dalam bahasa Inggris. Pramugari tampak heran, tapi menuruti permintaan penumpang itu. Dia lalu beranjak pergi setelah memberikan kopi. Setelahnya, seorang wanita yang duduk di kursi deretan samping Kotoko tersenyum. Ia menertawakan ulah Kotoko. (si Kotoko ini emang LOL banget, hft)

Sementara di sebelah Kotoko, Naoki yang sejak tadi tertidur rupanya terbangun. Ia menegur Kotoko lantaran menggunakan bahasa Inggris, padahal mereka hanya pergi ke Okinawa, bukan luar negeri.

“Karena ini adalah pertama kalinya aku terbang. Ketika di bandara. Attention, please! Coffee or tea?” elak Kotoko tidak mau kalah. (inget drama Attention, please! Itu dia)

Naoki hanya bisa mendengus kesal dengan sikap Kotoko ini, “Kau terlalu terbawa suasana.”

“Tentu saja. Ini adalah bulan madu kita!” Kotoko dengan gembira mengeluarkan kameranya dan mengambil gambar Naoki. Dan Naoki masih seperti biasanya, tanpa ekspresi. Ya, kita sedang berbulan madu… ke Okinawa! Dan duduk di sampingku… Aku telah bermimpi memilikinya untuk waktu yang lama… Irie-kun! Tidak cukup satu foto, Kotoko kembali mengambil fotonya dan Naoki. Setelahnya, Kotoko kembali tersenyum-senyum sendiri, sambil melihat beberapa koleksi fotonya bersama Naoki dalam … gaun pengantin.

Merasa aneh dengan ulang Kotoko yang terus memandangi foto pernikahan mereka dan menggumamkan soal bulan madu, Naoki akhirnya memutuskan kembali tidur.

“Apakah Anda sedang berbulan madu?” tanya wanita yang tadi menertawakan Kotoko, yang diiyakan oleh Kotoko. Wanita itu juga mengaku kalau ia juga hendak berbulan madu bersama pasangannya.

“Oh, apakah suami Anda tertidur?” tanya wanita itu masih saja kepo. “Kasian sekali, ini adalah bulan madu yg telah lama Anda tunggu-tunggu,” wanita itu kembali tertawa mengejek.

“Aku tidak akan pernah tertidur dan meninggalkan Mari,” ujar si pria yang ternyata suami wanita tadi.

“Anda memiliki seorang suami yang manis,” puji Kotoko kemudian.

Pasangan itu lalu menceritakan jika mereka satu perusahaan. Si pria merasa jika Mari—nama wanita tadi—adalah jodohnya. Tadinya cintanya bertepuk sebelah tangan, sebelum akhirnya mereka menikah. “Dan… Anda?”

“Saya, Kotoko. Irie… “ sesaat Kotoko ragu. Tapi ia kemudian mengucapkannya lagi dengan lebih percaya diri. “Saya Kotoko Irie.”

Si wanita itu masih saja kepo. Ia bertanya apakah suami Kotoko yang melamar Kotoko. Jelas Kotoko mengelak dengan tebakan itu.

“Aku adalah orang yang mencoba mendapatkannya seperti orang gila,” Kotoko memulai ceritanya.

Flash back kisah Kotoko-Naoki sejak SMA.

Kotoko jatuh cinta pada Naoki sejak pertama kali melihat Naoki tengah memberikan sambutan pada penerimaan siswa baru. Setelah dua tahun hanya menjadi pemuja rahasia, Kotoko akhirnya memberikan diri unuk memberikan surat pada Naoki. Tapi tanpa sempat membukanya, Naoki sudah menolaknya. Sebuah insiden tidak terduga menghancurkan rumah Kotoko. Ia dan ayahnya kemudian tinggal di rumah salah seorang teman ayahnya, keluarga Irie. Di sanalah ia bertemu kembali dengan pujaannya, Irie Naoki.

Meski berangkat sekolah bersama, Naoki selalu melarang Kotoko dekat-dekat dengannya. Suatu saat, Naoki malah membacakan isi surat Kotoko di depan keluarganya. Ini membuat Kotoko malu dan kesal. Dan tangan Kotoko pun terdampar di pipi Naoki.

Di perpisahan SMA, Kotoko memantapkan diri untk melupakan perasaannya pada Naoki. Tapi Naoki mencium Kotoko, untuk pertama kalinya. Akibat ciuman pertama ini, Kotoko urung melupakan perasannya pada Naoki. Sejumlah insiden terjadi, membuat Kotoko dan Naoki perlahan lebih dekat.

Kotoko pernah menolong Irie Yuki, adik Naoki yang sakit saat orang tua mereka pergi. Naoki pun sempat memberikan ciuman kedua untuk Kotoko. Tapi kedekatan mereka kembali diuji, saat ayah Naoki mengalami serangan jantung dan perusahaan mereka diambang bangkrut. Mau tidak mau, Naoki yang harus mengambil alih perusahaan bahkan ia terlibat dalam perjodohan perusahaan rekanan kerja.

Tahu Naoki menyetujui perjodohan pernikahan, Kinosuke kembali mendekati Kotoko. Kin-chan bahkan melamar Kotoko. Tapi saat hendak menciumnya, Kotoko berkeras menolak. Saat itu Kin-chan pun sadar jika hati Kotoko hanya untuk Naoki.

Naoki dan Kotoko terjebak dalam hujan. Kotoko menceritakan kalau ia dilamar Kin-chan. Tapi Naoki tidak percaya dan dengan percaya diri mengatakan kalau hati Kotoko sejak dulu, sekarang dan seterusnya hanya untukku. Meski awalnya mengelak, Kotoko akhirnya mengakui jika ia tidak bisa beranjak dari Naoki. Dan akhirnya Naoki membatalkan perjodohan pernikahan lalu memilih Kotoko. Hari berikutnya, pesta pernikahan tidak terduga pun terjadi. Nyonya Irie telah mempersiapkan semuanya.

“Jadi, cinta satu sisi selama 6 tahun akhirnya berakhir dengan pernikahan kami dan di sinilah kita sekarang,” ujar Kotoko tersipu-sipu mengakhiri ceritanya.

