[Sinopsis K-Drama] Time Slip Dr. Jin Episode 5

[Time Slip Dr. Jin Episode 5]

Wabah Gwejil kembali menyerang. Kali ini di desa miskin To Mak. Baik Young Rae dan Jin Hyuk sama-sama sibuk merawat pasien Gwejil. Pasien yang bertambah banyak, disertai kekurangan logistik obat-obatan (garam & gula).

Tepat pada saat itulah, ayah Sik A datang memberikan apa yang dipesan Jin Hyuk. 2 tabung infus, jarum suntik beserta selangnya. Betapa gembiranya Jin Hyuk menerimanya. Lagi-lagi kendala mereka kondisi keuangan untuk membuat peralatan tersebut secara masal. Jin Hyuk pun memakai apa yang ada.

Jin Hyuk mengetes alat barunya tersebut, dan mengajari Young Rae memasang tabung infus dan jarum suntik ke tubuh pasien. Young Rae memperhatikan dengan seksama.

Usai merawat keduanya bersiap untuk membersihkan diri. Tak disangka bertemu di luar dengan Kyung Tak. Ia memaksa Young Rae untuk pulang bersamanya, namun dia menolak. “Apa yang dilakukan putri bangsawan di tempat ini!” semburnya.

Kyung Tak pun memotong tali pembatas, tanpa tedeng aling-aling mengacungkan pedang ke leher Jin Hyuk. Young Rae terbelalak tak menyangka. “Apa kau yang membawanya ke sini?!,” tanya Kyung Tak.

Young Rae berusaha menyakinkan bahwa dirinya datang secara suka rela atas kehendak diri sendiri. Namun Jin Hyuk berkata lain, “Akulah yang membawanya ke sini. Orang-orang yang tinggal di sini, percaya dan mengandalkan dirinya.”

Kyung Tak tak terima karena Young Rae merupakan wanita penting dalam hidupnya. Jin Hyuk menyikirkan pedangnya, dan berusaha memberi pengertian kepada Kyung Tak.

Ha Eung datang membawa garam dan gula. Terlihat sumringah karena Myeong Bok berhasil bertahan. Matanya bersirobok sosok Kyung Tak, “Apa yang dilakukan dia di sini? Apa kau mencoba mencari perampok di antara kumpulan pesakitan ini?.”
Kyung Tak merasa terhina dengan ucapan Ha Eung, “Tapi, kalau kau membunuhnya, kau harus
membunuh seluruh pasien yang ada di sini juga,” ujarnya ketika melihat pedang Kyung Tak.

Tabib Heo datang tergopoh-gopong memberi tahu Jin Hyuk keadaan Myeong Bok tiba-tiba drop. Ha Eung syok dan menjerit memanggil anaknya. Jin Hyuk segera memeriksa Myeong Bok dan memutuskan untuk memberikan suntikan infus ke beberapa tempat lagi.

“Paman, Kalau aku mati, apa ayahku akan sedih?,” tanya Myeong Bok terengah-engah.
“Kau tidak akan mati. Aku yakin. Myeong Bok, suatu saat nanti, kau akan jadi orang yang sangat agung (Raja-red). Mengerti?.”
“Bohong. Keturunan kerajaan tidak bisa mendapat posisi apapun di pemerintahan.”
“Kau lihat saja nanti.”
Myeong Bok merupakan anak dari Ha Eung yang merupakan keturunan kerajaan namun bukan ahli waris yang nantinya mewarisi tahta raja. Pada jaman Joseon, keturunan raja setingkat pengeran atau Uibin/Haebin memang dilarang menjabat apapun di pemerintahan, tujuannya untuk menghindari pemberontakan tahta raja.

Jin Hyuk memberikan infus di beberapa bagian tubuh Myeong Bok. Sedang di luar Ha Eung tak kalah cemas, dan berjanji kelak jika anaknya selamat dirinya akan menjadi ayah yang pantas.

Hari berganti pagi, Young Rae meminta Jin Hyuk beristirahat. Jin Hyuk mengatakan tak pernah sedepresi ini menyelematkan pasien. “Aku ingin menyelamatkan anak ini.” Di saat itulah Myeong Bok sadar.

Di luar, Ha Eung menyemangati anaknya untuk pipis. Berhasil, betapa bahagianya Ha Eung melihatnya. Anaknya telah sembuh, dirinya pun kembali berhutang kepada Jin Hyuk.
“Sejak pertama kali aku melihatmu, aku tahu kau adalah orang yang spesial!,” teriak Ha Eung.
“Karena itulah kau mencoba untuk menjualku ke orang lain?.” Ha Eung pun memberikan uang banyak untuk pengobatan yang lain.

