[Sinopsis K-Drama] Time Slip Dr. Jin Episode 4

Sinopsis Time Slip Dr. Jin Episode 4

Episode yang lalu mengisahkan Jin Hyuk dan Young Rae yang membantu seorang wanita yang terluka parah di desa To Mak. Dalam perjalanan pulang, mereka bertemu dengan seorang pria yang muntah dan BAB berupa air. Jin Hyuk mengira itu hanya diare. Namun Young Rae dengan mimik sangat ketakutan berkata bahwa itu adalah gwejil (sebutan untuk wabah kolera zaman Joseon). “Jika itu gwejil berarti…kolera?”gumam Jin Hyuk terkejut.

Kim Byung Hee dan para pejabat lain sedang merapatkan tentang wabah kolera/gwejil. Tabib Agung (dokter kerajaan) Yoo melaporkan bahwa sudah banyak mayat bergelimpangan di luar ibu kota. Penderita terutama banyak terdapat di desa To Mak. Rupanya dahulu 5 tahun yang lalu terdapat wabah yang serupa dan memakan puluhan ribu nyawa. Byung Hee bertanya bagaimana penanggulangannya. Tabib Yoo mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada pengobatan untuk gwejil. Byung Hee marah mendengar jawaban tabib Yoo. Tabib Yoo memberi solusi yaitu semua mayat dikuburkan di luar ibu kota. Dan jika ada penderita gwejil ditemukan maka harus diusir ke luar kota. Byung Hee menyuruh mereka untuk memperketat penjagaan arus keluar masuk ibu kota agar wabah ini tidak menyebar sampai ibu kota.

Rapat telah selesai namun Byung Hee masih berdiskusi dengan tabib Yoo. Byung Hee memerintahkan agar para tabib/dokter tidak melaporkan atau membicarakan tentang wabah kepada Raja agar beliau tidak khawatir. Meskipun sebenarnya Raja juga sudah mengetahui perihal wabah tersebut. Byung Hee berkata jika wabah sampai menyebar ke ibu kota maka merekalah dan bertanggung jawab atas rakyat dan negara sehingga kerugiannya tidak sedikit. “Kau mengerti maksud ucapanku?”tanya Byung Hee. Tabib Yoo mengangguk. Sepertinya yang dimaksud kerugian adalah mereka bisa kehilangan kekuasaan. Byung Hee sempat berpikir bagaimana dengan Jin Hyuk. Seketika itu tabib Yoo mengusulkan agar Jin Hyuk diberi kepercayaan mengatasi wabah ini. Entah apa niat sebenarnya tabib Yoo ini, untuk menjatuhkan Jin Hyuk jika dia gagal. Atau ia mau lepas tangan soal wabah ini?

Nyonya Hong, Young Hwi dan Kyung Tak sedang menunggu Young Rae yang belum juga pulang. Jin Hyuk dan Young Rae dengan wajah yang masih ketakutan akhirnya pulang. Young Rae langsung menyiduk air dan membasuh wajah dan mukanya. Nyonya Hong tanya mengapa sudah malam begini baru pulang. Young Hwi juga tanya mengapa Young Rae ketakutan seperti itu. Kyung Tak bertanya pada Jin Hyuk apa yang terjadi. Jin Hyuk menjawab bahwa tadi di jalan mereka bertemu dengan orang yang terkena diare dan sepertinya penyakitnya bukan penyakit biasa. “Gwejil,”kata Young Rae yang masih ketakutan. Semua terkejut. Young Rae langsung masuk ke dalam rumah dan duduk di kamar dengan raut yang masih ketakutan. Sepertinya Young Rae trauma terhadap gwejil ini.

Kyung Tak memberitahu mandat Tabib Agung kepada Jin Hyuk untuk pergi ke Hwal In Seo (sejenis puskesmas) untuk mengatasi wabah ini. Kyung Tak juga meminta mereka semua untuk tidak keluar rumah jika tidak ada keperluan yang mendesak. Kyung Tak lalu pamit pergi. “Gwejil,”gumam Jin Hyuk.

Kyung Tak sedang apel malam dan meminta kepada masyarakat untuk tidak keluar rumah jika tidak ada kepentingan. “Jika ada yang menderita penyakit ini segera lapor ke Pocheong (kantor polisi). Jalur keluar masuk kota juga akan diperketat.” Tiba-tiba ada seseorang yang muntah. Kyung Tak menyuruh anak buahnya untuk membawa orang tersebut.

Gwejil, penyakit yang sekarang dikenal dengan sebutan kolera itu timbul karena makanan dan minuman yang terkontaminasi. Penyakit menular yang paling pertama. Gejalanya adalah diare, muntah-muntah, disertai oleh kejang otot. Jika tidak diobati pasien mengalami kesulitan buang air kecil. Akhirnya akan terjadi dehidrasi. Seluruh tubuh akan menjadi berkerut dan mata menjadi tirus. Setelah terjangkit beberapa hari pasien akan meninggal. Walaupun di zaman modern penyakit ini sudah hampir tak pernah terdengar lagi, tapi di zaman ini semua orang tidak tahu sama sekali penyebabnya. Juga belum ditemukan cara pengobatannya. Karena itu apabila terjangkit wabah ini puluhan ribu bahkan ratusan ribu orang akan meninggal. Ini adalah wabah penyakit yang menakutkan. Tapi sekarang ini apa yang dapat kulakukan?