Suami si wanita tadi memuji Kotoko sebagai wanita yang sabar dan akhirnya berhasil memenangkan hati suaminya.

“Jadi Anda mendorongnya ke dalam tempat tidur?” tanya si wanita kepo. Kotoko kaget ditanya seperti itu. Ia pun salting mengelaknya, “Tidak mungkin! Kami belum melakukan sejauh itu… sejauh itu…” setelahnya ia bergumam sendiri. “Dia pergi tidur dulu tadi malam, mengatakan ia lelah…”

“Tunggu, jadi maksudmu… “ si wanita tadi semakin tertarik. Ia mulai menertawakn Kotoko. “Anda bercanda! Anda belum pernah tidur dengannya? Saya belum pernah melihat pasangan seperti kalian sebelumnya. Tapi… apakah Anda tidak cemas? Saya akan kecewa jika pasangan saya tidak menginginkanku sebagai seorang wanita. Aku akan berpikir bahwa aku tidak menarik bagi pasanganku. Apakah kalian baik-baik saja? Semoga tidak berakhir menjadi perceraian di Narita. Ups, bukan Narita. Tapi Haneda. Saya salah!” ujar wanita tadi masih sambil tertawa.

Kotoko melirik ke arah Naoki, tersenyum kecut, “Narita… perceraian…?” Kotoko pun bergumam sendiri. “Na… Narita perceraian…!? Berani-beraninya dia mengatakan itu padaku pada hari pertama bulan madu kami ?!”

Naoki dan Kotoko sudah turun dari pesawat. Di bandara, Kotoko sibuk mencari kata matanya. Ia membongkar-bongkar tas jinjingnya, tapi tidak juga menemukan benda itu. Naoki menyindir apa perlu Kotoko memakai kaca mata (hitam) padahal dirinya rabun senja.

“Orang dengan rabun senja merasa silau,” elak Kotoko. Naoki memberi saran agar mereka mencarinya lagi saat di hotel nanti. Tapi Kotoko berkeras menemukannya. Ia ingin segera memakainya saat itu juga. Kotoko lalu menurunkan kopernya dan berniat membuka benda berwarna kuning cerah itu. Tapi benda itu tidak juga mau terbuka.

“Kamu tidak berencana merusaknya kan?” tanya Naoki. Tapi Kotoko tidak peduli. Ia tetap memaksa membuka koper itu yang akhirnya terbuka. “Kau memakai itu?” tanya Naoki heran melihat pakain renang berwarna mencolok di koper Kotoko.

Kotoko heran dengan baju itu. Ia tidak merasa memiliki pakaian renang seperti itu, “Tidak! Aku tidak pernah memakai baju renang seperti ini! Aku heran siapa yang akan memakai baju renang mencolok ini.”

Tiba-tiba sebuah suara terdengar, “Oh! Itu adalah milikku!” seru seorang wanita yang tadi duduk di samping Kotoko ketika di pesawat.

Ternyata koper milik Kotoko dan wanita di pesawat tadi sama. Bahkan sama persis. Hingga Kotoko yang ceroboh tidak memeriksa labelnya dan mengambil koper yang keliru.

Kedua pasangan yang hendak bulan madu ini keluar dari bandara bersama. Dan seperti dugaan, si wanita tadi langsung tersihir pesona Naoki. Ia bahkan mengabaikan suaminya sendiri dan malah mendekati Naoki.

“Saya Mari Horiuchi,” ujar wanita itu, genit pada Naoki. (sekarang resmi dipanggil Mari ya)

“Saya Naoki Irie. Senang bertemu Anda,” ujar Naoki, tetap cool dan acuh seperti biasa.

“Saya, saya Kotoko Irie,” tapi ia diabaikan oleh Mari.

“Aku akhirnya melihat wajah suamimu! Dia terlihat sangat keren !! Aku sekarang mengerti mengapa cintamu tidak berbalas selama 6 tahun… “ sindir Mari pada Kotoko.

Kedua pasangan ini tiba di hotel. Dan kebetulan, mereka pun tinggal di hotel yang sama. Sementara Kotoko dan suami Mari memeriksa bookingan kamar, Mari malah sibuk menggoda Naoki.

Kotoko cuma bisa mengeluh kesal karena nasib sialnya ini, “Mengapa di dunia ini kita harus tinggal di hotel yang sama dengan perempuan ini?!” Mari yang masih meng-gelendot di lengan Naoki kemudian mengusulkan mereka untuk makan bersama-sama. Ia masih ingin terus bersama Naoki. Tapi Kotoko dengan tegas memperjuangkan perhatiannya atas Naoki, “Irie-kun! Ayo kita pergi ke kamar!” Kotoko menarik Naoki. (bahkan setelah menikah Kotoko masih memanggil Naoki dengan Irie-kun)

Kotoko berjalan bersama Naoki menjauh dari pasangan Mari dan suaminya. Tapi karena tidak hati-hati, Kotoko menabrak seseorang.

“Maafkan aku! Apakah Anda baik-baik saja? Apakah ada yang terluka?” Kotoko tampak merasa bersalah.

“Saya baik-baik saja,” ujar orang itu dalam bahasa Jepang.

Setelah melihat wajah orang yang ditabraknya, Kotoko menyadari sesuatu. Ia mengenal mereka, “Go… Mi Nam? Apakah Anda Go Mi Nam dari A. N. JELL? Kang Shin Woo, Jeremy ?!” tanya Kotoko mulai histeris melihat dua orang lain menyusul di belakang orang tadi.

“Saya Go Mi Nam (Go Mei Nan),” ujar orang yang ditabrak Kotoko tadi memperkenalkan diri dalam bahasa Mandarin. Disusul kemudian dua pria yang ada di belakangnya memperkenalkan diri mereka juga dalam bahasa Mandarin, Kang Shin Woo. Jeremy. (huaaa … Jiro Wang-nya mana? Koq nggak ada sih)

“Ya Tuhan! Ini adalah A. N. JELL! Band Populer dari Taiwan!” kali ini Kotoko benar-benar histeris.

“Dari Taiwan?” Naoki heran. Naoki minta Kotoko untuk minta maaf.

