[Sinopsis J-Drama] Itazura na Kiss ~ Love in Tokyo Episode 2

 

  ‘Jika kamu punya kekuatan pikiran dan ketekunan, kamu akan sukses di akhir‘

Aihara Kotoko murid kelas F yang  menyukai  murid terpandai di sekolahnya, Irie Naoki.  Ketidakberuntungan Kotoko dimulai dari Irie-kun  yang menolak surat cintanya, ia pun menjadi bahan guncingan di sekolah ditambah rumahnya hancur ketiban meteor jatuh (padahal gedenya nggak nyampe sekelereng wkwkwk #abaikan).  Alhasil  Kotoko dan ayahnya menumpang di rumah sahabat ayahnya, Iri-chan yang tak lain adalah ayah dari cowok yang ditaksirnya sekaligus orang yang menolaknya. Dan dimulailah hari-hari Kotoko bersama orang yang menolaknya sekaligus orang dicintainya, akankah kali ini keberuntungan berpihak pada Kotoko?.

-Sinopsis Itazura na Kiss~Love in Tokyo-

Semua murid kelas F nampak lesu saat sensei memberitahukan jadwal ujian akhir semester satu, kecuali Kotoko yang sibuk membolak-balik lembaran buku diktatnya. Sensei  bertanya apa ada pertanyaan, dengan cepat Kotoko mengangkat tangannya.  Sensei mengira Kotoko sakit perut perut padahal mah Kotoko ada yang ingin ditanyakan. Semua murid di kelas dan sensei menoleh ke arah Kotoko.
“Apa Anda sudah memutuskan materi untuk ujian bahasa Inggris?”tanya Kotoko semangat 45, sensei sedikit terkejut mendengar pertanyaan Kotoko.  “Apa sampai bab 3 atau bab 4?”lanjutnya. Seisi kelas  tertawa mendengar pertanyaan Kotoko, sensei menyuruh semuanya diam.

Selesai pelajaran yang lain sibuk bersiap-siap pulang, Kotoko sibuk menandai materi yang akan diujikan.
Jinko yang menghampirinya bingung dengan apa yang dilakukan Kotoko, karena itu bukan seperti Kotoko yang biasanya. Kotoko menjawab kalau ia tak bisa memaafkan Irie Naoki, oleh sebab itu ujian kali ini ia serius. Kotoko bertekad mengalahkan Naoki di ujian kali ini. Kin-chan dan yang lainnya tertawa mendengarnya, Kotoko tak menyangka sahabatnya juga menertawakannya.
“Pikirkan itu lagi.  Irie jauh di urutan pertama.”ujar Jinko memberi saran.
“Dia dapat nilai tertinggi di seluruh negeri. Kamu tak bisa menandinginya. ”tambah Satomi, yang dibenarkan Kin-chan dan kedua sahabat Kin-chan.
“Aku akan mencoba untuk masuk di papan pengumuman. Aku akan dapatkan namaku di kertas yang sama dimana namanya ditulis.”kata Kotoko penuh tekad,  tak menyerah walau sahabat2nya meragukannya. Jinko bilang itu artinya Kotoko akan ada di 100 peringkat tertinggi, tapi hal itu mustahil karena  mereka kelas F . Hal itu dibenarkan Kin-chan. “Berhenti bicara omong kosong dan ayo cari makanan enak!”ajak Kin-chan seraya menarik tangan Kotoko, namun Kotoko menolaknya.
“Orang-orang selalu membuat sejarah. Aku akan ada di 100 peringkat tertinggi dan namaku akan ada di papan pengumuman. Aku akan mengubah sejarah kelas F.”ujar Kotoko penuh keyakinan, lalu bersiap pulang. Ia pun pamit pulang duluan, teman2nya terheran-heran memandang kepergiannya.

Kedua sahabat baik Kotoko, Jinko dan Satomi pergi ke sebuah kafe menikmati makan siang bersama Kin-chan dan kedua pengikut Kin-chan. Mereka memuji masakan yang mereka makan, untuk urusan makanan Kin-chan jagonya. Jinko menyayangkan Kotoko tak bisa ikut yang diiyakan Satomi. Satomi bingung dengan perubahan sikap Kotoko yang bertekad masuk 100 besar. Kin-chan merasa Kotoko mulai bertingkah aneh sejak pindah ke rumah barunya.
“Kalian bahkan tidak tahu di lingkungan mana dia tinggal sekarang.”tebak Kin-chan.
“Benar, tapi dia bilang dia bisa jalan ke sekolah sekarang.”jawab Satomi lalu mulai menebak di prefektur mana Kotoko tinggal diikuti Jinko antara Setagaya, Shibuya atau Meguro yang dekat sekolah mereka.
Dari kota2 yang disebutkan Satomi dan Jinko, Kin-chan merasa curiga bagaimana mungkin Kotoko bisa tinggal di lingkungan elit. Jinko memberitahukan kalau Kotoko tinggal di rumah sahabat ayahnya.
“Menurut kalian dia bilang yang sebenarnya?”tanya Kin-chan, ia pun mulai berpikir macam2.
“Mungkin dia disiksa di rumah.”pikir Kin-chan. “Dia bilang dia akan belajar. Tapi mungkin dia diperlakukan seperti pembantu.” Kin-chan mulai membayangkan Kotoko yang membersihkan tangga, ia pun mengelap meja mereka duduk dengan serbet wkkwkwkw.
Jinko  berpendapat kalau hal itu tak mungkin terjadi yang dibenarkan Satomi, kedua sahabat Kin-chan juga tak percaya itu terjadi. Namun Kin-chan masih merasa ada yang mencurigakan.

