[Sinopsis K-Drama] Time Slip Dr. Jin Episode 3

[Sinopsis Time Slip Dr. Jin Episode 3]

“Pancung dia! Tunggu apa lagi!” teriak Kim Byung Hee tak sabaran, semuanya terpana dan tegang akan teriakan tersebut. Kyung Tak bersiap untuk memulai eksekusi.

Tak selang berapa lama setelah berteriak, tiba-tiba Byung Hee ambruk pingsan. “Tuanku!” teriak Kyung Tak kaget lalu menghampiri. Tabib Yoo langsung memeriksa denyut nadi, dan bertanya kepada pelayan Byung Hee atas keluhan beliau.
“Dia pernah tergelincir saat di rumah gisaeng dan kepalanya membentur tiang. Sejak itu dia mengeluh sakit kepala,” paparnya.

Tabib Yoo memberikan diaganosa kalau Byung Hee hanya pingsan biasa dikarenakan terik matahari dan kelelahan akan kerjaan. Jin Hyuk yang melihat semuanya langsung menyanggah. “Dia mengalami pendarahan otak, jika tidak diobati segera nyawanya dalam bahaya!.” Kyung Tak langsung membentaknya karena dikira omong kosong.

Demi untuk menyakinkan, Jin Hyuk pun bertanya kepada pelayan akan gejala yang dialami Byung Hee. Dan mengejutkannya semuanya dibenarkannya.
“Kau benar-benar yakin bisa menolong beliau?!,” tanya Kyung Tak mulai percaya.
“Akan kuusahakan semampuku.” Dia pun berjanji jika tidak berhasil menyelamatkan Kim Byung Hee, nyawanya sebagai taruhannya.

Kyung Tak pun mengambil keputusan berani dengan mengijinkan Jin Hyuk untuk mengoperasinya. Jin Hyuk bernafas lega.

Di sebuah kamar, Jin Hyuk hanya berharap kasusnya memang hematoma (pembengkakan lokal akibat pecahnya pembuluh darah), dia sedikit cemas karena nyawanya sebagai taruhannya.

Kyung Tak mengambil peralatan Jin Hyuk yang dibawanya dari kediaman Young Rae dengan tergesa-gesa, mendadak Young Rae muncul dan memaksa untuk mendampingin Jin Hyuk saat memmbedah Kim Byung Hee, dengan beralasan dia pernah menemani Jin Hyuk saat mengoperasi kakaknya.

Jin Hyuk sedikit kaget saat melihat Young Rae masuk, dan mengangguk kecil saja. Dalam hati, kembali Jin Hyuk beharap itu kasus hematoma. Dia mulai membedah kepala depan (kening) Kim Byung Hee. Tabib Yoo kembali menyakinkan Kyung Tak kalau ini semua salah.
“Harap diam! pembedahan sedang dilakukan,” desis Kyung Tak.

Di rumah gisaeng, Ha Eung sedang bersantai ria diiringi petikan gayageum Choon Hong. Ia penasaran akan nasib Jin Hyuk dan Kim Byung Hee. Kemudian senar gayageum Choon Hong putus.

Jin Hyuk membuka tempurung kepala Byung Hee dengan palu (terpaksa). Baik Kyung Tak dan tabib Yoo memandang ngeri dengan perbuatan Jin Hyuk. Tempurung berhasil dibuka. “Tidak ada! Tidak ada hematoma!” batin Jin Hyuk mencelos.

Kyung Tak gusar mengetahui tidak ada gumpalan darahnya. “Aku..harus membuat lubang satu lagi,” gumam Jin Hyuk. Kyung Tak sontak naik pitam dan mengarahkan senjatanya ke Jin Hyuk. “Tutup mulutmu! Beraninya kau mempermainkan nyawa Tuanku!,” teriak Kyung Tak.

Jin Hyuk bersikeras akan meneruskan operasinya dan akan membuat lubang lagi. Young Rae bangkit, langsung menenangkan Kyung Tak. “Berikan dia kesempatan sekali lagi. Dia pasti dapat menyelamatkan nyawa Tuan, bukankah begitu?,” tanya Young Rae pada Jin Hyuk, suasananya menjadi tenang.