Kotoko minta tolong Naoki untuk bertanya pada A.N Jell kenapa mereka ada di Okinawa. Tadinya Naoki menolak, tapi Kotoko memaksanya lantaran ia tidak bisa bahasa Mandarin.

Dan … Naoki pun mengambulkan permintaan istrinya ini. “Mengapa kalian di Okinawa?” tanya Naoki dalam bahasa Mandarin. (ehm, bang Furuyuki ini memang wujud Naoki hidup ya, keliatan cerdasnya. Go Mei Nan menjawabnya dalam bahasa Mandarin, kalau mereka tengah syuting video musik di Taiwan. Kemudian gantian Naoki yang menjelaskannya pada Kotoko. Kotoko kemudian mengucapkan selamat jalan pada Go Mei Nan dan yang lain.

Kotoko dan Naoki tiba di kamar hotel yang mereka pesan. Kotoko langsung berteriak girang melihat jendela kamar mereka yang menghadap pantai dengan pemandangan pantai dan pasir putih membentang. Melihat tempat tidur putih cantik di depannya, Kotoko melupakan kopernya dan langsung menghambur ke tempat tidur. Akhirnya Naoki-lah yang membereskan barang-barang mereka.

“Luar biasa! Fantastik! Pantai putih dan langit biru! Okinawa! Kita berada di Okinawa, Irie-kun! Tempat tidur yang cantik! Aku bisa berguling-guling! Hei, lihat, Irie-kun!” Kotoko kegirangan sambil berkali-kali berguling ke sana kemari di ranjang mereka.

Sementara Naoki malah memilih duduk di kursi, tidak mempedulikan Kotoko. Ia mulai membuka-buka brosur yang ada di meja.

Tiba-tiba Kotoko menyadari sesuatu. Ia pun bergumam dalam hatinya, “Tunggu. Malam ini aku akan berada di tempat tidur ini… Dengan Irie-kun. Aku akan bersatu dalam cinta dengan Irie-kun.” ujarnya sambil tersenyum-senyum mulai berimajinasi.

Kotoko lalu bangun dari tempat tidur dan duduk di sebelah Naoki, “Irie-kun. Aku akan berusaha untuk menjadi istri yang baik, jadi… Jadi, tolong jangan menyerah padaku,” ujarnya dengan wajah serius.

Naoki melirik Kotoko dengan wajah cemburu, “Kau terperangkap dengan AN JELL beberapa menit yang lalu,” sindir Naoki. Tapi sepertinya Kotoko tidak mendengarnya dengan baik. “Aku tidak berharap banyak. Hanya jadilah dirimu sendiri. Dirimu yang apa adanya.” Naoki mengelus kepala Kotoko. Tangannya turun membelai pipi Kotoko.

Kotoko memejamkan mata sembari memajukan wajahnya, bersiap dicium. Naoki pun mendekatkan wajahnya ke wajah Kotoko, tetapi … dering telepon mengganggu momen mereka. Mau tidak mau Naoki mengangkat telepon itu. Ternyata dari Mari, yang mengajak mereka bertemu di kolam renang hotel.

Naoki dan Kotoko pun memenuhi undangan itu. Kotoko datang sudah dengan pakaian renangnya. (meski usianya masih terbilang muda, tapi body Kotoko lumayan, hahaha LOL)

“Naoki, Naoki! Kotoko! Di sini! Kami memesankan kursi untuk kalian!” Mari memanggil Naoki yang dilihatnya datang bersama Kotoko.

Kotoko lagi-lagi dibuat kesal oleh Mari. Tapi dia hanya bisa bergumam dalam hatinya, “Berani-beraninya dia mengulangi namanya seperti dia yang berkencan ?!

Naoki dan Kotoko sampai di tempat Mari dan suaminya. Mari langsung menyeret Naoki untuk mengambil minuman, sementara ia meninggalkan suaminya bersama Kotoko. (lihat suaminya Mari ini, sekilas kalau dari samping mirip Giraffe a.k Kwang Soo, hahaha)

Suami Mari, Takumi hanya bisa menyesali sikap istrinya itu, “Maafkan dia, ku kira dia suka Naoki,” ujarnya pada Kotoko.

“Hey, Takumi! Apakah itu benar? Apa yang telah kamu ajarkan kepada istrimu?!” entah darimana asalnya Kotoko justru memarahi Takumi. “Jika kamu tahu apa yang sedang terjadi, cepat hentikan! Bukankah kamu suaminya?” Kotoko memanas-manasi Takumi.

“Yeah, tapi cintaku adalah cinta satu-sisi untuk waktu yang lama, aku hampir mendapatkan hatinya,” Takumi justru lemas dengan fakta satu ini, ia tidak bisa melakukan apapun.

“Mengapa kau begitu gugup ?! Kalian sudah menikah, kau lupa ?!” desak Kotoko lagi.

“Kotoko bodoh, terdengar aneh kalau kau yang mengatakan itu,” terdengar suara, entah dari mana.

Kotoko merasa aneh dan seperti mengenal suara itu. Ia mencari-cari sumber suara itu. Seorang anak berambut blonde panjang lewat sambil makan es krim, “Kurasa sepertinya aku mendengar suara yang mirip seperti Yuki,” batinnya kemudian.

Sementara itu, pelayan masih mempersiapkan minuman pesanan Mari dan Naoki. Tapi Mari terus saja menempel pada Naoki, membuat Kotoko kesal luar biasa. Dari arah lain, tiba-tiba ada bola mengenai Mari. Akibatnya pakaian Mari terkena tumpahan minuman yang dibawa seorang pelayan.

“Apakah Anda tidak apa-apa?! Aku akan mengambilkan handuk segera,” ujar si pelayan minta maaf. Sementara Mari kesal dan mulai memaki-maki. Dari tempatnya, justru Kotoko berteriak girang, “Bagus, Ms Blonde!” Sementara itu, Takumi khawatir pada istrinya itu. Ia mendekati Mari tapi malah dimarahi Mari. Mari meminta Takumi segera mencarikannya handuk.

