[Sinopsis K-Drama] Time Slip Dr. Jin Episode 16

 

 =Sinopsis Time Slip Dr. Jin Episode 16=

Dengan setitik keraguan akhirnya Kyung Tak menembakan peluru ke arah P. Heung Seon, sontak dia kolaps bersimbah darah. Jin Hyuk syok, tidak  tidak tidak..takdir  P. Heung Seon seharusnya tidak seperti ini. P. Heung Seon meminta Jin Hyuk menjaga anaknya, Myeong Beok.
“Anda tidak seharusnya mati di sini, anda akan menjadi ayah dari raja yang bertahta!”
P. Heung Seon memegang Jin Hyuk erat, menahan rasa sakit dia ragu kenapa Jin Hyuk bisa yakin akan takdirnya. “Katakan padaku siapa dirimu sebenarnya?”

Kyuk Tak masuk ke dalam sebuah rumah, dan langsung di serang pria bertopi, tak lain adalah kakak Young Rae. Mereka sempat adu pedang, yang kemudian keduanya begitu syok mengetahui identitas masing-masing. “Bagaimana bisa?” seru Kyung Tak tak percaya, yang kemudian pingsan karena pukulan Pal Yi.

Sementara itu Jin Hyuk membawa P. Heung Seon ke tempat Choon Hong. Jin Hyuk meminta peralatan operasi disiapkan. Choon Hong tak sanggup bergerak melihat betapa banyak darah yang keluar dari P. Heung Seon. Lagi-lagi P. Heung Seon meminta Jin Hyuk menjaga anaknya.
“Tidak anda harus selamat dan menjaganya sendiri!”

Kyung Tak yang masih dalam keadaan pingsan diikat agar tidak melarikan diri saat tersadar. Kakak Young Rae meminta salah satu dari mereka menjaganya.

Kembali ke situasi P. Heung Seon, Jin Hyuk segera mengoperasinya ditemani Young Rae. Untung peluru tidak mengenai jantung, namun merusak beberapa bagian paru-parunya. Tabib Heo datang dengan membawa infus yang diperlukan.

Choon Hong yang mendengar P. Heung Seon memerlukan donor darah dirinya serta merta mengajukan diri, karena dia sama golongan darahnya. (Hemm..gimana cara mengetes golongan darah di jaman itu ya??)

Di kediaman Menteri Kim, bersama 2 koleganya heran keberadaan P. Heung Seon, jelas dia tertembak namun tidak berada di balai pengobatan, namun ketika mengetahui Tabib Heo tergesa-gesa membawa peralatan operasi jelas mereka tahu Kyung Tak tak berhasil membunuh P. Heung Seon di tempat.

Ketiganya dikejutkan dengan datangnya Dae Gyun. Jelas mengetahui situasinya, dia berpendapat agar segera menemukan Kyung Tak. Berbahaya jika menyeret nama Menteri Kim yang mencoba membunuh Kerabat Kerajaan.

Orang yang dibicarakan telah sadar, Kyung Tak pun meronta-ronta untuk melepaskan ikatan tali.

Usai operasi, Young Rae khusuk berdoa. Jin Hyuk yang lewat menghampirinya, serta merta Young Rae kaget, lega ketika tahu itu Jin Hyuk. Young Rae terseyum lemah, mengungkapkan dia iri akan masa depan yang bebas untuk berdoa baik dengan suara keras (mungkin maksunya tidak sembunyi-bunyi) maupun berbisik.

Jin Hyuk baru ngeh begitu melihat salip yang melingkar di tangan Young Rae. Pikirannya melayang ketika membaca pengumuman yang intinya wajib melaporkan orang yang jelas menganut kepercayaan tersebut.

Jin Hyuk dengan muka sedih kembali melihat keadaan P. Heung Seon, terlihat Choon Hong sedang mendonorkan darahnya, (dengan cara dirinya tidur di atas ranjangan yang lebih tinggi agar darahnya mengalir). Jin Hyuk memandang P. Heung Seon dengan muka nanar.