Kyung Tak tetap tak bergeming, dan meminta Jin Hyuk untuk berhenti. Dia pun melepaskan satu tembakan. Satu bunyi bergema sampai keluar ruangan, membuat sebagian orang yang menunggu di luar syok. Begitu juga orang di dalam ruangan. Rupanya tembakan Kyung Tak disengaja meleset, “Pastikan kau tidak gagal kali ini!.”

Operasi dilanjutkan sembari Kyung Tak tidak menurunkan senjatanya. Keadaan tidak berkurang tegangnya, Jin Hyuk membuka satu lagi lubang tempurung kepala,berharap ada hematoma. Jin Hyuk mengangguk kepada Young Rae.

”Kelihatan! Sudah kelihatan gumpalan darahnya,” teriak Young Rae gembira kepada Kyung Tak. Tabib Yoo tak percaya, dia mendekati Byung Hee. Mendadak darah menciprati wajahnya. Dia langsung berlari keluar.

Di luar tabib Yoo menghindari pertanyaan yang lain akan keadaan Byung Hee. Hal tadi tak hayal membuat tabib Yoo keheranan. “Sebenarnya tabib ini belajar dari mana? Kenapa bisa…”

Operasi telah usai, Young Rae meminta Young Rae untuk meninggalkan dia dan Jin Hyuk untuk berbicara berdua. Kyung Tak melunak terhadap Jin Hyuk karena sudah menyelamatkan nyawa ayahnya. Dia sempat bertanya apakah metode yang digunakan Jin Hyuk itu ilmu kedokteran barat? Jin Hyuk tidak menjawab pasti.
“Tapi suatu hari, kau pasti akan mengakui identitasmu dan asal dari ilmu yang kau pelajari itu,” kilah Kyung Tak pasti namun tetap memastikan kalau dirinya akan mengawasi gerak gerik Jin Hyuk. Kyung Tak pun berterima kasih kepada Jin Hyuk.

Jin Hyuk keluar dari kediaman Byung Hee. Dia di sambut oleh Young Rae dan kakaknya. Young Hwi menawarkan Jin Hyuk untuk tinggal di kediaman mereka sementara waktu. Terlihat Jin Hyuk dan Young Rae bergitu canggung.

Dae Gun, anak Kim Byung Hee tergesa-gesa masuk ke rumahnya begitu mendengar kejadian yang menimpa ayahnya.

Kyung Tak masih setia mendampingi ayahnya. Menatapnya dengan kelembutan dan memegang tangannya. Namun dilepaskannya begitu mendengar suara Dae Gun.

Di sentaknya kehadiran Kyung Tak oleh Dae Gun yang langsung bersimpuh di samping ayahnya seraya memanggil ayahanda. “Dia butuh istirahat,” jelas Kyung Tak kepada Dae Gun.

Dia pun bangkit menghadap Kyung Tak dan langsung menampar lalu menendangnya. Amarah meluap karena dirasa Kyung Tak begitu berani mengambil keputusan yang bertentangan dengan tabib istana. “Kau hanyalah anak dari seorang selir, ingin mengambil kesempatan bertindak sebagai anaknya pada saat aku sedang tidak ada?,” teriaknya.

Kyung Tak terpaksa menelan pahit penghinaan akan dirinya yang hanya anak tak sah dari Kim Byung Hee.

Di kediaman keluarga Hong, Young Rae menyiapkan ruangan untuk Jin Hyuk tempati. Tak lupa dia mengembalikan cincin karena merasa dia tak perlu lagi menyimpannya. Jin Hyuk masih beusaha untuk membiasakan kehadiran Young Rae karena mengingatkan akan tunangannya.

Akhirnya Kim Byung Hee benar-benar sadar dan sembuh. Diapun menyelenggarakan pesta untuk merayakannya. Bahkan gisaeng Choon Hong pun diundang. Tampak Dae Gun terpesona akan kecantikannya.

Sedang Young Rae begitu enggan pergi ke pesta jika tidak karena desakan ibunya. Lebih tepatnya karena Kyung Tak mengundang dirinya secara khusus. “Tentu saja kau harus pergi. Orang itu nantinya akan menjadi mertuamu,” sergah ibunya saat Young Rae protes.