Di kediaman keluarga Irie, semua anggota keluarga Irie dan Kotoko makan malam steak bersama. Semuanya nampak menikmati, Tn. Irie dan Ny. Irie senang atas buka kembalinya restoran ayah Kotoko.
Kotoko mengucapkan terima kasih,  semua itu juga berkat bantuan keluarga Irie.
Kotoko memperhatikan cara Naoki minum yang cool #setuju minna? Gayanya itu lho bikin doki2 haha.
“Bagaimanapun, dia tampan.”guman Kotoko dalam hati memuji ketampanan Naoki, namun segera buyar begitu teringat kata2 Naoki kalau ia benci wanita bodoh. Kotoko segera menghabiskan makan malamnya. “Terima kasih makan malamnya.”ucapnya.
“Kamu tidak perlu makan terburu-buru.”ujar Ny. Irie.
“Kami ada ujian akhir sebentar lagi, jadi aku harus belajar.”ucap Kotoko memberi alasan, lalu pamit undur diri.  Ny. Irie memuji semangat Kotoko sedangkan Naoki cuek melihatnya, ia terus melanjutkan makan malamnya.

Namun apa yang terjadi dengan Kotoko? Kotoko yang bertekad belajar mati-matian, nyatanya tak satu pun pelajaran yang masuk ke  otaknya wkwkwk.
Mulai dari matematika yang mudah sampai bahasa Inggris, tak ada satupun yang dimengerti Kotoko.
“Aku harusnya mendengarkan guru lebih cermat.”guman Kotoko yang mencoba belajar bahasa Inggris namun tak mengerti juga, ia pun memutuskan belajar sambil melihat kamus. Waktu terus berlalu, Kotoko mulai ngantuk dan belum satu pun yang bisa Kotoko pelajari.
“Kalau begini…Butuh 100 tahun untuk bisa masuk 100 peringkat tertinggi.” Terdengar Ny. Irie mengetuk pintu.

Kotoko membukakan pintu, Ny. Irie masuk membawakan sandwich untuk Kotoko. Kotoko memakannya, dan memuji  sandwich buatan Ny. Irie enak.
“Aku ikut senang. Aku selalu ingin melakukan ini.”ucap Ny. Irie bersemangat, Kotoko pun bertanya bagaimana dengan Naoki?. Ny. Irie menjawab kalau  Naoki tidak belajar, Kotoko kaget mendengarnya.
“Hah? Irie tidak belajar sama sekali?”tanya Kotoko tak percaya, lalu bertanya apa yang dilakukan Naoki sekarang. Ny. Irie mengangguk mengiyakan lalu mengatakan kalau Naoki sudah tidur.  Kotoko makin syok mendengarnya, dan memang benar orang yang sedang dibicarakan pulas tertidur di kamarnya hahaha.
“Irie benar-benar jenius, ya?”puji Kotoko.
“Tapi aku heran apa itu sesuatu yang baik.”ucap Ny. Irie, Kotoko tak mengerti apa maksudnya.
Ny. Irie mencoba menjelaskan, kalau ia merasa Naoki akan kehilangan sesuatu yang berharga jika dia terus seperti itu. Kotoko menenangkan Ny. Irie, agar tak mengkhawatirkan Naoki karena Naoki memiliki keluarga yang luar biasa. Ny. Irie terharu mendengarnya lalu mengucapkan terima kasih.
Ny. Irie pun teringat sesuatu, ia menawarkan apa Kotoko mau melihat album foto Naoki saat masih kecil. Tentu saja Kotoko tak menolaknya, Ny. Irie pun pergi mengambil album fotonya.

Ny. Irie kembali dengan setumpuk album foto masa kecil Naoki. Kotoko bersemangat sekali melihat salah satu album foto, ia memuji koleksi  foto dalam album tersebut. Ny. Irie bilang kalau ia suka memotret , namun ia tak punya foto terbaru karena Naoki  dan Yuki tak suka difoto. Melihat foto masa kecil Naoki, Kotoko berguman kalau Naoki tampan sejak kecil. Ny. Irie nampak senang mendengarnya, lalu Kotoko melihat foto upacara masuk sekolah. Kotoko  ingat saat Naoki menyampaikan pidatonya.
Ny. Irie terlihat bersemangat sekali menjadi ‘mak comblang’ Kotoko-Naoki melihat binar2 di wajah Kotoko setiap melihat foto2 Naoki.