Pelayan keluarga Hong datang dengan panik. Ia memberitahu pada Nyonya Hong bahwa ada tetangga mereka yang meninggal karena gwejil dan ada yang dibawa ke Pocheong. Nyonya Hong menyuruh pelayannya tersebut untuk menyiapkan darah sapi. Young Hwi tanya apa itu untuk pencegahan. Nyonya Hong membenarkan. Ia juga ingat ia masih memiliki jimat yang belum dipakai.

Jin Hyuk bersiap hendak pergi. Young Hwi tanya apa Jin Hyuk benar-benar akan pergi ke Hwal In Seo. Jin Hyuk membenarkan. Young Hwi memberitahu bahwa sebenarnya Hwal In Seo adalah tempat pertemuan para dukun. Young Hwi menyarankan agar Jin Hyuk tidak pergi ke sana. Namun Jin Hyuk tetap ingin membantu. Young Hwi hanya bisa pasrah mendengar jawaban Jin Hyuk. Ia menawarkan diri untuk mengantarnya sampai ke gerbang kota.

Young Rae menjadi cemas mendengar percakapan mereka. Ia mencegah Jin Hyuk untuk pergi ke sana karena ia bisa terjangkit penyakitnya dan mati. Jin Hyuk berkata jangan khawatir. Jin Hyuk berkata bahwa asal menjaga kebersihan, memasak air hingga matang, dan menutup mulut jika bertemu penderita maka mereka akan terhindar dari gwejil. Jin Hyuk akhirnya tetap pergi diantar oleh Young Hwi.

Young Hwi meminta Jin Hyuk bisa mengerti akan sikap adiknya. Ia bercerita bahwa 5 tahun yang lalu ayahnya meninggal karena gwejil. Segala macam pengobatan telah dijalani bahkan mereka juga telah mengundang shaman (dukun) yang terkenal. Namun semuanya gagal. Semua menyerah kecuali Young Rae. Ia lah yang masih tetap berada di sisi ayahnya sampai ayahnya meninggal dunia.

Mereka sampai di gerbang kota. Karena jalan diblokir maka Young Hwi hanya bisa mengantar sampai di sini. Young Hwi meminta Jin Hyuk memikirkan lagi keputusannya untuk membantu para korban gwejil. “Jangan khawatir! Sampaikan juga pesan ini pada nona Young Rae,”jawab Jin Hyuk. Akhirnya Young Hwi hanya berkata agar Jin Hyuk bisa menanggulangi penyakit ini.

Jin Hyuk sampai di Hwal In Seo. Jin Hyuk tercengang melihat para korban yang jatuh bergelimpangan dan tidak ada yang merawat. Jin Hyuk bertemu dengan para tabib dan memberitahu bahwa ia di sini karena diberi mandat untuk membantu mereka. Namun mereka malah menyuruh agar Jin Hyuk pergi menyelamatkan diri. Mereka sendiri sedang bersiap-siap pergi meninggalkan Hwal In Seo. Jin Hyuk bertanya siapa yang bertanggung jawab di sini.

Jin Hyuk pergi menemui seorang tabib. Ia menemui tabib Heo yang sedang berusaha mengobati korban. Ia memberitahu ia diberi mandat untuk membantu menanggulangi gwejil. Tabib Heo berkata ia sudah mendengar kedatangannya. Jin Hyuk heran dengan cara pengobatan tabib Heo yang hanya memakai jimat. “Tikus..kucing..tikus…kucing. Tikus mencericit, kucing mengeong,”itulah kata-kata mantra dari tabib Heo. Ia lalu menempelkan jimat bergambar kucing pada perut pasien. “Sudah selesai,”kata tabib Heo. Ia lalu memanggil pasien berikutnya.

Di rumah keluarga Hong, pelayan menyebarkan darah sapi ke sekitar rumah. Sedangkan Nyonya Hong memasang jimat. Young Rae berkata hanya dengan memakai jimat dan darah sapi tidak akan mencegah wabah tersebut. Nyonya Hong memintanya untuk tidak sembarangan bicara. Ia lalu menyuruh pelayan untuk menyiram darah sapi ke gudang dan kamar mandi.

Jin Hyuk masih berusaha membujuk tabib Heo untuk menghentikan cara pengobatannya yang salah. Tabib Heo masih yakin cara pengobatannya benar dan tidak menggubris kata-kata Jin Hyuk. Jin Hyuk menjadi kehilangan kesabaran. “Cukup sampai di sini! Sebagai tabib sedang apa ini? Wabah merajalela. Apakah Anda benar-benar memikirkan untuk menghentikan wabah ini?”kata Jin Hyuk kesal.
“Aku sedang sibuk sekali apa kau tidak lihat?”kata tabib Heo. Menurut tabib Heo penyebab gwejil adalah tikus berumur 20 tahun sehingga dengan menempelkan jimat kucing bisa mencegah penyakit ini. Karena kesal Jin Hyuk membuang jimat itu. Tabib Heo menjadi marah. Ia bilang tidak ada pengobatan gwejil. Jin Hyuk bilang gwejil tidak disebabkan oleh iblis atau setan tetapi disebabkan oleh bakteri kolera.
“Kole..apa?”
“Kolera. Asal bakteri kolera dikeluarkan dari tubuh dan kita minumkan air yang bersih penderita bisa sembuh.”
“Hahaha…hanya minum air saja? Ayo kalian semua cepat minum air sepuasnya dan kalian akan terhindar dari gwejil. Hahaha…..”ejek tabib Heo (aku lebih suka nyebutnya dukun). Semua orang menertawakan Jin Hyuk. “5 tahun yang lalu banyak yang meninggal karena gwejil. Tapi kenapa aku tidak mati? Karena aku menempel jimat kucing di tubuhku. Lihat!”kata tabib Heo sambil membuka bajunya dan memperlihatkan jimat yang menempel di perutnya. “Karena itu aku tidak terjangkit oleh…”belum selesai ia berkata, tabib Heo mulai muntah-muntah. Semua kaget. “Gwejil! Lari! Gwejil!”