Jin Hyuk dan Young Hwi keluar, sontak Young Rae tersenyum kecil begitu melihat penampilan Jin Hyuk. Sedang Young Hwi merasa aneh dengan rambut pendek Jin Hyuk. Young Rae memiliki gagasan lain.

Dia mengikat rambut ekor kuda sebagai gantinya. Kini penampilan Jin Hyuk tak berbeda dengan orang pada umumnya saat jaman itu.

Mereka berjalan bertiga sembari Young Hwi menjelaskan alasannya dia tak memiliki kemampuan menjadi pejabat negara, sedang Young Rae menyela kalau kakaknya memiliki kemampuan namun banyak orang kaya yang memperjual belikan jabatan tersebut sehingga mereka yang miskin tak mampu lolos tes ujian negara. Young Rae lantas kesal karena ketidakadilan yang dialami kakaknya.

Ketiga berpisah. Sedang Young Hwi mengikuti orang asing yang memberikan tanda kepadanya. Mereka berdua hadir di sebuah pertemuan yang sudah menanti kakak Young Rae. Dialah ketua dari geng perampokan.

Di pesta, Byung Hee dan pengikutnya menikmati hiburan yang disuguhkan para gisaeng. Tak luput Choon Hong pun beramah tamah kepada mereka. Dirinya pun sempat mempermalukan tabib istana Yoo karena Byung Hee beruntung diselamatkan tabib yang hampir dipancung daripada tabib istana. Semuanya pun tertawa terbahak-bahak kecuali Dae Gun.

Tak lama, Young Rae dan Jin Hyuk tiba di pesta dan sambut oleh Kyung Tak. Terlihat Kyung Tak menekan perasaan cemburu saat mengetahui Jin Hyuk tinggal di kediaman Young Rae. Kemudian Hae Eung berteriak karena penjaga menghalangi dirinya datang ke perayaan. Dirinya merasa berhak untuk diundang karena dirinyalah yang menyelamatkan Jin Hyuk.

”Jadi secara tak langsung akulah yang menyelamatkan nyawa Tuanku!” teriaknya lagi. Jin Hyuk meminta Kyung Tak untuk membiarkan Ha Eung masuk. Ha Eung terlihat kesenangan. “Bukankah kau adalah Kim Kyung Tak, anak dari selir-nya Tuanku?,” Tanya Ha Eung. Kyung Tak tak menjawab dan menyuruh Ha Eung untuk menempati tenda terpisah.

Young Rae yang mendengarnya merasa tak enak dan sedih.

Rupanya Ha Eung datang ke perayaan ada maksudnya. Dia berusaha membujuk Jin Hyuk untuk meminta biaya penyelamatan kepada Kim Byung Hee yang tinggi. Dia bersedia jadi penghubungnya asal di bagi 50:50. Alih-alih menyetujui, Jin Hyuk tak menggubrisnya.

Kim Byung Hee meminta Jin Hyuk untuk bertemu dengan dirinya terlebih dahulu. Lagi-lagi, Ha Eung meminta Jin Hyuk untuk memikirkan tawarannya.

Jin Hyuk menghampiri tenda Kim Byung Hee berada. Choon Hoong yang berada di sisi Byung Hee takjub melihat orang yang sedang hangat dibicarakan mereka. Jin Hyuk tak lupa memberi hormat ke Byung Hee yang menuangkan arak kepadanya.

Byung Hee pun memuji kehebatan Jin Hyuk yang berhasil menyelamatkannya dan memberi sedikit sindiran pada tabib Yoo. “Tapi aneh sekali. Mungkin dikarenakan ilmu pengobatanku dangkal dan tidak memadai, tapi cara pengobatan seperti itu aku sama sekali belum pernah lihat.”
“Jika bukan dari China pasti dari Barat. Apakah begitu?,” saut Byung Hee.
Tabib Yoo berusaha untuk menyela karena merasa pernah membawa buku pengobatan Barat tapi tak pernah melihat cara Jin Hyuk.
“Tak peduli dia belajar di mana, yang terpenting dia telah menyelamatkan nyawaku,” ujar Byung Hee sumringah diiringi gelak tawa. Tabib Yoon cemberut.