Kotoko pindah ke album lain, kumpulan foto masa kecil Naoki yang didandani seperti anak perempuan. Bahkan Naoki kecil memakai gaun hahaha. Kotoko tak percaya kalau anak perempuan dalam foto itu Naoki. “Imut sekali kan? Aku sangat ingin anak perempuan. Aku percaya kalau aku akan punya anak perempuan. Jadi aku hanya beli baju anak perempuan. Kemudian aku terus membeli baju anak perempuan.”ungkap Ny. Irie, Kotoko tertawa kecil melihat foto masa kecil Naoki yang hampir semuanya berpakaian perempuan. Ny. Irie pun tersadar kalau Kotoko orang pertama yang diberitahu tentang itu,  karena Naoki pernah minta agar ibunya tak bilang siapapun, Ny. Irie meminta Kotoko merahasiakan hal itu. Sebagai gantinya Ny. Irie memberi selembar foto Naoki kecil yang berpakaian perempuan pada Kotoko.  Kotoko dengan senang hati menerimanya dan mengucapkan terima kasih.

Keesokan paginya saat sarapan pagi, Kotoko senyum-senyum gaje melihat Naoki. Bahkan Kotoko menyapa Naoki yang baru ikut bergabung dengan manisnya, Naoki seperti biasa cuek tak menanggapinya ia malah duduk dan asyik dengan aktivitasnya, membaca koran. Kotoko yang tersadar segera memasang wajah cuek, namun ia tak kuasa  menahan rasa tawanya. Karena tawanya ditahan, suara tawa Kotoko jadi aneh. Ayahnya mengira kalau Kotoko tak enak badan, Kotoko menjawab kalau ia baik2 saja. Yuki menyeletuk mungkin Kotoko jadi gila karena terlalu banyak belajar. Kotoko tak peduli dengan ucapan Yuki, ia masih berusaha menahan tawanya. Naoki memandang Kotoko tanpa ekspresi.

Di jam istirahat saat yang lainnya asyik bermain, Kotoko sibuk menghafal pelajaran Sejarah.
“Kotoko, kamu serius sekali ya.”ujar Satomi namun Kotoko tak menghiraukannya, ia fokus menghafal. Giliran Kin-chan yang menganggu Kotoko, ia menanyakan  tinggal di mana Kotoko sekarang. Namun tetap saja Kotoko tak menghiraukannya,  Kin-chan makin yakin kalau ada suatu yang salah dengan Kotoko.
“Aihara-san.”panggil seseorang yang tak lain Naoki. Kotoko terlonjak kaget, termasuk semua teman Kotoko yang berada di kelas. Kin-chan  yang gusar, menghampiri Naoki namun ditahan salah satu sahabatnya.  “Aihara, bisa kau ikut dan bawa tasmu?”pinta Naoki. Walau tak mengerti, Kotoko menurut saja. Ia menyusul Naoki yang lebih dulu pergi.  Melihat pujaan hatinya pergi dengan  saingannya, Kin-chan berpikir kalau Naoki berubah pikiran dan sekarang inggin jadi pacarnya Kotoko. Kin-chan, dan dua sahabatnya pun bergegas mengejar Kotoko bersama Jinko dan Satomi.

Kelimanya  berusaha mengintip apa yang dilakukan Naoki dan Kotoko.
Kotoko bertanya ada apa Naoki memanggilnya. Naoki mengeluarkan bekalnya, dan mengatakan bekalnya tertukar dengan milik Kotoko. Kotoko mengecek bekal dalam tasnya, dan ternyata memang benar.  “Kalau teman-temanmu yang suka ikut campur itu melihat kita, itu akan menimbulkan keributan.”keluh Naoki sembari menaruh bekalnya ke tas Kotoko dan mengambil bekal miliknya dari tas Kotoko. Kelima sahabat Kotoko menyadari keduanya sedang bertukar barang namun tak tahu mereka bertukar apa.