“Maafkan saya. Itu adalah kesalahan saya,” ujar wanita blonde yang tadi membawa bola yang mengenai Mari, dalam bahasa Jepang yang … aneh.

Dari arah lain, ada anak berambut panjang yang memanggil wanita berambut blonde tadi, “Hey Mom! Ayo! Ayo kita ke pantai,” ujarnya dalam bahasa Inggris. Wanita itu pun pamit pergi, “Sandy, tunggu!”

Kotoko merasa aneh. Ia seperti mengenali mereka tapi … , “Tunggu sebentar, orang-orang itu… berasal dari luar negeri!” ekspresi Kotoko tampak konyol. Ia tidak menyadari sesuatu pun. Berbeda dengan Naoki yang sudah berwajah curiga terhadap orang-orang berambut blonde tadi. Kotoko kemudian mendekati Mari, pura-pura bersikap baik, “Apakah kamu tidak apa-apa? Ternyata aku benar tentang perasaan burukku…”

Malamnya, Mari dan Takumi mengajak Kotoko dan Naoki minum bersama. Tapi bukannya mengobrol bersama, Mari justru asyik mengobrol dengan Naoki dan terus mencecarnya dengan berbagai pertanyaan. Bahkan tentang cita-cita Naoki yang ingin menjadi dokter.

“Aku yakin Irie-kun akan segera masuk ke sekolah kedokteran! Karena bagaimanapun, dia memiliki IQ 200!” komentar Kotoko setengah mabuk.

Tapi lagi-lagi Mari mengabaikan Kotoko, “Aku mendengar kalian berdua menikah setelah Kotoko melakukan pendekatan dalam waktu yang lama,” cecarnya lagi.

Kotoko tidak memberikan kesempatan Naoki untuk menjawabnya, “Tidak sabaran… Ya, karena Irie-kun seperti orang yang tinggal di dunia lain.” Kotoko lalu menyeruput kembali cocktail-nya.

Mari tertawa mengejak, “Kalian berdua menikah, dan kamu masih memanggilnya Irie-kun. Jadi kamu masih belum dekat dengannya,” lanjut Mari. Takumi berpikir ini tidak sopan, dan mengingatkan istrinya itu. tapi Mari tidak peduli.

“Yah, aku telah menggunakan cara ini selama bertahun-tahun!” Kotoko menjawab pertanyaan itu dengan mabuk. Sambil memukul-mukul Naoki. Tapi sesaat kemudian Kotoko sudah tertidur “Padahal hanya minum segitu,” sindir Mari.

Naoki hanya bisa menghembuskan nafas berat melihat Kotoko sudah tertidur. Ia kecewa dan kesal bukan main karena Kotoko tertidur lebih cepat. (suami mana yang nggak bête coba, karena ditinggal istrinya tidur duluan, hahaha)

Naoki menggendong Kotoko di punggungnya. Mereka pun kembali ke kamar sendiri, “Kotoko, kita sudah kembali ke kamar.” Naoki merebahkan Kotoko di ranjang mereka. Ia sendiri lalu duduk di sisi ranjang, memandangi wajah Kotoko. “Hei, Kotoko. Sayang, kita sudah berada di kamar,” Naoki tersenyum tipis dan memanggil Kotoko dengan sebutan ‘sayang—dearanata’ lalu membelai wajah Kotoko.

Sementara itu, dalam tidurnya, Kotoko pun bergumam, “Irie-kun… Aku mencintaimu…”

Hari ke-2

“Ini adalah Shisa! Manisnya… Ayo kita berfoto!” Kotoko histeris di depan sebuah patung yang disebut Shisa. Ia ingin berfoto di sana bersama Naoki. Jelas Naoki tidak mau dan berpikir kalau sikap Kotoko ini berlebihan. Tapi Kotoko tidak peduli. Kotoko lalu minta tolong pada seorang pria gemuk berambut blonde yang lewat dekat mereka dan bicara dengan bahasa Inggris. Pria itu setuju membantu. (bisa ditebak lah, siapa pria ini)

Setelah menyerahkan kamera pada si pria tadi, Kotoko langsung berpose di dekat Naoki. Si pria tadi meminta agar Kotoko dan Naoki berpose lebih dekat lagi. Kotoko pun akhirnya memeluk lengan Naoki dan mulai berpose. Si pria tadi meminta mereka untuk tersenyum, lalu mengambil gambarnya. Pria tadi menyerahkan kamera pada Kotoko.

“Ayo!” seorang pria blonde lain bersama wanita blonde dan anak berambut panjang memanggil pria blonde gendut tadi.

“Oh, Bob! Maaf, oh maaf!” ujar si pria gendut. Ia pun lalu beranjak pergi.

“Sepertinya aku pernah melihat orang itu,” Kotoko tampak berpikir. Tapi lagi-lagi tebakannya tidak akurat, “Oh, di kolam renang! Mereka berada di kolam renang kemarin!”

Tadinya Naoki berpikir jika Kotoko akan mendapatkan tebakan menarik. Tapi ia akhirnya hanya menarik nafas kecewa karena lagi-lagi tebakan Kotoko sama sekali tidak tepat. (Naoki jelas sadar, jika orang-orang blonde ini adalah ayah, ibunya, adiknya Yuki dan ayah Kotoko. Ups Kelana malah ngasih tahu)

Kotoko makan siang bersama Naoki. Baru saja ia menusuk sepotong makanannya, sudah muncul gangguan. Mari dan Takumi datang bergabung. Dan Mari langsung mengambil tempat duduk di sebelah Naoki, sementara Takumi kesulitan membawakan dua piring makanannya. Kotoko yang kesal langsung memakan makanannya dengan suapan besar.

“Apa hari ini menyenangkan?” tanya Mari sok akrab.

“Kami hanya melihat pertunjukan Eisa,” balas Kotoko dengan wajah kesalnya.

Setelahnya kedua pasangan ini datang ke pertunjukkan ular. Seekor ular phyton besar berwarna kuning cerah dilingkarkan di leher keempat orang ini. Sementara Kotoko ketakutan, Naoki dengan santai memegang kepala ular itu. mereka bersiap pose untuk berfoto.

“Cheese!!!”