Jin Hyuk pun menolak tawaran Kim Byung Hee yang akan memberikan apa saja permintaannya. Ia pun semakin takjub. Jin Hyuk merasa tak nyaman, memandang sekilas Choon Hong yang melempar senyum simpul.

Young Rae yang lama menunggu memutuskan untuk pulang karena belum mendapat giliran menemui Kim Byung Hee, tak disangka Kyung Tak menarik tangan Young Rae. “Tuanku, keluarga Pejabat Hong telah datang untuk memberi hormat!,” tegas Kyung Tak. Young Rae pun merasa tak sopan dengan sikap mereka.

Keadaan menjadi tegang saat Dae Gun mengebrak meja karena ulah Kyung Tak. Kim Byung Hee menenangkanya dan berlanjut acara sopan santun biasa menanggapi kehadiran Young Rae. Dia pun menerima buah tangan dari ibu Young Rae. Begitu melihat apa di dalamnya, para penjabat tertawa menghina.
“Aigoo..dari mana kalian tahu aku suka kue manis?,” tandas Byung Hee mengenyahkan tawa menghina hadiah ibu Young Rae.

Hinaan tetap berlanjut, semua tamu pun tertawa mengira Young Rae datang untuk meminta jabatan untuk kakaknya yang belum lulus ujian negara. Young Rae pucat pasi menghadapi hinaan mereka.
“Dia bukan datang untuk meminta jabatan. Hamba yang memintanya datang untuk memberi hormat padamu. Sebagai seorang calon istriku, sudah tentu dia harus datang,” bela Kyung Tak tak terima.

Dae Gun yang tak suka dengan Kyung Tak menyerang balik bahwa Young Rae sebagai keturunan bangsawan miskin memang tak banyak pilihan untuk calon suami, tak peduli jika anak selir. Young Rae yang sudah tak tahan pun pergi diikuti Kyung Tak.

Datang Ha Eung dalam keadaan mabuk. Bermaksud memberikan selamat kepada Byung Hee. Tak merasa sungkan memberikan tarian layaknya orang gila di harapan mereka yang kini tengah tertawa mengejek kepada Ha Eung (pengen aku lempar mereka yang mengatawain ahjusiku, liat saja ntar kalau tahu dia bakal jadi calon ayah raja :D)

Jin Hyuk pun memutuskan untuk pergi di tengah keriuhan perayaan.

Dengan perasaan sakit hati, Young Rae terus saja berjalan pergi. Kesal dengan Kyung Tak karena dirinyalah memaksa Young Rae untuk datang.
“Kenapa kau suruh aku datang? Kenapa? Lepaskan aku!,” teriak Young Rae histeris.
“Tidak peduli apa kata orang lain, kau adalah calon istriku. Kau adalah bagianku. Wanita milikku,” ucap Kyung Tak sungguh-sungguh (dan diapun mendendangkan sebuah lagu dengan suara emasnya, heheh..just kiding :D)

Tak mereka sadari Jin Hyuk berbalik melangkah pergi ketika melihat keduanya.

Di kapal, Dae Gun mengakui kalau dirinya ingin menebus Choon Hong dari rumah gisaeng dan menjadikannya selirnya, diimingi harta dan kekuasaan tak membuat hati Choon Hong bergeming. Dae Gun pun merayu dirinya rela mati demi Choon Hong.
“Lebih dari nyawa sendiri? Kalau begitu, kau rela mati demi hamba?,” tanya Choon Hong ada maksud terselubung.

Choon Hong bangkit dan memeluk erat Dae Gun yang sudah kesenangan. “Kalau begitu, harap Anda memegang penuh janjimu,” bisik Chun Hong.

Kemudian yang dilakukan Choon Hong begitu mendadak, dirinya menceburkan diri bersama Dae Gun ke sungai. Dae Gun yang marah malah berusaha menenggelamkan Choon Hong, dan menyelamatkan dirinya sendiri. “Dasar perempuan gila!”, sumpah serapah Dae Gun. Choon Hong yang tidak berenang tidak mampu menepi.