“Choon Hong aku sudah mampir kenapa kau tidak menuangkan aku teh,”kata Ha Eung yang mampir ke tempat gisaeng Choon Hong. Choon Hong berkata bahwa orang yang ingin ia temui adalah Jin Hyuk. “Aku kan sudah bilang aku hanya kalah cepat. Andai aku lebih cepat dari dia aku yang akan menjadi penyelamatmu,”kata Ha Eung. Ha Eung berkata sebenarnya ia ingin mengajak Jin Hyuk tapi Jin Hyuk pergi ke Hwal In Seo untuk menanggulangi wabah gwejil. “Gwejil?” Choon Hong terkejut. Ha Eung membenarkan. Ha Eung meragukan jika Jin Hyuk dapat mengatasinya. Menurutnya gwejil bukanlah penyakit yang bisa disembuhkan dengan pengobatan. “Kalau untuk dokter itu sepertinya bukanlah sesuatu yang aneh,”kata Choon Hong yakin. Menurutnya Jin Hyuk bukanlah sembarang dokter. “Apa yang dapat ia lakukan. Meskipun itu Hwa Ta, ia tetap tidak bisa menanggulangi wabah ini,”kata Ha Eung. (Hwa Ta adalah dokter cina yang terkenal pada zaman dinasti Han).
“Bagaimana jika ia lebih hebat dari Hwa Ta?”kata Choon Hong.

Choon Hong bertanya pada gisaeng yang lain siapa pejabat yang datang. Gisaeng itu menjawab Kim Beok Yi (anteknya Kim Byung Hee) dan Kim Dae Gun (anak sulung Byung Hee). Gisaeng itu juga menjelaskan bahwa mereka ada hal yang penting yang dibicarakan dan tidak boleh diganggu. Beok Yi dan Dae Gun keluar dari rumah gisaeng dan berpapasan dengan Choon Hong dan Ha Eung. Choon Hong dengan ramah menawari mereka minum, “Kenapa terburu-buru?”tanya Choon Hong.
“Kebetulan aku ada urusan yang harus kuselesaikan denganmu. Tapi sekarang ini aku sibuk dengan urusan kenegaraan. Lain kali aku akan datang lagi,”kata Dae Gun. Mereka lalu pergi.

“Aku juga merasa khawatir. Bagaimana jika aku bantu?”tanya Ha Eung basa-basi.
“Mana berani kami minta bantuan dari Jongchin,”sindir Beok Yi. (Jongchin adalah keturunan raja yang tidak memiliki kekuasaan). “Jongchin? Anjing peliharaan siapa itu? kura-kura dalam perahu.”kata Ha Eung. “Kalian jangan-jangan sungkan-sungkan. Asal demi negara dan keluarga kerajaan, menyemplung dalam bara api pun aku mau. Kalau ada keuntungan kita nikmati bersama,”kata Ha Eung yang sepertinya mencium ada yang tidak beres dengan mereka berdua.

Tiba-tiba ada anak kecil yang sudah berdiri di depan mereka. Rupanya itu adalah anak kedua Ha Eung, Myeong Bok. Myeong Bok memberi hormat pada mereka. Dae Gun mengambil buku dari Myeong Bok. “Bersekolah di Seo Dang?”tanya Dae Gun. (Seo Dang adalah sekolah swasta). Myeong Bok meminta bukunya dikembalikan. Namun Dae Gun enggan. Ia malah membaca buku tersebut. “Kau belajar materi tingkat universitas? Kudengar putra kedua Anda cerdas. Memang seperti yang diberitakan,”kata Dae Gun. Tanpa dinyana Ha Eung merebut buku itu dan merobek-robeknya. “Anak tidak berguna. Siapa yang menyuruhmu sekolah? Jongchin tidak bisa jadi pejabat apa gunanya sekolah?”kata Ha Eung marah.
“Abeoji (ayah)!”
“Jika kau ke Seo Dang lagi kupatahkan kakimu!”ancam Ha Eung. Myeong Bok merasa kecewa dan berlari pergi. Beok Yi mengejek Ha Eung yang hanya bisa membenci diri sendiri karena dilahirkan sebagai Jongchin. Semakin pintar Jongchin semakin buruk nasibnya. Itu menurut Dae Gun.