Dan di belakang mereka muncul empat orang lain berambut blonde, yang jelas dikenal.

Hari ke-3

“Wow! Bagaimana warna-warni ikan ini! Irie-kun, kepiting kelapa! Apakah ini rasanya enak?” Kotoko dan Naoki berjalan-jalan di semacam pusat seafood. Mereka asyik memilih-milih makanan, dan setelah memilih, mereka pun diantar oleh pelayan ke lantai atas.

Tapi baru saja tiba di lantai atas, Kotoko dan Naoki sudah disambut si pengganggu!!!

“Naoki! Di sini! Cepat, kita punya kursi untuk kalian! Cepat, Naoki!” Mari dan Takumi sudah lebih dulu ada di sana.

Hari ke-4

Naoki dan Kotoko naik kapal. Tapi dari arah lain, muncul seseorang yang dengan semangatnya memanggil-manggil Naoki.

“Naoki! Cepat, Naoki! Ke sini!” panggil Mari dengan bersemangat.

Sementara itu, Naoki hanya melihat sekilas dan memilih asyik tertidur. Kotoko sendiri kesal luar biasa. Bulan madunya terus saja diganggu oleh pasangan Mari dan Takumi.

Mengapa sih dia selalu mengganggu ?!” geram Kotoko dalam hati.

Hari ke-5

“Voila! Ini adalah kuil utama, istana Ryukyu yang bersejarah. 1, 2, 3… 3 naga! Aku bertanya-tanya mengapa tidak Shisa! Sebuah kastil merah!” Mari dengan riang menceritakan soal istana yang mereka kunjungi kali itu. Mari bahkan tanpa sungkan menggelayut di lengan Naoki.

Sementara di belakangnya, Takumi lemas dan tidak dapat berbuat apapun terhadap sikap istrinya itu. Bagaimana dengan Kotoko? Wajah Kotoko sudah mengkerut tidak berbentuk akibat terlalu kesal.

Hari ke-6

Kotoko terbangun di kamarnya yang menghadap ke laut, “Ya Tuhan. Mengapa aku tidak memperhatikan? Hari ini hari terakhir kami di Okinawa!” teriak Kotoko mulai frustasi. “Ini adalah kesempatan terakhir malam ini .. Kami akan kembali ke Tokyo besok. Tapi, kita tidak memiliki kemajuan dalam hubungan kami. Itu semua karena pasangan itu yang mengganggu setiap hari. Mereka mengundang kami untuk minum setiap malam.”

Malam sebelumnya, sama seperti malam-malam lalu. Mari dan Takumi mengundang Kotoko dan Naoki minum bersama. Saat Mari asyik memegang-megang tangan Naoki, Kotoko yang kesal justru minum-munum hingga mabuk berat.

Kotoko masih bergumam sendiri, “Aku tahu aku minum melebihi batas. Berkat semua itu, kita masih jauh dari romantis,” ia melirik Naoki yang masih tertidur di ranjang mereka. Kotoko teringat ucapan Mari soal perpisahan Narita. “Bagaimana jika berakhir tanpa apapun ?!” ujarnya frustasi. Tapi Kotoko buru-buru membuang jauh pikiran itu. Ia teringat ucapan nyonya Irie padanya, soal mereka yang berharap besar pada Kotoko.

Tiba-tiba Kotoko berubah menjadi bersemangat, “Untuk harapan ibu dan demi aku! Aku tidak akan kembali ke Tokyo tanpa kemajuan apapun! Malam ini! Kami…,” ucapan Kotoko terhenti, tapi ia tersenyum senang. “Kami pasti memiliki malam pengantin yang sesungguhnya!”

Hari itu Kotoko dan Naoki datang ke sebuah akuarium besar. Kotoko sangat bersemangat melihat ikan-ikan besar yang berlalu lalang di hadapannya itu.

Dan seperti biasa, Kotoko mulai berimajinasi, “Malam ini, aku pasti akan…,” tapi imajinasina terhenti. Kotoko waspada, berbalik dan melihat sekeliling. Saat memastikan tidak ada pasangan pengganggu di sana, Kotoko baru tersenyum lega.

Kotoko dan Naoki tiba di sebuah Gereja. Kotoko langsung tersenyum senang melihat keindahan gereja itu. Tidak lama setelahnya, keduanya sudah berpose dengan pakaian pengantin di dalam gereja itu. Sementara si fotografer beberapa kali mengatur pose pasangan ini.

“Sekarang, Tuan, tolong letakkan tangan Anda pada bahu istri Anda,” pinta si fotografer.

Naoki dengan enggan dan membuang muka memenuhi ide si fotografer. Sementara Kotoko senyum-senyum senang karena Naoki memeluknya. Selesai pemotretan, si fotografer menunjukkan foto-foto itu pada Naoki dan Kotoko.

“Kita beruntung, kita bisa memiliki foto-foto pernikahan tanpa reservasi. Hal ini mengingatkanku saat upacara pernikahan,” komentar Kotoko senang.

Tapi komentar Naoki sama sekali berbeda, “Aku tidak akan pernah melakukannya lagi,” keluhnya kemudian. (Naoki, please deh … sekali2 inih)

Kotoko mengucapkan terimakasih pada si fotografer. Si fotografer berkata tidak ada masalah, karena mereka juga menunggu pasangan lain yang akan dipotret. Dan tidak lama setelahnya, pasangan lain itu pun muncul. Mereka …

Mari yang sudah memakai gaun pengantin berseru senang lantaran bertemu Naoki dan Kotoko. Dia langsung berlari menuju Naoki, tanpa mempedulikan suaminya, Tamaki.

“Naoki, kau tampak begitu keren! Aku yakin itu karena kamu tinggi!” puji Mari. “Tidakkah kita terlihat seperti pasangan yang sempurna?” Mari langsung menempel di lengan Naoki. “Bagaimana kalau mengambil gambar dari Naoki dan aku?” usul Mari kemudian.

“Ah, sebaiknya jangan,” sergah Takumi.

Tapi Mari tidak peduli, “Kotoko, aku akan meminjamkan Takumi. Bagaimana menurutmu, Naoki?” pinta Mari pada Kotoko.