Pangeran Agung Heung Seon. “Saat dia berkuasa nanti, dia akan membangun gereja Katolik besar-besaran. Lebih dari 8.000 orang telah dieksekusi di tahun 1866, dalam peristiwa “Pembantaian Byeong In”. Ditambah dengan korban yang meninggal karena sakit sewaktu dalam pengejaran tentara, jumlah korbannya sangatlah banyak. Mungkin, Nona Young Rae juga…”

Choon Hong terbangun, seakan merasa mengerti pikiran Jin Hyuk. Sebentar lagi keinginan Pangeran Heung Seon akan tercapai.
“Kemudian sejarah akan mengalir mengikuti jalan yang sudah ditentukan. Begitukah?”
“Memang seharusnya seperti itu,” balas Choon Hong dengan anggukan kepala.
“Meski suatu saat nanti akan timbul banyak korban karena beliau?” seru Jin Hyuk.
Choon Hong terpana mendengarnya, seakan tahu dia memperingatkan Jin Hyuk akan tidak ikut campur urasan sejarah dan rahasia langit. Tabib Heo datang dengan wajah panik, meminta Jin Hyuk datang ke istana.

Wah wajah Kyung Tak (yang cute) kini penuh luka lebam. Pal Yi menginterogasinya agar Kyung Tak membuka mulut siapa yang menyuruhnya.

Rupanya Jin Hyuk diminta datang begitu mendengar Yang Mulia Raja kembali sakit. Bersama Pejabat Lee dia berusaha menemui Yang Mulia, namun dilarang oleh Tabib Yoo. Merasa penyakit Yang Mulia sudah dibawah pengawasannya, meminta Jin Hyuk tak ikut campur.

Jin Hyuk memaksa namun pasrah ketika tetap di larang. Kecemasan melanda Jin Hyuk akan kondisi Yang Mulia Raja.

Telihat Yang Mulia Raja kesakitan sesak nafas.

Jin Hyuk berjalan gontai. “Pada akhirnya, Raja Cheol Jong akan meninggal dan Pangeran Heung Seon akan tetap hidup. Itulah yang tertulis dalam sejarah. Namun jika itu terjadi, tak lama lagi akan banyak nyawa yang hilang.”

Jin Hyuk kembali melihat kertas pengumuman, dilanda kemarahan dia merobek-robeknya, seketika dirinya sakit kepala yang hebat. Kilasan-kilasan cahaya putih berkelebat di kepalanya. Apakah hal ini akan sering terjadi jika dia terlalu mencampuri urusan sejarah kali ya?

Tabib Heo panik dan menggeret Jin Hyuk ke kamar Pangeran Heung Seon berada. “Jantungnya berhenti,” jerit Young Rae yang juga panik. Jin Hyuk menginstruksikan agar diberikan kejut jantung dan juga infus. Jin Hyuk mulai memijat dada Pangeran Heung Seon, jika dalam 4-5 menit jantungnya tidak berdetak kembali..mendadak sebuah fikiran melintas.

Di tepisnya fikirannya, dia terus memberikan pijatan jantung. Choon Hong datang dan ketakutan. “Aku mohon!” teriak Jin Hyuk..yeah Pangeran Heung Seon tidak akan mati cepat, dia kembali bergerak.
“Anda telah menyelamatkannya Tabib Jin,” seru Young Rae suka cita. Begitu juga yang lain.

Pejabat Lee memberikan kabar keadaan Pangeran Heung Seon kepada Ibu Suri yang telah keluar dari krisis dan tinggal penyembuhannya. Ibu Suri terlihat kesal, jelas dia tahu Menteri Kim dalang dibalik semuanya. Pejabat Lee tak berani memastikan  Menteri Kim-lah pelakunya.
“Apa kau pikir aku tak bisa melihat atau mendengar apa-apa karena aku wanita tua yang lemah?” hardik Ibu Suri.