Jin Hyuk membawa tabib Heo ke Hwal In Seo. Ia meminta tolong pada tabib-tabib lainnya untuk merawat tabib Heo. Namun tidak ada seorang pun yang bersedia. Mereka semua pergi meninggalkan Hwal In Seo. Tiba-tiba ada yang memanggil Jin Hyuk. Rupanya ayah Sik A yang datang. “Sik A..ibu Sik A…”kata ayah Sik A. Jin Hyuk mengerti. Mereka lalu pergi ke desa To Mak.

Mereka tiba di rumah Sik A. Sepertinya ibu Sik A juga terkena wabah gwejil. Jin Hyuk meminta Sik A dan ayahnya keluar. Jin Hyuk lalu meminta semua warga untuk mengumpulkan para penderita ke rumah Sik A. Ia juga meminta warga menyediakan air, gula dan garam. Jika tidak ada gula, maka sirup dan madu juga bisa. Jin Hyuk meminta mereka bergerak cepat. Jin Hyuk dan warga mengumpulkan para penderita di satu rumah. Ia menyediakan tempat untuk muntah dan pakaian kotor. Ia juga membuat batas berupa tali yang mengelilingi rumah agar warga tidak memasuki area penderita termasuk hewan peliharaan. Ia meminta para warga untuk membakar atau menanam dalam tanah pakaian yang pernah dipakai penderita. “Makanan dan minuman harus bersih. Apabila bersentuhan dengan penderita tidak peduli secepat apapun harus langsung cuci tangan.”

Ayah Sik A menyerahkan air gula, garam dan sirup. Namun persediaan hanya sedikit. Jin Hyuk memintanya untuk mencari tempat agar penderita dapat berbaring. Ayah Sik A bersedia lalu meminta yang lain membantunya untuk memotong kayu. Jin Hyuk lalu memasak air. Aku harus membuat larutan untuk diminum, sebisa mungkin mirip dengan cairan tubuh.

Ha Eung berjalanan sempoyongan dan menceracau tidak keruan karena mabuk. Pelayannya datang menghampirinya. Sepertinya ada hal penting yang hendak ia sampaikan. Namun Ha Eung masih menceracau tak jelas. “Myeong Bok. Ada sesuatu yang aneh yang terjadi pada Myeong Bok,”kata pelayannya. Ha Eung kaget. Ia langsung pulang ke rumah dan mendapati Myeong Bok muntah-muntah. Sepertinya terkena gwejil. Ha Eung langsung membopong Myeong Bok pergi.

Byung Hee dan para pejabat lain sedang rapat. Tabib Yoo melaporkan bahwa situasi di ibukota terkendali. Namun yang menjadi masalah adalah yang di luar kota. Penderita gwejil semakin bertambah dan para tabib di Hwal In Seo mengundurkan diri. Byung Hee bertanya bagaimana dengan Jin Hyuk. Tabib Yoo berkata bahwa Jin Hyuk sendirian sekarang di To Mak tapi sepertinya juga tidak berhasil menanggulangi. Byung Hee lalu bertanya bagaimana dengan alur keluar masuk. Kyung Tak melaporkan bahwa semua pintu masuk telah disegel. Semua orang dan barang tidak diizinkan masuk. Tapi akibatnya persediaan mereka terbatas. Dan ada orang yang memanfaatkan situasi ini untuk mengambil keuntungan. Beok Yi dan Dae Gun merasa terancam. Beok Yi berkata masalah yang terpenting sekarang adalah membasmi wabah bukan menangkap penjahat. Sedangkan Dae Gun malah menuduh Kyung Tak mencari muka di hadapan mereka. Byung Hee menengahi. Menurutnya mereka harus memprioritaskan masalah. Ia menyuruh Kyung Tak untuk meningkatkan keamanan dalam kota.

Selesai rapat, Dae Gun mengejek Kyung Tak yang besar mulut. “Sekali anak haram tetap anak haram. Tidak peduli bagaimanapun kau memberontak tembikar tidak akan berubah menjadi tembaga. Jangan bermimpi!”

Lalu mereka mendengar ada keributan.“Ku mohon biarkan aku bertemu dengan Tabib Agung Yoo,”kata Ha Eung. Rupanya Ha Eung memaksa bertemu dengan tabib Yoo untuk meminta tolong untuk merawat putranya, Myeong Bok. Tabib Yoo datang dan memeriksanya dengan enggan. Ia kaget karena ternyata Myeong Bok terkena gwejil. Segera ia memerintahkan pengawal untuk menyeret mereka. Ha Eung terus memohon bahkan ia rela menjadi budak asalkan anaknya dirawat. “Tolong kumohon berikan mandat pada Tabib Agung Yoo untuk merawat anakku. Aku bersedia menjadi budakmu seumur hidup,”kata Ha Eung pada Byung Hee sambil berlutut. “Hanya berkurang satu jongchin saja tidak perlu ribut-ribut seperti ini. Pengawal segera seret penderita ke luar kota!”perintah Byung Hee.

Para pengawal segera menyeret Myeong Bok. Ha Eung mencegah mereka membawa Myeong Bok. Mereka tetap berusaha menyeret Myeong Bok. Bahkan mereka memukuli Ha Eung yang memeluk Myeong Bok. Kyung Tak tidak tega melihatnya namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ha Eung dan putranya berhasil diseret keluar. Ha Eung lalu memeluk Myeong Bok dan berjanji menyelamatkannya. Ha Eung lalu ingat perkataan Choon Hong tentang Jin Hyuk.