Tapi kali ini Naoki bersikap tegas, “Maaf, kami harus pergi sekarang. Toko cinderamata, kan?” tanyanya pada Kotoko. Naoki lalu berjalan pergi. “Ayo kita pergi, Kotoko.”

Kotoko bingung dengan sikap Naoki yang berubah tiba-tiba. “Ya. Tunggu aku, Irie-kun!” ia berlari di belakang Naoki sambil menjinjing gaun pengantinnya yang besar.

Malam itu Naoki sedang duduk di kursinya sambil minum kopi dan membaca majalah. Sementara di kamar, Kotoko tampak sedang berdandan. Bel pintu kamar mereka pun berbunyi. Naoki keluar, dan melihat Takumi di depan kamarnya, dengan wajah panik.

“Apa yang terjadi?” tanya Naoki.

“Kumohon, tolong Mari,” pinta Takumi.

Naoki dan Kotoko datang ke kamar Mari dan Takumi. Disana Mari tampak tiduran di ranjang sambil memegangi perutnya dan terus meringis kesakitan “Dia mengatakan perutnya tiba-tiba sakit,” ujar Takumi bercerita.

“Mengapa kamu tidak membawanya ke rumah sakit?” saran Kotoko cepat.

“Ini adalah akhir pekan, dan mungkin sudah terlambat,” ujar Takumi sambil melirik ke arah jam tangannya.

“Lalu, panggil ambulans!” usul Kotoko lagi.

“Dia tidak ingin membuat ini serius,” kata Takumi pula.

Mari berpikir jika ia berbaring, akan lebih baik. Tapi ternyata sakitnya makin menjadi. Karena tahu Naoki masuk sekolah kedokteran, Takumi meminta Naoki untuk memeriksa Mari. “Tidak mungkin! Meskipun dia bercita-cita menjadi dokter, dia masih…” sergah Kotoko.

Tapi Naoki bereaksi lain. Ia setuju untuk memeriksa Mari, “Baiklah. Akan aku coba memeriksanya. Apakah dia mengalami mual?” sikap ini membuat Kotoko kaget. Naoki memeriksa Mari. Ia menanyakan apa Mari merasa mual dan demam, tapi ternyata tidak. Naoki kemudian memeriksa denyut nadi Mari lewat tangannya. Naoki juga meminta Mari menunjukkan perutanya untuk diperiksa. Naoki sendiri melepas kancing baju panjangnya.

Melihat adegan ini, Kotoko cemburu. Ia tidak senang melihat Naoki menyentuh Mari, “Tidak, Irie-kun! Jangan menyentuhnya! Hei, ku pikir kita harus memanggil ambulans!” protes Kotoko lagi. Ia mulai mempermasalahkan makan malamnya dengan Naoki. Melihat Naoki menjulurkan tangannya untuk memeriksa perut Mari, Kotoko semakin frustasi. “Tidak! Jangan menyentuhnya, Irie-kun! Jangan menyentuh wanita lain!”

Naoki melihat dengan tajam ke arah Kotoko, “Cukup! Kamu menikahi seorang pria yang akan menjadi dokter! Kamu harusnya menyadari itu.”

“Irie-kun,” Kotoko kaget dengan ucapan kasar Naoki.

“Apakah kamu akan selalu seperti itu ketika aku memeriksa pasien? aku tidak ingin seperti itu. Jika kamu tidak bisa mengerti, aku tidak bisa bersamamu lagi,” lanjut Naoki kemudian. (duh si abang, galak banget sih. Istrimu kan cemburu)

Setelah mengatakan hal itu, Naoki kembali memeriksa Mari. Sementara Kotoko tidak dapat lagi menahan air matanya. Ia pun berlari keluar dari kamar. “Apa kamu tidak sebaiknya mengejar istrimu?” justru Takumi yang panik.

Tapi Naoki malah tidak berkomentar apapun soal Kotoko. “Istrimu baik-baik saja. Sepertinya dia keracunan makanan. Apotek masih ada yang buka, berikan obat perut padanya,” ujar Naoki selesai memeriksa Mari.

Takumi merasa lega. Ia lalu mengiyakan permintaan Naoki. Apalagi Mari mulai ribut memintanya segera pergi. Takumi berniat pergi, ia tidak lupa meminta Naoki untuk mencari Kotoko.

“Aku akan pergi,” pamit Naoki kemudian.

Tapi tiba-tiba tangan Mari menghentikannya, “Naoki, kamu memiliki hati yang dingin. Karena kamu memiliki pasangan seperti… Kotoko. Atau kamu tidak mencintainya?” ujar Mari sambil tersenyum mengejek, mulai menggoda Naoki.

Naoki heran dengan sikap Mari, “Kamu tidak sakit perut?”

“Aku hanya berpura-pura,” aku Mari ringan. Ia lalu memeluk lengan Naoki, “Aku ingin berdua denganmu, Naoki. Aku mendengar kalian belum berhubungan seksual. Yah, itu dapat dimengerti. Kamu tidak merasakan seperti itu dengan Kotoko, kan? Aku jatuh cinta padamu pada pandangan pertama. Aku berharap aku bertemu denganmu lebih dulu sebelum dia. Kemudian, kita berdua tidak harus menikah dengan pasangan yang salah. Hal ini tidak terlalu terlambat,” goda Mari lagi.

Naoki menanggapi ucapan Mari dengan dingin. Dari wajahnya tergambar sebuah rasa kesal dan marah, “Hentikan!” Naoki menghempaskan Mari dengan kasar ke ranjang. “Bahkan jika aku bertemu denganmu 100 kali, aku akan tetap mengabaikanmu!” Naoki mengambil jasnya dan beranjak pergi. Tapi ia sempat berpaling sebentar, “Jangan membandingkan dirimu dengan Kotoko!” ujarnya masih tetap dingin.

Pada saat itu, Takumi kembali ke kamar. Rupanya ia lupa membawa dompet. Takumi heran melihat Naoki pergi dengan wajah kesal. Ia juga heran melihat istrinya, Mari tampak baik-baik saja.