“Ya ampun, merepot sekali.”gerutu Naoki. “Ini membingungkan karena kita di sekolah yang sama.”
Kotoko yang masih menyimpan dendam kesumat gegara dikatai wanita bodoh, menanggapi keluhan Naoki.
“Kamu pikir mungkin seragamku ini punyamu lalu tidak sengaja memakainya ke sekolah, kan?”sindir Kotoko. Naoki bertanya untuk apa dirinya memakai seragam Kotoko.
“Karena kamu dibesarkan memakai rok, ya kan?”jawab Kotoko tenang, merasa di atas angin. Kin-chan penasaran dengan apa yang dibicarakan Kotoko dan Naoki. Kotoko menunjukkan foto masa kecil Naoki memakai pakaian perempuan.  Naoki terkejut, dan bertanya kenapa Kotoko memiliki foto itu. Kotoko menjawab kalau mama Naoki yang memberikannya. Kin-chan penasaran dengan apa yang diperlihatkan Kotoko pada Naoki, hingga membuat Jinko dan Satomi terjatuh hahaha.
Naoki tak mengerti dengan tingkah ibunya, lalu ia minta foto dikembalikan padanya. Namun Kotoko menolaknya, Naoki memaksa foto itu dikembalikan padanya.  Ia berusaha meraih foto yang berusaha Kotoko sembunyikan di saku jasnya, (tepatnya saku yang di dada hahaha).
“Kau sudah jahat sama aku…Kadang, aku bisa jahat juga.”ungkap Kotoko. “Aku tidak tahu kalau orang jenius punya kelemahan juga.”
“Dia berusaha untuk memerasku?”guman Naoki.

Kotoko membuat penawaran, ia akan mengembalikan foto itu dengan satu syarat. Naoki harus membantunya belajar untuk ujian akhir selama seminggu penuh.
“Aku? Kamu?”tanya Naoki tak percaya, namun Kotoko selalu mengangguk mengiyakan.
“Bagaimana kalau begini? Kalau aku bisa masuk 100 peringkat tertinggi, aku akan mengembalikannya padamu.”tawar Kotoko.
“ Tidak mungkin.”jawab Naoki enggan menanggapi permintaan Kotoko.
“Mengapa?”tanya Kotoko.
“Penting untuk tahu apa yang kamu bisa dan apa yang kamu tidak bisa.”tegas Naoki lalu dengan sepat mengatakan Philip Chesterfield. (eh busyet kata itu cepat amat Naoki bilangnya, saya aja juga nangkepnya sama seperti Kotoko wkwkwk)
“Field? Kamu ngomong apa?”
“Maksudnya, itu buang-buang waktu untuk menantang hal mustahil. Mustahil untuk membantu orang bodoh sepertimu untuk masuk di 100 peringkat tertinggi.”jelas Naoki dengan juteknya, ia pun hendak berlalu pergi namun Kotoko mengancam hendak menyebarkan foto tadi.

Mau tak mau Naoki menuruti permintaan Kotoko, gentian Kotoko yang jahil sebentar2 Kotoko mengeluarkan foto tadi dari sakunya sebagai ancaman hahaha.
Mulai hari itu, setiap malam Naoki akan membantunya belajar selama seminggu. Kotoko terlonjak senang mendengarnya. “Tapi…Aku tidak ada belas kasihan, mengerti? Murid-murid di 100 peringkat tertinggi itu dari kelas A dan kelas B. Kamu tahu betapa susahnya menempatkan murid kelas F di situ, ya kan?”
Kotoko mengangguk mengerti, Naoki berlalu pergi.

Kin-chan dan yang lainnya segera menghampiri Kotoko dan menanyakan keadaan Kotoko.
“Apa dia melakukan sesuatu yang salah?”tanya Kin-chan.
“Apa yang kalian berdua bicarakan?”lanjut Satomi. Kotoko menjawab kalau tak ada apa2, lalu ia melenggang pergi karena ia harus belajar.
“Ya, aku harus belajar!”seru kotoko penuh semangat.

Kini Kotoko makan malam bersama keluarga Irie tanpa ayahnya, Ny. Irie menyuruh anak2 makan banyak karena mereka dalam masa pertumbuhan.
“Belajar dengan Irie…hanya kita berdua.”batin Kotoko setelah memandangi Irie yang duduk di depannya, ia tak bisa menyembunyikan senyumnya. Senyum gajenya hilang saat Ny. Irie mengatakan kalau ia akan membuatkan cemilan lagi untuk Kotoko malam ini. Kotoko mengucapkan terima kasih.
“Ibu, bisa buat camilannya dua?”pinta Naoki tiba-tiba. “Lalu bawa ke kamar Kotoko, ya?”
Ny. Irie terhenyak begitu pula suaminya dan Yuki, mereko melongo ke arah Naoki.
“Apa kau bilang kalau kamu akan belajar?”tanya Ny. Irie pada Naoki, Naoki membenarkan.
“Kamu hanya akan membantu Kotoko? Tidak adil!”gerutu Yuki ngambek, lalu meminta kakaknya membantunya belajar juga. Namun Naoki menolak, ia beralasan kalau Yuki sudah bisa belajar sendiri.
Naoki mengajak Kotoko mulai belajar, Kotoko pun segera menyelesaikan makannya lalu menyusul Naoki.