Sementara itu Young Rae dan pelayannya yang bernama Bu Nim pergi ke perbatasan kota untuk melihat situasi. Bu Nim membujuk Young Rae untuk pulang agar mereka tidak dimarahi Nyonya Hong. Young Rae bilang mereka hanya melihat sebentar setelah itu pulang. Sampai di perbatasan mereka melihat para warga di luar kota menyerbu masuk. Kebanyakan memang rakyat miskin. Penjaga gerbang kota sampai kewalahan menahan mereka masuk. Para warga berhasil masuk. Para penjaga segera memukuli mereka. Situasinya benar-benar kacau. Young Rae dan Bu Nim ketakutan melihat apa yang terjadi. Karena banyaknya orang mereka menjadi terpisah.

Young Rae dikepung oleh sekelompok orang. Dari penampilannya mereka tahu Young Rae adalah putri bangsawan sehingga mereka memaksanya untuk memberi mereka uang. Young Rae dengan takut berkata ia tidak memiliki uang. Mereka tidak percaya begitu saja. Mereka lalu menyeret Young Rae. Beruntung Kyung Tak datang di waktu yang tepat. “Siapa yang berani menyentuhnya tidak akan kuampuni.” Mereka lalu menyerang Kyung Tak. Tentu saja mereka tidak sebanding dengan Kyung Tak yang jago bela diri. Setelah berhasil dikalahkan, para pengawal menangkap mereka.

Kyung Tak bertanya pada Young Rae apa ada yang terluka. Young Rae menggeleng.”Sudah kubilang jangan keluar rumah jika tidak ada yang penting.” Young Rae masih syok. Kyung Tak segera memeluknya. “Tenanglah! Sudah aman sekarang.”
“Terima kasih Tuanku,”kata Young Rae yang tidak menolak pelukan Kyung Tak. Kyung Tak agak tersenyum. “Aku juga berterima kasih padamu,”kata Kyung Tak. Young Rae pun menangis.

Jin Hyuk sedang merawat tabib Heo. Jin Hyuk meminta tabib Heo meminum larutan yang telah dibuatnya. Namun Tabib Heo bersikeras menolak. Bahkan berkali-kali melempar mangkuk berisi larutan pemberian Jin Hyuk. Jin Hyuk menjadi kesal apalagi tabib Heo berteriak meminta dicarikan tabib yang lain untuk mengobatinya. “Tikus mencericit..kucing mengeong.” Tabib Heo masih berusaha merapalkan mantera dan menempel jimat. Jin Hyuk akhirnya mendekap tubuh tabib Heo dan memasukkan larutan dengan paksa ke dalam mulut tabib Heo. Jin Hyuk juga menyuapi ibu Sik A. Ibu Sik A muntah lagi. Jin Hyuk kelelahan dan hampir putus asa.

Ayah Sik A menanyakan keadaan istrinya. Jin Hyuk berkata istrinya masih bertahan sampai sekarang. Tapi jika hanya diminumkan tidak akan efektif. Harus disuntikkan langsung ke pembuluh darah (seperti infus). Masalahnya adalah tidak ada peralatan untuk itu. Ayah Sik A menawarkan diri untuk membuat alat tersebut. Karena ia adalah seorang tukang besi yang terampil. Dengan bersemangat Jin Hyuk menunjukkan sebuah jarum suntik dari dalam tasnya. Ia bertanya apakah ayah Sik A bisa membuat jarum seperti yang ditunjukkannya. “Buatan siapa ini? Benar-benar mengagumkan. Sepertinya tidak gampang tapi akan aku coba,”kata ayah Sik A. Jin Hyuk lalu menggambar di tanah bentu sebuah plabot/tabung infus.
“Ini terbuat dari kaca,”kata Jin Hyuk. Jin Hyuk juga minta untuk dicarikan selang karet. “Selang..apa?” Ayah Sik A bingung. Jin Hyuk baru sadar bahwa di zaman ini karet belum ditemukan. Ia juga baru ingat sebenarnya dalam tasnya ada selang karet tapi saat pergi tadi ia meninggalkan selang karet itu di rumah keluarga Hong. Dan sekarang yang menjadi masalah adalah pintu keluar masuk sudah disegel dan tidak ada uang untuk membeli bahan untuk membuat jarum infus.

“Dokter Jin, dokter Jin!” Tiba-tiba ada Ha Eung yang sedang membopong Myeong Bok. “Apa lagi yang kau butuhkan? Aku akan berusaha mendapatkannya,”kata Ha Eung. Jin Hyuk heran Ha Eung datang kemari. “Tolonglah anakku Myeong Bok!” Myeong Bok? Jadi anak ini kelak adalah Go Jong?

Jin Hyuk lalu membawa Myeong Bok ke dalam rumah dan memeriksanya. Menurut sejarah, 3 tahun dari sekarang Go Jong akan menjadi raja. Jadi anak ini tidak mungkin mati di sini. Tapi…apabila tidak dihiraukan dan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan maka akan terjadi perubahan sejarah.