“Aku tidak akan memaafkannya. Dia menipuku,” geram Mari. Aku pasti akan memisahkan mereka! Dia pasti tidak bermaksud seperti itu!” umpatnya kesal. Wajah khawatir Takumi berubah menjadi wajah cemburu. Ia lalu menampar Mari, “Jangan lakukan! Itulah kata yang seharusnya aku ucapkan!”

Mari kaget dengan sikap tiba-tiba suaminya ini, “Beraninya kau melakukan itu padaku ?! Kita selesai! Hubungan kita berakhir!” teriaknya histeris.

“Kau benar! Kita memulai dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan! Tapi, sekarang kita sudah menikah, kita bersama-sama di tempat yang sama! Kau adalah istriku! Jangan memberikan hatimu untuk orang lain! Apa kau mengerti?” ujar Takumi tidak kalah keras.

Mari kaget dengan sikap Takumi yang tiba-tiba berubah tegas. Tapi ia hanya bisa menjawab ‘ya’ di bibirnya.

Keluar dari hotel, Kotoko berjalan sendirian. Toko-toko yang ada di sekitarnya sudah tutup. Jalanan pun tampak sangat sepi.

Betapa bodohnya aku. Aku merasa sangat malu aku ingin bunuh diri. Kupikir aku bisa mengerti Irie-kun & ambisinya untuk menjadi seorang dokter,” ujar Kotoko dalam hati.

Setelah lama berjalan, Kotoko baru menyadari kalau ia berada di tempat asing. “Di mana aku? Kurasa aku benar-benar tersesat. Aku tidak ingat darimana aku datang.” Kotoko meraba sakunya, “Aku meninggalkan dompet di hotel. Aku tersesat di tempat asing.” Kotoko mulai ketakutan. Ia melihat sekeliling.

Tiba-tiba seorang asing berkulit gelap memegang pundak Kotoko. Pria asing itu bicara dalam bahasa Inggris. Kotoko yang tidak mengerti perkataan si pria itu malah histeri ketakutan. Ia hanya bisa terus mengatakan ‘maaf’ dalam bahasa Inggris.

Kotoko pun mulai berimajinasi, “Aku akan diculik! Jika aku diculik, mungkin aku tidak akan pernah bertemu Irie-kun lagi! Irie-kun, tolong aku! Irie-kun! Irie-kun, aku mencintaimu! Narita perceraian !! Tidak !!” teriaknya sambil berusaha menghindari dari pria kuli gelap itu.

Rupanya Naoki juga tengah mencari Kotoko. Ia heran mendengar teriakan Kotoko dan mencari sumber suara. “Apa yang dia lakukan?” Naoki heran melihat Kotoko sedang berusaha melepaskan diri dari seorang pria berkulit gelap. Ia pun memegang pundak si pria berkulit gelap itu, “Hei, apa yang terjadi dengan istri saya?” Tanya Naoki dalam bahasa inggris.

“Istri Anda?” pria berkulit gelap itu heran.

Melihat Naoki yang datang, Kotoko yang histeris langsung menghambur memeluknya, “Irie-Kun! Kupikir aku tidak akan pernah melihatmu lagi! Kupikir kamu tidak akan pernah menemukanku,” ujar Kotoko di tengah isak tangisnya.

“Semuanya baik-baik saja,” Naoki meyakinkan Kotoko. Si pria kulit gelap tertawa setelah mendengar cerita Naoki, “Dia adalah istri Anda? Saya pikir dia adalah seorang siswa SD,” komentarnya terhadap Kotoko kemudian.

“Aku tahu dia terlihat muda tapi dia adalah istri saya,” balas Naoki. Naoki menjelaskan pada Kotoko jika pria ini berpikir Kotoko adalah siswa SD yang hilang. Jadi tapi sebenarnya ia berniat membantu Kotoko, bukan menakutinya apalagi berbuat jahat.

“Jadi, dia bukan orang jahat?” Kotoko tersipu malu.

“Minta maaf padanya,” pinta Naoki kemudian.

“Maafkan aku,” ujar Kotoko dalam bahasa Inggris yang aneh.

“Oke, oke, oke! Jangan khawatir, jangan khawatir,” pria berkulit gelap itu menyalami Kotoko dan berniat memeluknya. “Kalian bagus. Semoga beruntung. Saya berharap kalian bisa menikmati hari yang fantastis dan bulan madu yang menakjubkan.” Pria berkulit gelap itu lalu beranjak pergi, masih sambil tertawa keheranan.

“Terima kasih sudah datang,” ujar Kotoko kemudian. Mereka sekarang tengah berdiri di pinggir pantai.

“Jeritanmu sangat keras,” komentar Naoki dingin. “Tunggu… Narita perceraian… aneh. Atau kita katakan, Haneda perceraian, kan?” sindir Naoki.

Kotoko ketakutan, “Aku menyesal. Aku cemburu. Aku sangat egois, telah bersikap seperti itu … “

Tapi Naoki memotong ucapan Kotoko. Ia memegang pundak Kotoko, “Bodoh, aku benar-benar mengkhawatirkanmu.” Naoki lalu menarik Kotoko lebih dekat. Ia pun mendaratkan bibirnya pada bibir Kotoko. Dan … kiss panjang di pinggir pantai menutup hari itu.

‘klik!”

Suara kamera terdengar dari suatu sisi di pinggir pantai. Rupanya keluarga berambut blonde—yang telah melepas rambut blonde mereka—tengah mengambil gambar Kotoko dan dan Naoki yang tengah berciuman dari kejauhan. Sudah jelas siapa saja mereka, yang selama ini selalu mengikuti dimanapun Kotoko dan Naoki berada.

Keduanya terlibat dalam ciuman dalam dan panjang. Di temani desiran ombak laut dan juga malam penuh bintang. Perasaan marah kacau ini berputar-putar dalam diriku… ..berubah menjadi sesuatu yang hangat dan manis seperti permen.

Kembali ke kamar hotel …

Kotoko dan Naoki berdiri berhadapan. Mereka sudah berganti pakaian. Kotoko dengan baju tidurnya yang berwarna pink. (lihat mereka berdiri berhadapan gini, keliatan kalau Kotoko ini masih kecil banget sih, haduuuuh).