Pejabat Lee meminta Ibu Suri agar terus mendukung Pangeran Heung Seon. “Aku ini hanyalah wanita tua yang bertelinga tajam. Memangnya, kekuatan apa yang aku punya?” desah ibu Suri.

Akhirnya Pangeran Heung Seon tersadar, betapa leganya Jin Hyuk. “Aku hanya menyelamatkanmu sekali. Tapi, sudah berapa banyak  kau menyelamatkanku?  Kau bisa bangkrut,” ucap Pangeran Heung Seon lirih yang berusaha berkelar.

Jin Hyuk tersenyum lega. Pangeran Heung Seon kembali bertanya, dari mana asal Jin Hyuk?  Dan akhirnya Jin Hyuk pun mengakui dirinya berasal dari masa depan yang jauh. “Masa depan?” ucap P. Heung Seon lirih.

Young  Hwi menemui Kyung Tak yang makin babak belur (tenang, wajah aslinya masih kincloong kok). Kyung Tak tersenyum sinis mengetahui orang yang ditembaknya masih hidup, berfikir P. Heung Seon beneran punya nyawa 9 (waah emang kucing?).
“Kudengar penyakit Paduka Raja sudah sangat parah.  Tak lama lagi, akan ada pergantian pemilik singgasana.  Jika Pangeran Heung Seon menjadi ayah dari raja yang bertahta,  aku juga punya banyak pekerjaan yang harus kuurus.”

Kyung Tak serta merta kini tertawa sinis, yaa urusan mengusai dunia dan membasmi Klan Ahn. Young  Hwi tak menanggapi, “siapa yang memerintahkan untuk membunuh P. Heung Seon?” tanya Young Rae sambil menatap tajam kepadanya.
“Kau hanya dimanfaatkan. Dari dulu juga seperti itu, begitu pula kali ini.  Pada akhirnya nanti, kau akan dibuang oleh keluarga itu!”

Kyung Tak tak mempedulikan ucapan Young Hwi, semua yang dia lakukan atas dasar inisiatifnya sendiri. Titik. Young  Hwi tak surut, dia meminta Kyung Tak agar bergabung bersamanya, “Tak peduli anak sah atau bukan, bangsawan atau orang biasa, mari kita hancurkan semua perbedaan dan kita buat dunia baru bersama-sama, Kyung Tak!”

Kyung Tak hanya tertawa keras, sampai matipun dia tidak akan mengikuti Young Hwi. Mungkin sebegitu besar kesetiaan Kyung Tak kepada ayahandanya, sehingga dia enyahkan segala rasa sakit yang dirasakannya. Mengalahkan segala logikanya.

Adegan kembali di kamar P. Heung Seon berada, Pal Yi begitu kesal karena walau sudah menghajar Kyung Tak habis-habisan tetap saja dia tak mau buka mulut. Choon Hong sudah menduganya. Sedang P. Heung Seon sendiri hanya terdiam, menerawang kembali ucapan Jin Hyuk.
“Sebenarnya, saya berasal dari masa depan yang sangat jauh.”

Lamunannya di buyarkan akan pertanyaan Choon Hong akan sikap P. Heung Seon selanjutnya. Beliau berfikir Ibu Suri tidak akan mau ‘menghunuskan pedang’ secara langsung ke hadapan Menteri Kim. Hemm, dia bertanya akan senjata yang digunakan untuk menyerangnya.
“Kita tunggu saja.  Apa pria itu akan menjadi kartu keberuntunganku atau sebaliknya.” Sepertinya Kyung Tak akan balik dimanfaatkan.

Begitu mendengar ucapan P. Heung Seon secara tak sengaja, Young Rae terbelalak, cemas akan terjadi sesuatu kepada Kyung Tak.