Kotoko mengekor di belakang Naoki menuju kamarnya, bener2 nggak banget deh ni Kotoko senyum gajenya itu lho hahaha.
Keduanya malah berhenti di depan pintu, karena Naoki bukan empunya kamar otomatis ia tak langsung masuk. Kotoko yang oon lama ngehnya, maksud Naoki berhenti di depan itu menunggu Kotoko masuk duluan dan mempersilahkannya.  Begitu ngeh ia pun langsung masuk kamar dan mempersilahkan Naoki masuk. Naoki masuk lalu menutup pintunya, Kotoko mempersilahkan Naoki duduk bagai tamu kehormatan wkwkwk.
“Kita harus mulai dari mana? Yang mana yang kamu butuh bantuan.”tanya Naoki tak menanggapi Kotoko. “Matematika, mungkin?”jawab Kotoko yang masih mempersilahkan Naoki duduk.
Naoki mengerti, lalu mengajak memulainya. Kotoko segera mencari buku matematikanya, namun nggak ketemu-ketemu padahal Naoki sekali lihat langsung dapat hehe.
Sembari menarik kursi, Naoki bertanya materi apa yang akan diujikan. Kotoko menjawab materinya sama seperti punya Naoki.
“Aku tidak tahu punyaku.”ucap Naoki seraya duduk dan membuka-buka buku diktat matematika Kotoko. Kotoko pun melihat buku catatannya lalu mengatakan sampai halaman mana materi yang diujikan. Kotoko  menggeser kursi di samping Naoki, saking nervousnya sampai kelihatan banget gugupnya wkwkkw.

 

Kotoko segera mengambilkan pulpen untuk Naoki karena Naoki membutuhkannya  untuk menandai  bahan ujian. Naoki memandang aneh pulpen Kotoko, biasalah kalau anak perempuan suka pakai pulpen aneh2 hahaha. Dengan pasti Naoki memberi tanda materi mana saja yang akan diujikan, Kotoko bingung bagaimana Naoki bisa tahu itu.
“Ini poin yang penting.”ujar Naoki.
“Boleh aku bertanya, bagaimana kamu biasanya belajar?”
“Kalau aku mendengar atau membaca sekali, aku bisa ingat.”jawab Naoki, Kotoko merengut mendengarnya. Lalu Naoki mengatakan kalau ia akan memberi beberapa soal matematika untuk Kotoko, Kotoko mengangguk. “Kalau kamu bisa selesaikan ini, kamu bisa 80 persen dari soal ujian benar .”ujar Naoki sembari memberikan soal yang selesai dibuatnya pada Kotoko.

Kotoko semangat  45 mengerjakannya, namun ia hanya memelototi soal itu. Hahaha Kotoko nggak bisa mengerjakannya. Ia pun menoleh ke arah Naoki,  Naoki yang paham maksudnya menghela nafas.
“Apa yang kamu lakukan di kelas? Aku ingin melihat apa isi kepalamu.”
Kotoko hanya bisa meminta maaf, Naoki mendesah kesal .

Di ruang keluarga,  Tuan Irie bingung dengan perubahan sikap Naoki yang mau belajar dengan orang lain. “Aku heran apa yang membuatnya berubah”pikir  tuan Irie.
“Bisa saja Kotoko itu lebih mampu dari apa yang aku sangka?  Dalam waktu sebentar, dia sudah merubah Naoki seperti itu!” puji Ny. Irie (belum tahu dia betapa bodohnya Kotoko hahaha).
“Mungkin ini perubahan yang baik bagi Naoki.”pikir Tn. Irie, Yuki yang duduk tak jauh dari keduanya nampak berpikir. Sepertinya ia masih ngambek karena kakaknya malah membantu Kotoko belajar dan tak mau mengajarinya.

Di kamar Kotoko, Naoki selesai membuatkan jadwal belajar untuk Kotoko. Ia pun meminta selotip untuk merekatkan lembaran jadwal tadi. Kotoko memberikan selotip bergambar miliknya, lagi2 Naoki merasa aneh hahaha.
“Kamu harus ikuti jadwal ini. Bawa terus buku kosakatamu, bahkan saat kamu di kamar mandi atau saat mandi.”ujar Naoki memberi perintah. (benar ini salah satu jalan biar cepet hafal hehe, kalau perlu dinding kamar ditempeli rumus wkwkwk).
“Sparta. Oni.”jawab Kotoko lesu, #tepok jidat Kotoko ngatain Naoki oni wkkwkwk.
“Kita tak ada waktu untuk ngobrol. Hari ini aku pastikan kamu hafal semua rumusnya.”
Dengan wajah memelas, Kotoko mengatakan kalau sudah lewat tengah malam.

Di kelas Kotoko sibuk belajar  matematika walau jam istirahat,  Jinko dan Satomi memandangi Kotoko dengan aneh.  Begitu pula hari2 berikutnya di mana pun Kotoko berada ia akan terus belajar dan akan menandai apa saja yang sudah dicapainya di jadwal yang dibuat Naoki. Bahkan Kin-chan dan kedua pengikutnya memperhatikan perubahan Kotoko yang menjadi kutubuku.
Malam harinya Kotoko belajar dengan Naoki, begitu seterusnya hingga bahkan sarapan saja sekarang Kotoko sembari menghafal wkwkwk.