Semuanya dikagetkan dengan teriakan Dae Gun. Tak luput Jin Hyuk yang sudah kembali ke perayaan dan Ha Eung yang sedang asik menari. Demi melihat Choon Hong yang hampir tenggelam Jin Hyuk tanpa berfikir panjang langsung berenang menyelamatkannya.

Choon Hong tak sadarkan diri, Jin Hyuk langsung memberikan CPR (nafas buatan). Ha Eung yag panik langsung syok mengira Choon Hong mati. “Aigoo… Choon Hong! Usiamu masih begitu muda, kenapa bisa mati tenggelam? Hei, pegang-pegang apa kau?!,” hardik Ha Eung ketika melihat Jin Hyuk berusaha mengembalikan detak jantung Choon Hong.

Kemudian semuanya berpaling ketika Jin Hyuk langsung memberikan CPR (nafas buatan). Young Rae yang ikut datang pun kaget. Tak berapa lama, Choon Hong sadar. Ha Eung gegap gembita.

Merasa berhutang budi Choon Hong pun mengundang Jin Hyuk untuk mampir ke tempatnya (rumah gisaeng). Ha Eung yang mendengarnya pun jadi antusias. Sayang Jin Hyuk menolaknya begitu melihat Young Rae yang pergi menjauh.

Jin Hyuk pun mengejar Young Rae yang rupanya kesal dan salah paham apa yang dilakukan Jin Hyuk di siang bolong itu (maksudnya mencium seorang wanita di depan orang banyak). Jin Hyuk berusaha menjelaskan.

Di tempat tenda Kim Byung Hee marah-marah atas perbuatan anaknya, Dae Gun yang dirasa memalukan dirinya hanya demi seorang wanita. Tak selang berapa lama, seorang petugas istana mengumumkan titah raja yang menyuruh para pejabat untuk segera datang menghadap mereka.

Jin Hyuk pun memutuskan pulang bersama Young Rae. Di tengah jalan mereka bertemu dengan anak yang mengenal Young Rae, Sik A namanya yang menemani ibunya berjualan sayur. Setelah bercakap-cakap sebentar dengan Young Rae, Sik A pun menghampiri ibunya yang sedang berjualan.

Tak disangka rombongan Dae Gun pun melintas dengan berkuda, ibu Sik A bergegas menyelamatkan Sia A. Hasilnya dirinya tertendang kuda dan tak sadarkan diri. Dae Gun yang arogan bin congkak tak menghiraukan keadaaan gara-gara perbuatannya.
“Hanya seorang rakyat jelata yang ditendang kuda.”
“Tunggu apa lagi? Ada Titah Raja. Ayo, cepat!,” serunya salah satu pejabat.
Kyung Tak yang ikut rombongan hanya diam, menoleh sebentar dan lalu mengikuti Dae Gun.

Sik A menangis tersedu-sedu mendapati ibunya tak sadarkan diri berlumuran darah di area kepala. Young Rae menyakinkan Sik A kalau ibunya akan selamat karena Jin Hyuk seorang tabib. Jin Hyuk sadar ibu Sik A bisa diselamatkan karena hanya arteri yang pecah bisa di jahit. Dia pun meminta untuk memindahkan tubuh ibu Sik A.

Young Rae bergegas mengambil peralatan Jin Hyuk di rumahnya sedang Jin Hyuk lega melihat Ha Eung dan menyuruhnya membantu memindahkan tubuh ibu Sik A. Sayang Ha Eung harus muntah dahulu karena ngeri melihat darah. (hellloo..ahjussii!! tunjukan dirimu mantan dokter bedah yang handal. pliss deh..)

Sedangkan Young Rae terus saja berlari.

Jin Hyuk berserta Ha Eung menggotong tubuh Sik A ke desanya yang letaknya cukup jauh. Young Rae tergesa-gesa mengambil peralatan Jin Hyuk tanpa menghiraukan cercaan pertanyaan dari ibunya.

Akhirnya mereka sampai di desa To Mak, termangu begitu melihat kondisi desanya. “Selama ini aku cuma pernah mendengar tentang Desa To Mak. Ini… di sini… mana bisa dijadikan tempat tinggal?,” ucap Ha Eung lirih begitu melihat desa kumuh di depan mereka. (ahjusi..ahjusii..di sini banyak kok.)