Jin Hyuk menghampiri P. Heung Seon yang duduk termenung di luar. Kini dirinya faham atas segala tindakan Jin Hyuk yang menyelamatkan dirinya berkali-kali. Takdirnya bukan mati seperti itu, Jin Hyuk menatap intens P. Heung Seon, “Masa depan…Anda ingin mengetahuinya?”
“Apa kau akan mengatakannya padaku?” tanya P. Heung Seon balik.
“Lalu, apa Anda akan mengubahnya?”
“Jika itu hal yang baik akan aku biarkan, namun jika itu hal buruk aku harus mengubahnya.”

Berfikir sejenak, akhirnya Jin Hyuk duduk di samping P. Heung Seon. “Ya, Yang Mulia Raja akan segera wafat, Myeong Beok akan menggantikan dirinya dan naik tahta. P. Heung Seon sendiri akan menjadi Pangeran Agung yang akan memerintah Joseon. “
“Jadi itu takdir yang harus aku alami?”tanya P. Heung Seon, kemudian tertawa keras, kalau hanya itu dia juga tahu karena itu sebuah tekad yang akan dia laksanakan (wuiih ambisiuss). P. Heung Seon meminta Jin Hyuk mengatakan apa yang tidak dia ketahui saja.

Jin Hyuk memuntahkan apa yang menjadi beban fikirannya, pada tahun Byeong In (1866) akan jatuh banyak korban karena dirinya, mereka adalah para penganut keyakinan baru.
“Tabib Jin, yang kau pelajari itu salah. Kau tahu kenapa? Karena entah itu penganut Katolik maupun para pengemis di kota,  mereka semua adalah warga Joseon dan anak-anak Raja. Aku tak akan menjadi ayah yang mengabaikan anak-anaknya sendiri.”
“Apakah anda mau berjanji?”
“Tentu saja..karena istriku juga seorang penganut Katolik.  Masa depan sangatlah penting, Tabib Jin,” ucap P. Heung Seon mantab.
Dan pada akhirnya P. Heung Seon meminta dukungan sampai akhir kepada Jin Hyuk untuk memuwujudkan keinginannya. Kini hanya ada penghalang terakhir, Menteri Kim.

Begitu dirinya tahu Kyung Tak di tahan, Young Rae memohon agar diperkenankan menemuinya. “Ahh kenapa aku selalu lemah terhadap wanita cantik?” keluh Pal Yi.

Dengan alat seadanya, Kyung Tak berusaha melepaskan ikatannya. Kemudian pintu terbuka, dan Young Rae masuk. Kyung Tak segera memalingkan wajahnya, menyuruhnya segera pergi. Young Rae berinisiatif akan memberi tahu Menteri Kim keberadaan Kyung Tak.
“Daripada kembali dengan keadaan seperti ini aku lebih memilih bunuh diri,” sergah Kyung Tak pedih. Sekali lagi mengusir Young Rae dan jangan mencemaskan dirinya lagi!

Bersama Tabib Istana, Jin Hyuk kini berada di hadapan Yang Mulia. Keadaannya semakin parah dengan nafas tersenggal-senggal. Jin Hyuk yang diberi kesempatan untuk mengobati oleh Tabib Istana, hanya menatap nanar sambil berujar, “Maafkan hamba..maafkan hamba Yang Mulia.”

Tabib Yoo menemui pejabat istana lainnya yang berkumpul termasuk Menteri Kim. Tabib Istana mengumumkan agar sebaiknya disiapkan In San (pemakaman bagi Raja, Ratu, maupun keluarga kerajaan di era Joseon). Sontak Menteri Kim dan lainnya geger. Panik, jika demikian maka yang akan menduduki tahta selanjutnya adalah Myeong Beok, putra P. Heung Seon.  “Namun belum terlambat untuk mencegahnya,” ucap Menteri Kim licik.