Suatu hari saat keduanya berangkat sekolah bareng walaupun masih dengan jarak, Naoki mengetes kosakata Kotoko dalam bahasa Inggris.  Kotoko berhasil menjawab pertanyaan Naoki.

Malam sebelum ujian akhir, Naoki memberi beberapa soal  yang harus Kotoko kerjakan, dengan bangga Kotoko mengatakan kalau ia bisa menjawab soalnya. Sembari memberi tumpukan soal lainnya, Naoki  menyuruh Kotoko mengerjakan saja karena masih banyak yang harus Kotoko kerjakan. Waktu terus berlalu hingga tengah malam, Naoki pun mengajari Kotoko soal yang tak bisa dipecahkannya.

Setelah mendapat bimbingan dari Naoki, Kotoko menyelesaikan soalnya sendiri. Namun begitu selesai, Naoki telah tertidur pulas di depan Kotoko. Kotoko pun memandangi wajah Naoki.
“Wajah tidur Irie…”guman Kotoko.

Tak selang beberapa lama Ny. Irie masuk membawakan cemilan. Ia pun terpana bahagia melihat Naoki dan Kotoko tertidur dengan kepala di atas meja belajar.  Ny. Irie keluar pelan2 dan kembali sudah lengkap dengan kameranya. Yup, Ny. Irie mengabadikan moment tersebut. Bahkan Ny. Irie menyempatkan diri berfoto dengan mereka hahaha.

Keesokan paginya Naoki terbangun masih di kamar Kotoko, keknya kepulesan tidur wkwkwk.
Naoki pun segera melihat hasil lembaran soal yang dikerjakan Kotoko.

Di bawah Kotoko sibuk menyeduh kopi,  menyadari kehadiran Naoki ia menyapanya dan menawarkan kopi untuk Naoki. Naoki menerima tawaran Kotoko. Kini keduanya minum kopi bersama, Kotoko  memperhatikan cara Naoki minum kohi. Kyaaa, doki2 lihat gaya minum Naoki hahaha.
Kebersamaan keduanya sudah seperti couple ^___^.

Kotoko bergegas pamit berangkat sekolah, tetiba Ny. Irie memanggil Kotoko. Ia memberikan sebuah amplop, Ny. Irie melarang Kotoko membukanya.
“Kamu boleh membukanya kalau sudah masuk peringkat 100 tertinggi. Jadi, ini jimat keberuntungan untukmu.” Kotoko mengucapkan terima kasih.
“Ini cuma ujian akhir semester.”celetuk Naoki yang juga telah siap berangkat. Kotoko tak peduli, ia tetap mengucapkan terima kasih lalu pamit berangkat menyusul Naoki.

Di lorong sekolah, Kotoko memastikan rumus matematika yang dihafalkannya. Tetiba ia melihat Naoki yang menuruni tangga, walau sangat ingin menyapa Kotoko sadar kalau ia tak boleh bicara dengan Naoki di sekolah. Kotoko berjalan seperti biasa, seolah tak terjadi apa-apa. Saat keduanya beriringan Kotoko mengucapkan arigato dan dibalas Naoki dengan ganbatte. So sweet kali hahaha.
Kotoko tersenyum kegirangan melihat kepergian Naoki, tak mengira Naoki membalas sapaannya.

Ujian di kelas F dimulai, saat membuka soal ujian Kotoko nampak senang karena soalnya sama persis dengan yang dibuat Irie. Kotoko mengerjakannya dengan penuh semangat.

Tiga hari kemudian
Ujian semester berakhir, Kotoko dan keduanya sahabatnya nampak bahagia. Kin-chan dan kedua pengikutnya segera mengejar Kotoko begitu pulang sekolah. Kin-chan segera memeluk Kotoko erat, ia tak akan melepaskannya walaupun Kotoko menyuruh Kin-chan melepaskan pelukannya.
“Aku jarang bersamamu akhir-akhir ini, jadi aku tak akan melepaskanmu hari ini.” Keenamnya pun bersemangat menuju tempat yang ditunjuk Kin-chan.
Naoki dan Watanabe yang baru juga keluar melihat keceriaan Kotoko dkk. “Hah? Bukannya dia bilang dia suka padamu? Dia sudah punya pacar lain.”ujar Watanabe bingung melihat keakraban Kotoko dan Kin-chan. Naoki menjawab kalau itu bukan urusannya.
“Aku pikir juga begitu. Ngomong-ngomong, murid kelas A sedang pergi ke kafe sekarang. Kamu mau ikut?”tanya Watanabe, namun ia sadar pasti Naoki akan menolaknya. Diluar dugaan, Naoki bilang kalau ia akan ikut sekarang. Sepertinya karena lihat Kotoko sama Kin-chan tadi hahaha.
“Apa? Serius? Kamu belum pernah melakukan ini selama tiga tahun di sini.” Naoki nampak jealous melihat Kin-chan yang terus memeluk Kotoko wkwkw.
“Aku pikir akan menyenangkan.”ucap Naoki, Watanabe segera mengajak Naoki bergegas.