Naoki meletakkan tangannya di pundak Kotoko. “Butuh waktu lama untuk sampai ke sini,” ujar Naoki pelan.

“Yeah, tapi aku senang. Aku senang hanya dengan tetap berada di sisimu,” balas Kotoko, polos.

Naoki membelai wajah Kotoko. Ia lalu duduk di ranjang, masih memegang tangan Kotoko. Naoki lalu menarik Kotoko dalam pelukannya, dan berbisik di telingat Kotoko, “Aku yang tidak senang.” (maksudnya, ternyata dari kemarin Naoki juga kesal, karena bulan madu mereka selalu gagal. Hihihi … bukan cuma Kotoko yang kesal rupanya).

(Haruskah Kelana mendeskipsikan adegan selanjutnya? Oke deh, demi kalian guys, hehehe … meski Kelana masih belum rela melihat bang Furuyuki di adegan ini, huaaa. Lupakan saja, LOL)

Naoki membaringkan Kotoko dengan lembut di ranjang. Naoki dan Kotoko saling berpandangan. Naoki menatap mata Kotoko dalam, sambil membelai rambut dan wajah istrinya itu. Naoki mengecup lembut kening Kotoko, lalu beralih ke matanya dan pipi Kotoko. Sekali lagi, Naoki memandangi wajah istrinya itu. Setelahnya, ia mendaratkan bibirnya di bibir Kotoki. Sebuah ciuman yang dalam dan panjang, dan … to be continue.

Jika ada cara untuk mengukur kebahagiaan… aku pasti orang paling bahagia di dunia saat ini. Aku tidak akan pernah lupa apa yang terjadi hari ini. Tidak akan pernah.

“Waktu berlalu dalam sekejap…Aku sangat sedih. Aku pasti akan merindukan tempat itu. Kami tidak dapat menghabiskan banyak waktu berdua saja,” gumam Kotoko kecewa. Sementara di sebelahnya Naoki asyik membaca majalah.

Dari arah kursi di belakangnya, terdengar suara yang tidak asing lagi. Kotoko menemukan pasangan pengganggu mereka, Mari dan Takumi tengah asyik bermesraan sambil saling menyuapkan makanan.

“Apa yang terjadi dengan mereka berdua? Mereka adalah orang-orang yang menyebabkan kami dalam kesulitan!” keluh Kotoko.

“Bukankah ini bagus untuk mereka,” komentar Naoki.

“Yah, kamu benar. Tapi…” Kotoko tidak melanjutkan kalimatnya. Ia justru bersandar di pundak Naoki sambil tersenyum-senyum senang. Waktu kami sangat singkat, tapi itu memiliki kenangan manis. Maaf untuk membuatmu menunggu, Ibu. Irie-kun dan aku akhirnya bisa memenuhi harapanmu.

‘klik’

Terdengar lagi suara kamera digunakan. Ternyata nyonya berambut blonde memotret Kotoko yang tengah bersandar di pundak Naoki. Ia kemudian bersin, membuat rambut palsu pria yang bersamanya jatuh. Pria itu buru-buru menggunakan kembali rambut palsunya dan kembali tertidur. Sementara itu, di sisi si nyonya blonde, tampak seorang anak berambut panjang melihatnya dengan bosan.

Dan … Kotoko tertidur di pundak Naoki sepanjang perjalanan.

Written by Kelana ( Blog / FB / Twitter )

Captured image by +ari airi

POSTED ONLY ON PELANGIDRAMA

DON’T REPOST TO ANOTHER SITE

Kelana’s comment :

Yatta!!! Akhirnya tulisan satu ini selesai juga. Lama nggak nulis satu drama langsung selesai, lumayan pegel ni tangan. Tapi demi Naoki dan Kotoko, nggak apa-apa deh. Huaaa … pasangan ini memang si sweet banget ya. Siapa coba yang nggak iri, bisa mendapatkan cowok seperti Naoki. Ada nggak ya, Naoki nyata di dunia ini? hihihi … Kelana ngarep. Oh ya, bulan November nanti Itazura na Kiss Love in Tokyo akan ada season 2-nya lho. Ada yang mau ngikutin? Hmmm … Oh ya, terimakasih banyak juga untuk tim supporting piku ^_^

11 pemikiran pada “[Sinopsis J-Drama SP] Itazura na Kiss Love in Okinawa

  1. maaf ya agak lama, sankyu kelana, welcome new blog
    jyah Naoki selalu bikin doki2 :lol
    cameo ANJEL Taiwan ad oppa Shin Woo :matabelo
    ternyata nulis scene bagian akhir sama susahnya dengan sensor gambarnya ya wkwkkww
    btw yg jadi mari itu kan si Usui di dorama Limit dipoles dikit beda banget ya :muhaha
    ga sabar nunggu nov untuk season 2nya, nah mana tim Inklit, ak jadi suporting piku saja ya :XD:

    Suka

    • Irie-kuuuuun
      hfth masih harus nunggu november ya
      sabar sabar

      eh, adakah yg sudah punya link det.conan movie 18?
      share donk

      ternyata gambar bagian akhir disensor juga ya, hihihi
      padahal na sudah berusah mendeskripsikannya dnegan baik loh ^_^

      Suka

  2. wah, blog baru
    Naoki ttp sok cuek hehe…sabar..sabar…kotoko.
    ad Anjellny jg,syng ad yg kurang kekeke..bang jiro-ny mn

    btw, yuki didandanin pr cantik bgt, mama irie mmg super^^

    Suka

  3. itu pas beneran Go Mi Nyeo lg tur ke Okinawa kan???
    jd pas kebetulan lg Shooting SP Itazura na kiss nya ya ri…
    hai kelana met kenal dari tehenna

    btw eniwei ni komen tehenna yg pertama ri… di NewPD hihihihi
    kirain smu atulisannya ilang ternyata masih ada syukurlah….
    :* akhirnya PD ga ilang…

    Suka

  4. Ping balik: SINOPSIS – Itazura na Kiss Love in Okinawa (J-Dorama SP) | Elang Kelana

Tinggalkan komentar