Keadaan P. Heung Seon semakin lebih baik, dia mengajak Myeong Beok ke istana.

Di istana, para pejabat seakan berkumpul dan meratapi Yang Mulia Raja yang sekarat. P. Heung Seon langsung menghadap Yang Mulia Raja, bersimpuh tepat di sampingnya.

“Aku, yang tak pantas menjadi Raja ini,  telah hidup begitu lama.  Aku meninggalkan beban berat untuk kalian semua. Tolong…jaga semua rakyat negara ini.” Serentak semuanya memangil nama beliau.

 

Dengan gerakan lemah, Yang Mulia meminta Jin Hyuk mendekat, “Aku pulang dulu..ke duniaku. Semoga kau juga bisa kembali…ke duniamu.” itulah ucapan terakhir Raja Cheol Jong (Raja Cheol Jong diangkat Klan An Dong sebagai Raja pada tahun 1849 saat berusia 18 thn dan memerintah sampai tahun 1863 (14 thn ), Raja Cheol Jong pun wafat saat berusia 32 thn  dan akan digantikan oleh putra P. Heung Seon, Myeong Beok  sbg Raja ke 26 Joseon  dan akan dikenal sebagai Raja Gojong dari Han Raya, oh ya sekedar informasi Raja Cheol Jong ini buyut dari Raja Yeong Jo anak dari Raja Suk Jong yang di Dong Yi itu 😀 sumber wikipedia Cheol Jong & wikipedia Myeong Beok  )

Di tahun 1863, Raja Cheol Jong telah wafat. Beliau telah diremehkan, dengan sebutannya sebagai “Putra Kang Hwa”. Hidup seorang Raja yang telah dipermalukan  dan dijadikan boneka oleh klan An Dong Kim. Setelah kematiannya, satu era telah berakhir di Joseon, dan sebuah era baru telah dimulai.  Putra kedua Pangeran Heung Seon, Myeong Beok, semakin dekat dengan singgasana. Dan itu artinya, era pemerintahan Pangeran Heung Seon sudah di depan mata.”

 

Betapa terkejutnya Young Rae saat mendapati Kyuk Tak telah kabur, padahal sebelumnya dirinya berniat membebaskannya. Di luar, Kyung Tak dengan tertatih-tatih menahan rasa sakit, melihat ayahnya ditandu dengan memakai pakaian serba putih.

Kini para pejabat termasuk pejabat Lee, Menteri Kim dan P. Heung Seon berkumpul di hadapan Ibu Suri. Dengan terus terang P. Heung Seon meminta segera setelah In San agar di pilih penerus tahta Raja Cheol Jong. Orang yang bersebrangan lantas mencibir dan menghardik, betapa tidak setianya P. Heung Seon.

 

“Lalu, apa dapat disebut kesetiaan jika kita membiarkan singgasana kosong dan rakyat menjadi cemas?” serang balik P. Heung Seon.

Menteri Kim tak mau kalah, dirinya dan pejabat lain meminta ijin Ibu Suri agar memproses penerus tahta selanjutnya. Ibu Suri akhirnya mengikuti kehendak Menteri Kim.

Sepeninggal lainnya, Pejabat Lee tetap tinggal di kediaman Ibu Suri. Betapa kecewanya dia bahwa Ibu Suri tidak mendukung keinginan P. Heung Seon. Ibu Suri berpendapat akan percuma jika dirinya mendukung Myeong Beok sebagai penerus tahta jika para pejabat lain beserta Menteri Kim menentang habis-habisnya, “Kita tunggu saja. Kita lihat bagaimana Pangeran Heung Seon mengurus masalah pewaris tahta ini,”  kilah Ibu Suri.

Di tempat lain, terlihat P. Heung Seon ‘mencicipi’ duduk di singgasana.