Hasil ujian akhir semester sudah dipasang di papan pengumuman, seratus nama terpampang di papan.
Kotoko melihat hasilnya, yang pertama ia lihat malah nama Naoki. Dan sudah bisa ditebak, Naoki tetap di urutan pertama dengan nilai sempurna.  Kotoko nampak senang melihatnya, tanpa ia sadari diujung papan Naoki tersenyum melihat nama yang terpampang di akhir papan. Keduanya pun berbalik, begitu melihat Naoki, Kotoko segera menghampirinya.
“Selamat ya, jadi peringkat pertama. Kamu dapat nilai sempurna.”ucap Kotoko. Begitu juga Naoki, ia mengucapkan selamat untuk Kotoko. Kotoko tak mengerti maksud Naoki.
“Kamu belum lihat?”tanya Naoki, Kotoko pun bergegas melihat papan kembali.
Kotoko tak percaya dirinya ada di urutan ke 100 dengan nilai 601, ia pun bergegas menghampiri Naoki dan meluapkan kegembiraannya.

 

“Irie, aku di peringkat 100. Aku senang sekali.”ungkap Kotoko. Naoki mengulurkan tangannya, Kotoko pun segera membalasnya namun bukan itu maksud Naoki. Maksud Naoki adalah meminta foto masa kecilnya wkkwkwkw.
“Ini ya?”ujar Kotoko sembari mengeluarkan fotonya.
“Jangan tunjukkan di depan umum.”gerutu  Naoki lalu segera mengambil foto di tangan Kotoko. “Dan aku sudah bilang berkali-kali padamu…Jangan bicara denganku di sekolah.” Naoki pun beranjak pergi namun terhenti saat Kotoko memanggilnya.

“ ‘Penting untuk tahu apa yang kamu bisa dan apa yang kamu tidak bisa.’ ‘Jika kamu punya kekuatan pikiran dan keku…’ “ujar Kotoko menirukan kutipan Chesterfield namun segera dikoreksi Naoki.
“ ‘Jika kamu punya kekuatan pikiran dan ketekunan, kamu akan sukses di akhir.”
Kotoko tak menyangka Naoki tahu lanjutan kutipan Chesterfield.  Tentu saja Naoki tahu hohoho.
Naoki bergegas pergi.
“Irie, terima kasih!”seru Kotoko kegirangan.
“Namaku…ada di kertas yang sama…dengan Irie!”

Keesokannya, Kotoko kembali menjadi pembicaraan di sekolahnya namun dalam hal positif sebagai murid terpintar dalam sejarah kelas F dan ada di 100 peringkat tertinggi.
Kotoko  pun bisa membusungkan dada saat berjalan dengan kedua sahabatnya.
“Akhirnya orang-orang membicarakan hal positif tentangmu.”puji Jinko.
“Kami sangat bangga denganmu.”tambah Satomi. Kotoko tertawa lebar, ternyata sedari tadi Kin-chan  dan kedua pengikutnya sudah lama mengintai Kotoko. Dari awal Kin-chan sudah curiga ada suatu rahasia di rumah baru Kotoko.

Dan langkah pertama yang Kin-chan lakukan untuk membuktikan kecurigaan itu adalah membuntuti ke mana Kotoko pulang. Kin-chan dan kedua sahabat baiknya sedikit menyamar dan mengikuti  Kotoko dari belakang. Kin-chan tak percaya Kotoko bisa tinggal di lingkungan mewah begitu melihat rumah yang dimasuki Kotoko. Kin-chan mengira Kotoko bekerja jadi pembantu orang kaya. Kin-chan merasa kasian, salah satu sahabat Kin-chan melihat papan nama yang terpampang. Di papan itu tertulis ‘Irie’s Family’.
Kin-chan yang sadar, tak mungkin itu rumah Irie saingannya, bisa saja itu Irie yang lain.

Namun keterkejutan kembali mendera Kin-chan, saat dilihatnya Naoki berjalan menuju rumah yang dimaksud.  Ketiganya bergegas bersembunyi, karena Naoki makin dekat. Kin-chan bagai disambar petir di siang bolong, begitu melihat Naoki  memasuki rumah yang baru saja dimasuki Kotoko.