Ha Eung ada di perbatasan kota. Ia sedang memikirkan bagaimana caranya ia masuk ke dalam kota. Sepertinya ia yang bertugas mencari barang-barang yang dibutuhkan Jin Hyuk. Ia lalu melihat Bok Yi (anak buah Pal Yi) membawa bungkusan dan bertemu dengan seseorang. Sepertinya mereka sedang bertransaksi. Ha Eung lalu menemui Bok Yi, Ha Eung memaksanya mengatakan bagaimana ia bisa masuk ke dalam kota lagi. Ia mengancam akan mengatakan pada penjaga bahwa ada orang yang bisa keluar masuk dengan bebas. Akhirnya Ha Eung bisa masuk lagi ke dalam kota melalui sebuah terowongan rahasia.

Sementara itu, Young Rae masuk ke kamarnya dan berdoa untuk keselamatan Jin Hyuk. Ha Eung datang ke rumah keluarga Hong dan meminta selang karet. “Sepertinya namanya karet..yang menjadi panjang jika ditarik.” Young Hwi bertanya apakah Jin Hyuk yang memintanya. Ha Eung membenarkan. Young Rae keluar dari kamar dan bertanya tentang keadaan Jin Hyuk. Ha Eung berkata situasinya kacau balau. Jumlah penderita sangat banyak tapi Jin Hyuk hanya sendirian sebab para tabib mengundurkan diri semua. Young Rae lalu mencari karet yang dimaksud. Ia menemukannya dan hendak memberikannya pada Ha Eung. Namun ia terhenti saat ibunya dan Ha Eung berdebat. Rupanya Ha Eung meminta tolong pada Young Hwi untuk mengantar karet ke desa To Mak sedangkan ia hendak mencari barang yang lain yang dibutuhkan. Namun Nyonya Hong tentu saja tidak setuju apalagi Young Hwi baru saja terluka. Nyonya Hong lalu memanggil Young Rae agar segera memberikan karet pada Ha Eung. Young Rae tidak menyahut panggilan ibunya. Nyonya Hong masuk ke dalam rumah dan mendapati jendela rumah terbuka. Sepertinya Young Rae hendak mengantarkan karet ke desa To Mak. Ha Eung tersenyum senang.

Jin Hyuk masih merawat Myeong Bok. Myeong Bok merasa tidak tahan terhadap sakitnya dan hendak menyerah. Jin Hyuk memintanya bertahan. “Aku tidak ingin hidup seperti ayahku. Karena dilahirkan sebagai Jongchin aku selalu ditindas.”
“Sebenarnya kaulah yang tidak mengerti,”kata jin Hyuk. Myeong Bok muntah lagi.

Ha Eung pergi ke pasar dan mencari Joo Pal Yi. Ia sedang menguping saat Pal Yi memarahi Bok Yi karena gagal berbisnis dan memberitahu Ha Eung tentang terowongan rahasia mereka. “Hey, Joo Pal Yi,”panggil Ha Eung. Pal Yi terkejut karena Ha Eung bisa datang ke markasnya. Rupanya Bok Yi yang memberitahu Ha Eung di mana markas mereka dan ini membuat Pal Yi semakin kesal pada Bok Yi. Pal Yi menyambut kedatangan Ha Eung dengan basa-basi. “Hutangku 30 Nyang kan?”tanya Ha Eung.
”Benar. Kau mau melunasi?”tanya Pal Yi basa-basi.
“Tentu saja aku harus membayarnya. Bagaimana kau ini? Hahaha…tapi 30 Nyang jumlahnya sedikit. Bagaimana jika kutambahkan 170 Nyang menjadi 200 Nyang?” Artinya Ha Eung hendak meminjam uang lagi pada Pal Yi sebesar 170 Nyang. “Hahaha…” Pal Yi dan Ha Eung tertawa.

Sebagai gantinya Ha Eung menawarkan lukisan anggreknya pada Pal Yi untuk dijual lagi. Menurutnya lukisannya itu bisa dijual 200 hingga 300 Nyang. Pal Yi menerima lukisannya. Tapi ia malah menggunakan lukisan itu untuk membersihkan ingusnya. “Jangan macam-macam! Katakan bagaimana kau membayar utangmu?”kata Pal Yi kali ini tanpa basa-basi lagi. Ha Eung akhirnya juga tanpa basa-basi. Ia membuka tempat penyimpanan bahan makanan pokok yang ditimbun Pal Yi dan tidur di atasnya. Pal Yi dan Bok Yi panik karena takut ketahuan bahwa mereka menimbun makanan. Ha Eung menawarkan diri untuk dicambuk 30 kali sebagai ganti hutangnya. 1 cambuk 1 Nyang. “Bagaimana kalau digenapkan 100 Nyang saja supaya kau sekalian berjalan menuju kematian?”kata Pal Yi kesal. “Boleh. Itu bisa menjadi salah satu caranya,”tantang Ha Eung. Pal Yi menyuruh Bok Yi mengambil tongkat dan tikar jerami.