Sik A memanggil Jin Hyuk. Seseorang mengirimkan persediaan sirup jagung dan garam dalam jumlah besar. Semuanya merasa bahagia sekaligus lega.

Tak Jauh kakak Young Rae dan teman-temannya berdiri tak jauh dari tempat Jin Hyuk. Sudah dipastikan merekalah yang memberikan. Kemudian mereka pergi.

Ibu Sik A telah sembuh, Sik A dan ayahnya pun memeluknya. Jin Hyuk dan lain menatap penuh haru. “Berkurang satu lagi pasien, tinggal menunggu waktu saja Gwejil akan lenyap, ucap tabib Heo optimis.

Tak berapa lama, Jin Hyuk merasakan ada yang janggal terhadap tubuhnya. Mendadak dirinya muntah, seperti gejala Gwejil. Tak ayal semuanya kaget begitu melihatnya. Jin Hyuk meminta mereka menjauhi dirinya. Kemudian Jin Hyuk pun pingsan.

Tabib Heo menyalahkan dirinya sendiri kalau saja dirinya tak muntah terlalu dekat dengan Jin Hyuk. Young Rae segera merawat Jin Hyuk. Namun Jin Hyuk segera menyuruh Young Rae pergi, akan bahaya bagi dirinya jika tertular.
“Sekarang, kau bukan dokter. Kau adalah pasien. Karena kau sudah menyelamatkan orang-orang, sekarang giliran kami menyelamatkanmu. Mengerti?!”

Di tempat Choon Hong, PM Kim Kyung Hee memuji kinerja Tabib Yoo begitu mendengar Gwejil hampir hilang. PM Kim pun beralih ke Kyung Tak. “Apa Dokter Jin masih merawat semua pasien itu sendirian?.”
Kyung Tak mengatakan sudah menyuruh bawahannya untuk mencari informasi keadaan di To Mak. Tak berapa lama, bawahan Kyung Tak datang melaporkan kalau Jin Hyuk telah tertular.

“Bahkan dengan kemampuan yang berbeda dia sendiri tak bisa melawan Gwejil,” ucap tabib Yoo sinis. “Lantas siapa yang akan merawatnya?,” tanya PM Kim. Si bawahan Kyung Tak menjawab Putri bansawan Hong, You Rae.

PM Kim heran, bagaimana bisa putri bangawan berada di sana.Tak ingin kehilangan muka, Kyung Tak mengatakann lain. Dia mengaku dialah yang menyuruh Young Rae ke sana. “Dia adalah anak yang ayahnya meninggal karena Gwejil. Pikirannya untuk membantu merawat
orang-orang yang terkena Gwejil begitu tulus, jadi aku memintanya untuk ke sana.”
PM Kim marah besar dan tak mau tahu alasan Kyung Tak.

Di desa To Mak, Young Rae berusaha memasang selang infus kepada Jin Hyuk. Sedang Jin Hyuk harus bersabar menerangkan berapa banyak botol yang harus Young Rae berikan kepada Jin Hyuk.

Di luar, Hae Eung beserta putranya berdiri cemas akan keadaan Jin Hyuk. “Dia pasti akan baik-baik saja. Kau tahu kenapa? Ayahmu, tidak akan membiarkannya ambruk seperti itu. Seperti dia yang sudah menyelamatkanmu, Myeong Bok, aku pasti akan menyelamatkannya juga”.

Demi membalas budi, Ha Eung pun rela membuang kotoran dengan semangat.

“Aku takut, aku tidak ingin mati seperti ini,” batin Jin Hyuk antara kesadarannya. Memandang sekilas Young Rae.

Di rumah gisaeng, Kyung Tak mulai mabuk demi mengetahui Young Rae lah yang merawat Jin Hyuk. Frustasi tahu karena dia pergi atas kehendak sendiri.

Choon Hong masuk, namun tanggapan Kyung Tak tetap dingin. Seakan bisa membaca kegelisahan Kyung Tak, “Meskipun kepribadiannya baik, tidak mudah membawanya pergi ke sana dan membantu. Perasaan yang dia punya untuk Dokter Jin kelihatannya tulus.”
“Diam!.”

Kesal, Kyung Tak memilih untuk pergi. Langkahnya terhenti ketika kalimat meluncur dari Choon Hong. “Sebentar lagi anda akan berada dalam bahaya.” Choon Hong sepertinya punya kemampuan meramal.