Naas bagi Young Rae karena dirinya dirampok dan bungkusan Jin Hyuk diambilnya. Dirinya tak mau pasrah begitu saja, tahu itu penting Young Rae pun mengejar laki-laki tersebut sampai perampok itu terdesak di jalan buntu. “Barang itu adalah barang yang penting sekali. Cepat kembalikan padaku!,” teriak Young Rae.

Rupanya ketua perampok orang yang pernah di tolong Jin Hyuk. Young Rae nekat. Young Rae nekat mengeluarkan pisau, alih-alih mengacungkan kepada si perampok, Young Rae malah mengacungkan pisau ke lehernya sendiri. Pal Yi kaget atas kekeras kepalaan Young Rae. Merasa penasaran bungkusan yang dibawa Young Rae, dia pun meminta anak buahnya untuk membuka.

Betapa kagetnya anak buah Pal Yi, “Sepertinya ini adalah bungkusan yang dibawa oleh tabib itu waktu berada di ‘rumah anggur’ waktu itu. Aku pernah melihatnya.” Pal Yi yang merasa berhutang nyawa kepada Jin Hyuk menyuruh anak buahnya untuk mengantar Young Rae ke tempat Jin Hyuk berada.

Mereka berdua berlari cepat, sayang Young Rae yang kelelahan tak sanggup meneruskan. Dia pun menyuruh anak buah Pal Yi untuk berlari duluan dengan membawa peralatan Jin Hyuk.

Di kediamaan Sik A, Jin Hyuk berkali-kali melihat jam, cemas melihat kondisi pasiennya. Di bantu Ha Eung menyediakan air panas masih agak-agak takut melihat darah. Anak buah Pal Yi akhirnya tiba, dan memberi tahu Young Rae akan segera tiba.

Tanpa menunggu lama, Jin Hyuk memulai operasi menyelamatkan ibu Sik A. Begitu Young Rae tiba, Ha Eung beserta anak buah Pal Yi memilih menunggu di luar. Ha Eung pun sempat mencemoohnya, “Kaki yang biasanya dipakai untuk menipu dan merampok, malah dipakai untuk menolong orang,” sindir Ha Eung. Mereka ribut sebentar sampai ayah Sik A datang.

Ayah Sik A masuk dan mengusir Jin Hyuk, bersikeras tidak usah mengobati istrinya. “Hidup yang sama sekali tidak berarti ini, tidak ada bedanya dengan mati!.” Jin Hyuk bersikeras untuk mengobatinya, tak tahan ayah Sik A mengambil palu. Sik A langsung melindungi ibunya.

“Tuan, lakukanlah sebagaimana yang dia pinta. Aku tidak punya uang untuk membeli obat. Nyawa yang tidak berharga seperti aku, hidup juga tidak ada artinya. Berkurangnya mulut yang harus dikasih makan, lebih baik. Begitu saja, jangan hiraukan aku,” ujar ibu Sik A lirih menahan sakit.

Jin Hyuk bangkit, berusaha menyakinkan ayah Sik A dia akan menyelamatkannya. Ayah Sik A tidak serta merta mengijinkannya, langsung mencengkram baju Jin Hyuk. Dia tahu benar bagaimana hidup miskin tak ada bedanya hidup atau mati, ditindas para bangsawan. Ha Eung langsung terdiam.

”Tidak peduli bangsawan atau rakyat jelata, bagiku pasien adalah pasien!” tegas Jin Hyuk. Sedang Sik A memohon kepada ayahnya untuk menyelamatkan ibunya, dia pun rela menjadi budak untuk menebusnya. Hati ayah Sik A luluh. Peristiwa yang mengharukan bagi Ha Eung dan Young Rae. Setidaknya mereka tetap memegang status bangsawan yang tidak kekurangan apapun.

”Silakan keluar dulu! Pembedahan harus segera di lakukan,” pinta Jin Hyuk.