“Jalan keluar masuk terhambat. Bagaimana caranya kau mendapatkan bahan makanan ini?”tanya Ha Eung berusaha mengorek keterangan dari Pal Yi. “Kau pasti menyogok petugas tapi kau pasti tidak punya cukup uang untuk menyogok semua petugas di Pocheong kan? Jika pemerintah tahu simpanan bahan makananmu sebanyak ini mereka pasti senang,”ancam Ha Eung secara halus. Pal Yi berusaha menutupi kepanikannya.
“Karena kau sudah tahu, aku katakan saja yang sebenarnya. Tidak peduli perang atau wabah kita harus mengendalikan pangan. Kunyuk yang bernama Kim Dae Gun itu….” Pal Yi tidak meneruskan omongannya. Ia sadar ia baru saja keceplosan. “Apa? Kim Dae Gun?” Ha Eung ingat pertemuan antara Dae Gun dan Beok Yi di rumah Gisaeng. “Putra sulung Byung Hee mengambil kesempatan dalam kesempitan pada saat seperti ini.”

Sementara itu, Dae Gun dan Beok Yi sedang bersenang-senang di rumah gisaeng ditemani oleh Choon Hong. Dae Gun berkata sebenarnya ia ingin menghukum Choon Hong atas kejadian yang lalu tapi menurutnya itulah yang membuat Choon Hong semakin menarik jadi ia urung menghukumnya. Beok Yi berkata jika itu pejabat lain maka Choon Hong tidak bisa terhindar dari hukuman. “Hamba sangat berterima kasih,”kata Choon Hong.

“Aroma arak berusia tua tercium bermil-mil jauhnya. Hidungku seperti hidung anjing. Hahaha..,”kata Ha Eung yang tiba-tiba datang mengganggu mereka. “Kabarnya tuanku ini mendapat untung yang besar akhir-akhir ini,”sindir Ha Eung. Dae Gun yang sedang meminum arak menjadi tersedak. Hal ini membuat Ha Eung tertawa. “Berarti gosipnya benar.” Dae Gun langsung bertanya apa urusan Ha Eung menemuinya. Ha Eung ingin pinjam 500 Nyang. “Jika untuk berjudi itu terlalu banyak,”kata Dae Gun.
“Bukan untuk berjudi tapi untuk membantu penderita gwejil.”
“Hahaha..” Dae Gun dan Beok Yi tertawa mendengarnya. Mereka tidak percaya dengan ucapan Ha Eung. Dan tentu saja Dae Gun enggan memberinya uang. “Masalah putra sulung Byung Hee mengambil kesempatan dalam kesempitan seperti ini jika beliau mendengar apakah beliau akan senang atau menjadi murka?” Ha Eung mulai mengancam. Beok Yi mulai panik. Namun Dae Gun tetap tenang. “Silahkan kau beritau ayahku. Kira-kira abeonim (ayah) akan percaya pada ucapan putra sulungnya atau jongchin yang tidak berguna sepertimu. Aku jadi penasaran.”

“Anda seharusnya malu. Pejabat-pejabat ini lebih memperhatikan kehidupan rakyat dibandingkan dengan dirimu,”kata Choon Hong tiba-tiba.
“Jika dari awal kau katakan niatmu dan minta tolong mereka pasti akan memberimu 500 Nyang.” Ha Eung kaget mengapa Choon Hong tidak membelanya. Choon Hong memberi isyarat untuk mengikuti perkataannya. Ha Eung mulai mengerti. “Benar juga aku gegabah. Aku sudah salah bicara. Aku minta maaf jika Anda tersinggung,”kata Ha Eung.
“Tuanku juga memperhatikan kehidupan rakyat. Benar kan?”puji Choon Hong. “Tidak usah menjilat. Kau pikir aku tidak tahu rasa kasihanmu kepada Pangeran Heung Sun (maksudnya Ha Eung),”kata Dae Gun yang mengetahui trik mereka.
“Tuanku kau tidak tahu. Perkataanku ini demi kepentingan Tuanku. Jika Tuanku membantu para korban wabah maka banyak yang memuji dan pasti Menteri Sayap Kiri (Byung Hee) juga mendengarnya.” Choon Hong menggunakan trik lain.
“Toh hanya 500 Nyang. Ini adalah transaksi yang menguntungkan.” Choon Hong memandang Ha Eung. Ha Eung menahan tawa.

Kembali ke desa To Mak. Jin Hyuk membantu Myeong Bok yang muntah. Ia hendak meminumkan larutan yang dibuatnya tapi ternyata habis. Jin Hyuk lalu menyuruh Myeong Bok berbaring. Jin Hyuk kelelahan. Ditambah lagi keluhan tabib Heo yang minta pulang. Jin Hyuk menjadi kesal. “Anak kecil saja bisa menahan diri. Apa kau tidak malu?” Tabib Heo yang dimarahi menjadi diam dan meminum lagi larutannya. Ia lalu sadar bahwa orang yang dirawat di sampingnya tidak bernafas. Jin Hyuk terkejut dan memeriksa orang itu. Rupanya orang itu memang sudah meninggal. Tabib Heo mengeluh lagi bahwa sebentar lagi gilirannya untuk mati. Sedangkan Jin Hyuk mulai menangis. Ia sepertinya sudah putus asa.

Kembali ke rumah gisaeng. Dae Gun berkata bahwa 500 Nyang tidak berarti dibandingkan dengan keuntungan yang didapatkan yaitu pujian terhadap kemurahan hatinya. Beok Yi berkata Ha Eung akan memintanya uang terus menerus dengan alasan yang lain lagi. Dae Gun baru sadar akan hal ini. Beok Yi menyarankan agar Dae Gun mengambil uangnya kembali dari Ha Eung di depan Choon Hong. Dae Gun lalu memerintahkan pengawal untuk menangkap Ha Eung.