Kyung Tak tiba di kediamannya yang dulu. Terduduk di teras rumah, fikirannya melayang jauh saat dirinya berkabung karena kematian ibunya. Kyung Tak kecil dihampiri Menteri Kim. Dirinya segera menahan lengan baju Menteri Kim yang kemudian menawarkan tempat tinggal bersamanya kepada Kyung Tak. Dan sejak itu dia diharuskan memanggilnya “Tuan Besar” bukan “Ayah”.

Dengan pandangan kosong, Kyung Tak mengelurkan pisau, “Tuan Besar…mohon ampuni hambamu yang tak berharga ini.”

Teriakan Young Rae menghentikan gerakan bunuh diri Kyung Tak. Young Rae menangis sedu sedan, sedang Kyung Tak tertawa pahit, mengetahui dia masih ingat akan rumah yang dulu mereka tempati bersama saat kecil. Young Rae bersimpuh, dirinya yang berdosa telah membuat Kyung Tak dalam keadaan demikian.
“Aku bisa mengerti kenapa kau harus mati.  Sekarang katakan kenapa aku harus tetap hidup?” ujar Kyung Tak hampa.
“Saya dapat memberikan 10, tidak… 100 alasan. Meski begitu, apa hati Anda dapat menerimanya? Pada akhirnya, Anda yang harus menemukan alasan itu sendiri.”

Dengan suara parau, Kyung Tak akhirnya menemukan alasan kenapa dirinya tidak boleh bunuh diri, hari itu berkenaan wafatnya Yang Mulia Raja. “Terimakasih,” ucap Kyung Tak sinis  kepada Young Rae.

Di tempat Choon Hong, P. Heung Seon bertemu dengan Menteri Kim. Secara gamblang dirinya mengungkapkan senjata yang dimilikinya (Ambisi akan penerus tahta) namun tetap sadar Menteri Kim juga mengetahuinya.
“Meski Myeong Beok menduduki singgasana, saya berjanji tak akan menyentuh uang simpanan Anda dan klan Ahn Dong Kim,” ujar P. Heung Seong gamblang. Hemm..jadi dia berniat untuk membuat kesepakatan.

Nyatanya Menteri Kim malah tertawa, dia tak perlu janji P. Heung Seon, merasa dia tak bisa disentuh (Walaupun Myeong Beok naik tahta).

 Di luar, Menteri Kim berpapasan dengan Jin Hyuk, tak berselang Jin Hyuk merasakan sakit kepala yang hebat dan kilatan-kilatan cahaya. Ia pun pingsan.

Choon Hong berkaca-kaca menatap Jin Hyuk yang belum tersadar, bersimbahkan keringat. Kilasan demi kilasan akan operasi yang dilakukan Jin Hyuk semasa Joseon datang. Choon Hong seakan merasakan apa yang sedang dialami Jin Hyuk.

Tak jauh, P. Heung Seon kini bertemu dengan kakak Young Rae. Dia sudah berusaha membujuk Menteri Kim akan tidak ada konfrontasi namun gagal. “Jadi apa yang akan terjadi pada negeri ini kelak?” cenung P. Heung Seon.

Namun Kakak Young Rae lebih memilih tidak akan memikirkannya lagi, dia berterus terang hanya ingin hidup damai bersama ibu, Young Rae dan Kyung Tak. P. Heung Seon kembali berfikir.

Adegan terkesan diam, Menteri Kim yang duduk diam di kamarnya, Kyung Tak yang berlutut meminta pengampunan, dan Young Rae yang khusuk berdoa.

Akhirnya Jin Hyuk tersadar walau terlihat masih merasakan sakit di kepalanya. Choon Hong dengan lemah tumor di kepala Jin Hyuk semakin membesar, Jin Hyuk tidak mengerti.  Choon Hong pun memiliki tumor yang sama dulu. heh??
“Apa yang kau bicarakan ini? Tumor apa? Kenapa ada di kepalaku dan kepalamu?”
“Itu adalah tumor di dalam otak orang-orang yang bepergian antar waktu. Orang-orang seperti saya dan Anda.”