Keesokan paginya, kehebohan terjadi di kelas F. Begitu sampai kelas Kin-chan  segera memastikan apakah benar rumah yang ditempati Kotoko sekarang rumah Irie Naoki?.  Semua teman sekelas Kotoko, terlonjak kaget, tentu saja Kotoko mengelak.
“Tapi aku melihat kamu masuk ke rumahnya dengan mataku sendiri. Mereka juga melihatnya.”ungkap Kin-chan menujuk Gintarou dan Douzou. Yang diiyakan kedua sahabat Kin-chan.
“Aku bertaruh kalian cuma mimpi.”kilah Kotoko masih berusaha mengelak, tak mungkin ia tinggal di rumah Irie. Untuk menghilangkan kegugupannya, Kotoko mengambil tasnya namun ia malah menumpahkan isinya. Jinko dan Satomi membantu membereskannya, Jinko menemukan amplop yang diberikan Ny. Irie sebagai jimat keberuntungan Kotoko.

Jinko membuka isi amplop itu dan ternyata isinya selembar foto Naoki dan Kotoko yang tertidur setelah belajar. “Ini foto apa?”tanya Jinko sembari menunjukkan foto tersebut ke hadapan Kotoko dan teman2nya. Dengan cepat foto itu berpindah dari satu tangan ke tangan lain.
“Apa maksud semua ini, Kotoko?”tanya Satomi,  Kotoko makin bingung harus mulai darimana ia menjelaskan. Kotoko pun hanya bisa membungkuk dalam dan meminta maaf. Kin-chan hampir menangis melihat foto yang membuktikan bahwa benar Kotoko tinggal di rumah Naoki.
“Tapi itu tidak seperti yang kamu pikirkan.”jelas Kotoko lalu mengambil foto dari tangan Kin-chan.
“Itu, ayahku dan ayahnya adalah sahabat. Dan karena rumahku hancur…sampai kami menemukan rumah baru, kami tinggal di rumahnya.”
Satomi dan yang lainnya pun menyadari kalau Naoki yang membantu Kotoko belajar.

Kotoko sedikit kesal kenapa teman2nya tak mengakui kalau itu juga berkat usahanya, Jinko mengambil foto di tangan Kotoko. “Tapi mereka berdua membuat pasangan yang lucu. Apa karena mereka tinggal di rumah yang sama?”seru Jinko girang, berbanding terbalik dengan Kin-chan yang memelas menahan sedih.
“Tapi tidak seperti itu. Dia selalu mengabaikan aku. Dia membenciku.”sahut Kotoko.
Jinko merasa prihatin dengan keadaan Kotoko, agar tak terjadi salah paham Kotoko segera menjelaskan.
“Tapi aku tidak mau dengan orang yang tidak punya hati seperti dia. Jadi aku tidak apa.”
“Ngomong-ngomong, aku disuruh untuk tidak memberitahu siapapun tentang kami yang tinggal bersama. Tolong jangan beritahu siapa-siapa ya.”pinta Kotoko. Teman seisi kelasnya pun menyetujui permintaan Kotoko, Kotoko mengucapkan terimakasih.

Di kamarnya, Kotoko tersenyum gaje melihat foto yang mengheboh seisi kelas F tadi pagi. Ia teringat kata2 Jinko yang bilang kalau mereka pasangan yang lucu. Namun dengan sedih Kotoko menaruh foto itu di laci meja belajarnya.

Keesokan paginya di SMA Tonan, kehebohan terjadi.  Naoki mencari Kotoko di kelasnya, lalu menariknya keluar mengikutinya. Kelas F heboh dengan tindakan Naoki yang menyeret Kotoko, Kotoko tak mengerti kenapa Naoki melakukan itu, padahal ia pikir tak boleh berbicara dengan Naoki. Ternyata Naoki membawa  Kotoko ke papan pengumuman, di sana sudah terpampang foto saat keduanya tertidur bersama.  Dan yang menyebarkan itu adalah kedua sahabat Kotoko, Jinko dan Satomi. Keduanya malah menyebarkan foto itu  ke teman2 sekolah mereka. Kotoko mencoba menjelaskan, namun Naoki segera memotongnya. “Ada apa degan teman-temanmu?”tanya Naoki marah lalu berlalu pergi meninggalkan Kotoko.
Jinko dan Satomi tak tahu kalau apa yang mereka lakukan malah memperkeruh  hubungan Naoki dan Kotoko, bukannya menyatukan keduanya.

Kotoko menunggu Naoki di tangga, Kotoko meminta maaf namun Naoki tak peduli dan terus berjalan.
“Aku benar-benar minta maaf.”ucap Kotoko seraya mengejar Naoki.
“Sejak kamu menulis surat cinta untukku… Mungkin kamu tidak peduli dengan rumor itu. Tapi itu sangat menggangguku.” ujar Irie, lalu melanjutkan langkahnya. “Jangan merusak hidupku lagi.”tambahnya lalu meninggalkan Kotoko sendirian. Tak disangka, air mata Kotoko meleleh.
“Aku…Mengapa aku menangis?”guman Kotoko sedih.

Thanks to IDWS

Written and Image by Ari   [G+ |Twitter]
Only posted on pelangidrama.net
DON’T REPOST TO OTHER SITE!!
Please be patient!!! don’t ask next episode! OK!