Kembali ke To Mak. Ha Eung menanyakan keadaan Jin Hyuk pada tabib Heo. Dengan muka sedih mengatakan sulit bagi Jin Hyuk bertahan. “Dia jadi lemah karena dia begadang
semalaman untuk menjaga pasien. Aku tidak yakin dia bisa lolos malam ini.”
“APA YANG KAU KATAKAN?! KAU HARUS MENYELAMATKAN DOKTER HEBAT INI!.”

Ayah Sik A lari menghampiri mereka berdua. Memberi tahu persediaan hampir habis, barang yang terakhir diberi sudah amblas disebabkan pasien membeludak. Merekapun mulai cemas.
“Aku tidak yakin masalah ini akan selesai hanya dengan berdiam diri,” pikir Ha Eung.
“Lalu, apa kau punya rencana?.”

Ha Eung berfikir untuk meminta dukungan pada pemerintahan. “Kau pikir mereka akan peduli soal para pasien di sini?,” tanya tabib Heo pesimis.
“Demi Tuhan, ini Gwejil! Mereka akan menolong siapa saja yang membutuhkan! Kalau mereka tahu bagaimana cara bekerja Dokter Jin, mereka tidak akan mungkin mengabaikannya.”
Tabib Heo tetap tak percaya.

Ha Eung tetap akan mencoba daripada berdiam diri tapi tak tahu hasilnya.

Tabib Heo menatap pergi Ha Eung. “Kudengar dia hanya sampah walaupun dia seorang kerabat raja, tapi sepertinya rumor itu tidak sepenuhnya benar,” ucap tabib Heo bernada sinis.
“Tidak sopan! Dia itu sanak Raja! Sanak! Siapa kau bicara seperti itu?!” hardik Myeong Bok tegas. (Benih-benih calon raja sudah muncul rupanya!).

Kakak Young Rae tak sengaja bertemu dengan Kyung Tak. Mencari alasan hanya mencari udara segar. Kyuk Tak pun curhat kepada calon kakak iparnya tersebut. Mereka pun duduk di depan kolam.
“Kau pasti lebih dimarahi daripada aku. Karena bermain dengan seorang putra selir. Meskipun anak bangsawan lainnya memperlakukan aku seperti serangga, kau dan adikmu memperlakukanku secara wajar.”

Dengan perasaan sedih Kyung Tak jujur merasa bersyukur keluarga Hong jatuh miskin, walau tetap berstatus bangswan. Karena itu dia berani melamar Young Rae, walau dirinya anak selir.
“Hentikan. Mau anak sah atau anak haram, itu tidak penting.”
Kyung Tak tetap menanggap kakak Young Rae tak mengerti perasaannya. Sebenarnya Kakak Young Rae merasa miris diabaikan dan disingkirkan karena status strata mereka.

Merasa keceplosan kakak Young Rae langsung mengalihkan pembicaraan. Setidaknya kini Kyung Tak memiliki apa yang diinginkan. Kyung Tak tersenyum pahit, “Kau salah. Yang Mulia tidak pernah mengakuiku. Dan aku belum memenangkan hati adikmu.”
Dia bisa merasakan alasan yang sebenarnya Young Rae pergi ke desa To Mak.

Tabib Heo memeriksa Jin Hyuk dan semakin cemas keadaannya semakin memburuk. “Bertahanlah sedikit lagi,” bisik Young Rae.

Jin Hyuk tersadar, samar-samar dia melihat Mi Na yang mengusap keringatnya. “Mi Na-ah,” pangil-panggil Jin Hyuk dan memegang tangan Young Rae. Buru-buru Young Rae melepas tangan Jin Hyuk dan berlari keluar.

Young Rae pun teringat dengan Jin Hyuk saat pertama kali bertemu dan berkata padanya ia seakan mirip seseorang yang dikenal Jin Hyuk. “Dia bilang Mi Na-ah,” gumam Young Rae.

Sik A datang membuyarkan lamunan Young Rae dan menunjuk para gadis gisaeng bersama Choon Hong datang. Dia memberikan beras untuk para penduduk. Tak lupa Young Rae mengucapkan rasa terimakasih.
“Apa aku bisa membawa dokter Jin Hyuk pergi?,” tanya Choon Hong yang merasa berhutang nyawa pada Jin Hyuk.