Jin Hyuk mulai menjahit luka ibu Sik A dibantu Young Rae. Buat mereka, hal yang lebih menakutkan daripada kematian adalah kemiskinan. Kehidupan yang tanpa impian dan harapan. Jin Hyuk teringat kembali akan dirinya yang tak bersedia menolong pasien Mi Na hanya karena tidak ada harapan dan miskin.
Mungkin ini adalah kesempatan kedua yang diberikan Tuhan padaku untuk menolong orang. Dapat terus hidup atau harapan untuk tetap dapat bertahan hidup. Aku harus menggunakan kedua tanganku untuk menjelmakan harapan tersebut.

Young Rae yang mendampingi Jin Hyuk mulai cemas akan jari Jin Hyuk yang terluka akibat terkena paku yang terjatuh tadi. Namun Jin Hyuk tak menggubrisnya, melanjutkan menjahit luka ibu Sik A.

Akhirnya selesai sudah, ayah Sik A langsung membungkuk berterimakasih kepadanya. Langsung Sik A memeluk Jin Hyuk, senyum Young Rae mengembang melihat akhir yang bahagia.

Di tengah perjalanan pulang, Young Rae membebat jari Jin Hyuk yang terluka. Dia pun merasa takjub dengan isi tas Jin Hyuk, “Sepertinya memiliki kekuatan gaib yang bisa menyelematkan orang yang telah hampir mati.”
“Punya tas ini juga belum tentu bisa menyelamatkan semua orang. Ada juga keadaan di mana pasiennya tidak tertolong,” ucap Jin Hyuk bernada getir. “Tidak peduli hasilnya akan bagaimana, misi seorang dokter adalah menyelamatkan nyawa pasien.”

Mereka berjalan kembali, tak lupa Young Rae meminta maaf atas kesalahpahaman kejadian gisaeng. “Tapi orang itu, kalian sudah memperbincangkan masalah pernikahan?.” Jin Hyuk memberanikan diri bertanya. Young Rae menjelaskan itu semua keputusan ibunya, alasan ekonomi keluarga. Jin Hyuk merasakan kesedihan di mata Young Rae.

Mereka sampai di bukit dengan pemandangan kota Incheon. Mendadak Jin Hyuk berkaca-kaca teringat dengan kebersamaan dia dan Mi Na saat melihat senja di atas gedung rumah sakit. Persis sama.

Jin Hyuk menatap Young Rae. Mi Na… apakah dia ini adalah merupakan bayanganmu?

Mereka tiba di kota, keadaan begitu sepi. Mendadak seorang pria berlutut di hadapan Jin Hyuk dan Young Rae, muntah-muntah. Mereka mengira hanya sakit perut biasa. Medadak wajah Young Rae pias begitu menyadari sesuatu, Gwejil. Sambil menyebut lirih dan terhuyung ke belakang..

Writer note :
Sinop kombek aku setelah bersantai ria sejak projek terakhir yang sama-sama dibintangi Ahujsi Lee Bum Soo. Kembali berduet maut dengan Ari-chan dan Ganis. muaahh2x. Sekaligus ini drama saeguk dan medical pertama gitu loh, jadi mungkin jika tulisanannya masih kayak ceker ayam ya di maklumi (hellloo..orang ketikan laptop juga tentu saja bisa di baca, tastenya hani..tastee yang masih berantakan) :lol

Sesi Curcol :

Lagi mabok dengan seorang ahjusi, kali ini bukan dengan ahjusi LBS, sory bro bukannya berkhianat hanya saja kharismanya tak bisa ditolak di A Gentleman Dignity, padahal sudah kenal lama. Min Joong oppaaa..im truely, deeply, madly falling for youuu.. :lol

PS :
Abaikan curcol yang gaje ini pemirsa, jiwa author saat menulis ini sedang labil lama tidak konsultasi dengan psikiater saya yang sedang cuti sibuk dengan pasien lain *calling2 dokter aku yang sedang di Malang*

PS1 :
Memang terkesan tidak penting yaa, jadi jangan dibaca notenya, baca sinopnya saja. Maafkan daku bro & Sis. Peace, salam hangat dari ujung perbatasan Indonesia. 😀

Thanks to Ari-chan & Ganis
Written & Image by Hawkeye’s Queen @Pelangidrama
Posted Only on pelangidrama.net
Dont Share ohter site/FANPAGE FB ya brooo..