Jin Hyuk terhenyak. Chon Hoong melanjutkan penjelasanya. Dan kilasan adegan awal Jin Hyuk pun berkelebat.

“Tumor itu tumbuh saat Anda menyelamatkan seseorang yang semestinya mati, atau saat Anda membuat sesuatu yang semestinya tidak Anda buat.  Tumor itu juga tumbuh saat Anda mengatakan
sesuatu yang tidak semestinya Anda katakan. Segala yang Anda lakukan setelah kedatangan Anda di sini membuat tumor itu membesar”

Berbagai pernyataan melanda Jin Hyuk, apakah dia akan mati di jaman ini? Dengan berderai air mata Choon Hong mengatakan tidak hanya mati namun juga musnah tubuh dan jiwa selamanya. Karena itu saat Myeong Beok naik tahta dan P. Heung Seon memerintah Joseon, Choon Hong meminta Jin Hyuk jangan ikut campur lagi, biarkan sejarah berkata apa yang seharusnya berlaku. Sampai Jin Hyuk kembali ke jamannya.

Kembali para pejabat dan P. Heung Seon menemui ibu Suri. Lagi-lagi P. Heung Seon meminta urusan pewaris tahta harus diselesaikan. Perdebatan kembali muncul, saat itulah Menteri Kim maju dan seakan mendukung keinginan P. Heung Seon. Bahkan ibu Suri pun terkejut akan sikapnya.

P. Heung Seon rupanya tak sepenuhnya gagal, tak berhasil membujuk dia pun mengancam Menteri Kim waktu itu. Balik saat mereka bertemu, P. Heung Seon memberikan kartu terakhir, senjata Kyung Tak yang digunakan untuk membunuhnya.
Penasehat Kerajaan yang merasa terancam
“Mengenai masalah calon pewaris tahta,  berusaha membunuh kerabat kerajaan? Itu benar-benar tak sepatutnya terjadi”

Kembali ke kamar Ibu Suri, masih terhenyak Menteri Kim yang juga menyetujui pemilihan pewaris tahta segera, dan semakin terhenyak dan kali ini juga yang lain saat Menteri Kim menunjuk Myeng Beok-lah pewaris tahta yang oke punya.

Di luar terjadi keribuatan di pihak Menteri Kim. Tak jauh Pejabat Lee juga terheran-heran. “Kau tahu, politik itu…bukanlah kemampuan untuk mengalahkan musuh, namun kemampuan untuk berkompromi dengan musuh.”

Saat melihat Menteri Kim, sontak Kyung Tak yang terlihat kepayahan berlutut meminta di cabut saja nyawanya. Hal itu lebih baik. Tak disangka, Menteri Kim ‘memaafkannya’ dan meminta Kyung Tak untuk memanggil namanya, namun akan banyak ‘pekerjaan’ yang harus diselesaikan Kyung Tak kelak.

 Demi diijinkannya dia memanggil ayah, betapa mengharu biru batin Kyung Tak. Akhirnya setelah penantian yang panjang. Tapi benarkah Menteri Kim tulus??

Young Rae mengabarkan Jin Hyuk bahwa Myeong Beok akan segera naik tahta. Jin Hyuk yang tahu tak tertalu terkejut mendengarnya.  Dia memandang penisilin yang dibuatnya, kemudian rasa sakit itu datang kembali..
“Untuk sisanya, biarkan sejarah yang menanganinya. Anda tak boleh lagi ikut campur dalam urusan di zaman ini, Tuan.”
“Tidak..tidak! Aku belum boleh kembali..!!!!!!!!!!”

Written by Kireina Acie Ringo  (FB | Blog)
Image by Ari ( Twitter | Blog )
Posted only on PelangiDrama
DO NOT REPOST TO OTHER SITE/FP !!!
Please be patient!!! don’t ask next episode! OK!