Sementara itu Ha Eung membawa uang 500 Nyang dengan panik. Ia tahu ia sedang dibuntuti. Ha Eung langsung berlari dan bersembunyi di belakang Pal Yi. Dua orang yang membuntutinya mengejarnya dan dihadang oleh kelompok Pal Yi. “Apa hanya ada dua orang? Kupikir berpuluh-puluh orang,”keluh Pal Yi.
“Sebenarnya ada apa?”tanya Pal Yi.
“Kau tidak perlu tahu. Bereskan mereka dulu. Setelah itu kita makan kue beras,”janji Ha Eung. “Hah..cukup! Mendengar kue beras, aku bertambah emosi,”kata Pal Yi. (wkwkw..)
“Kalau begitu tolong bereskan mereka! Hitung-hitungannya nanti saja,”kata Ha Eung lalu kabur. “Benar-benar,”keluh Pal Yi.
“Tunggu sebentar! Kenapa kita membantu Ha Eung?”kata Pal Yi baru sadar.
“Makanya itu hyeongnim (kakak),”kata Bok Yi. Tapi akhirnya Pal Yi cs tetap bernafsu untuk membereskan anak buah Dae Gun. (Setiap kali ada adegan Pal Yi cs bikin ngakak).

Ha Eung terus berlari. “Myeong Bok bertahanlah sebentar lagi. Karena ayah akan tiba”batin Ha Eung.

Jin Hyuk merenung sendirian sambil melihat mayat-mayat yang hendak dikuburkan. Tidak peduli seberapa keras usahaku, untuk mengatasi wabah penyakit di zaman ini masih terlalu sulit bagiku. Awalnya aku mengira aku bisa menanggulanginya. Apakah aku terlalu percaya diri? Apa sebenarnya yang kulakukan di sini? Seorang diri, apa yang bisa kulakukan?

Young Rae tiba dan menyerahkan karet pada Jin Hyuk. Jin Hyuk terkejut dengan kedatangannya. Ia meminta Young Rae pulang karena tempat ini berbahaya. Lagi pula ia sudah tidak membutuhkan karet lagi. “Tidak butuh? Apa maksudmu?”tanya Young Rae belum mengerti. Jin Hyuk berkata ia tidak sanggup mengatasinya. “Kau begini karena banyak korban yang mati?”kata Young Rae setelah melihat banyak mayat yang hendak dikuburkan. “Jadi kau mau menyerah? Aku mengerti perasaanmu. Awalnya merasa sedih bagaikan langit runtuh. Setelah itu mulai menyesali semuanya. Kau akan merasa bersalah, merasa tidak berguna. Karena itu ingin melarikan diri. Tetapi..di satu sisi memiliki pemikiran yang lain. Jika karena takut sehingga melarikan diri maka seumur hidup kita hanya bisa bersembunyi. Tapi beginikah caranya kita menjalani hidup? Satu-satunya cara untuk mengalahkan kesulitan ini adalah menghadapi dan melawannya. Dokter Jin, biarkan aku membantumu.” Mungkin Young Rae juga mengalami perasaan ini saat merawat ayahnya dulu.

“Dokter Jin!” Tiba-tiba tabib Heo keluar dan berteriak. “Kau bilang jika aku bisa buang air kecil aku sudah sembuh. Barusan aku buang air kecil. Badanku terasa lega, perutku juga sudah normal. Heo Gwang sudah sembuh. Heo Gwang sudah sembuh.” Jin Hyuk lega mendengarnya. “Lihat! Sepertinya kau sudah menyelamatkan satu nyawa,”kata Young Rae turut senang. Ia lalu memegang tangan Jin Hyuk dan memohon untuk diijinkan membantunya.

Young Rae lalu membantu Jin Hyuk membuat larutan. Sementara itu Kyung Tak datang ke desa To Mak dengan menaiki kuda. Sepertinya ia sedang mencari Young Rae. Young Rae dan Jin Hyuk keluar dengan membawa timba. Mereka berdua bertemu dengan Kyung Tak. Mereka dibatasi oleh tali yang mengelilingi sebuah rumah. Tanpa basa-basi Kyung Tak menyuruh Young Rae pulang. Tentu saja Young Rae tidak mau. Kyung Tak hendak masuk namun dicegah Young Rae. “Jangan ke sini sesuka hati! Ini adalah perbatasan daerah yang sudah terjangkit wabah dengan yang belum! Harap supaya Anda bisa mengerti!”kata Young Rae. Kyung Tak tidak peduli. Ia menghunuskan pedangnya dan memotong tali yang menjadi perbatasan. Lalu mengarahkan pedangnya ke leher Jin Hyuk. Young Rae dan Jin Hyuk terkejut.

Wah..semakin seru. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Bisakah Jin Hyuk menanggulangi wabah? Tunggu episode selanjutnya ya!

Thanks to doramax264, darksmurf

Written & image by Ganis @pelangidrama

Only Posted on pelangidrama.net

DON’T REPOST AT OTHER SITE/FANPAGE FB!