“Tidak bisa,” tolak Young Rae. “Maksudmu baik, tapi Dokter Jin harus dirawat di sini.” Namun Choon Hong bersikeras membawanya ke tempat yang lebih baik daripda desa To Mak yang kumuh, Young Rae bersikukuh tidak mengijinkan.
“Kau tidak boleh masuk selangkahpun. Dokter Jin memerintahkan hanya mereka yang diizinkan yang boleh masuk.”
“Nona, benarkah itu perintah dari Dokter Jin? Bukan perintah darimu? Kalau kau benar-benar peduli pada Dokter Jin, pahamilah apa yang terbaik baginya. Lagipula, dengan dirimu berada di dekat Dokter Jin bukanlah obat tapi racun.”

Young Rae tidak mengerti arti kalimat Choon Hong, mendadak tabib Heo memberi tahunya keadaan Jin Hyuk memburuk. Choon Hong yang hendak masuk dicegah ayah Sik A.

Di dalam, Jin Hyuk mulai kejang-kejang lantas tak sadarkan diri, “Cepat berikan air manis yang banyak!,” perintah Young Rae pada tabib Heo.

Kemudian Young Rae teringat akan ajaran Jin Hyuk yang memberikan larutan oralit pada Myeong Bok lebih banyak dan di infus lewat arteri paha dalam. Tabib Heo mengerti, begitu menyibakan selimut, Young Rae langsung melengos canggung.
“Aku tidak pernah menaruh jarum dengan tanganku sendiri.”
“Buka selimutnya,” perintah Young Rae. Kemudian mulai menyuntikan infus.

Choon Hong yang melihatnya dari luar menyadari terlalu meremehkan Young Rae sebagai putri bangsawan. Dia pun mengurungkan niatnya.

Di tempat lain, Ha Eung rela menunggu semalaman di depan kediaman Tabib Yoo, begitu bertemu dia langsung menghampirinya. Terlihat rasa malas dari Tabib Yoo.
“Kukira kau siapa. Bagaimana dengan putramu?.”
“Myeong Bok? Jangan khawatir! Lebih dari sekedar baik. Dia sudah sembuh. Tidak hanya Myeong Bok, Dokter Jin juga menyembuhkan beberapa orang di To Mak.”
Ha Eung menjelaskan dengan nada gembira, namun Tabib Yoo tetap sinis dengan tertularnya Jin Hyuk

Karena itulah Ha Eung datang bermaksud meminta Tabib Yoo menggunakan jabatan Tabib Istana untuk menyebarkan cara Ji Hyuk mengatasi Gwejil. “Apa gunanya kalau pengobatan
bagus itu tidak diketahui oleh siapapun?.”
“Kalau pengobatan pria itu benar-benar berhasil, sudah selayaknya Mahkamah ikut campur. Aku juga dokter. Kenapa aku ragu untuk menyelamatkan nyawa pasien?.”
Tabib Yoo berjanji akan membicarakan kepada Mentri Kim. Ha Eung pun sangat berterimakasih.

Young Rae menatap Jin Hyuk, “aku mohon jangan pergi, kembalilah,” bisik Young Rae.

Dalam mimpi Jin Hyuk mengira dirinya sudah kembali ke jamannya. “Namun bagaimana dengan Young Rae?” batin Jin Hyuk yang kemudian menjatuhkan diri dari atas gedung. Mendadak terdengar suara Young Rae untuk kembali.

Young Rae tersadar Jin Hyuk mulai membaik. Ia memanggil Tabib Heo untuk mengecek. “Nadinya kembali normal!,” girang tabib Heo. Jin Hyuk pun membuka mata.
“Dia kembali hidup.” Young Rae terharu. Tabib Heo langsung keluar memberi tahu orang-orang.

“Aku mendengar suaramu. Kau memintaku untuk kembali,” ucap Jin Hyuk yang membuat Young Rae kikuk. Dia pun memberikan infus lagi.

Di luar, berdiri kerumunan menanti kabar keadaan Jin Hyuk. Tabib Heo sempat membual kalau Jin Hyuk berutang budi karena dialah menyelamatkan Jin Hyuk. Ha Eung dan lainnya tak menggubris, bersorak sorai karena Jin Hyuk selamat. Beduyun-duyun masuk, menyingkirkan Tabib Heo.

Ha Eung menerobos masuk bersama lainnya. “Tertular Gwejil, ceroboh sekali,” canda Ha Eung. Jin Hyuk tersenyum meminta Young Rae untuk ‘mengusir’ mereka. Ha Eung protes, belum selesai menyampaikan sesuatu.
“Pemerintah sudah berjanji untuk membantu. Kita tidak akan kekurangan obat lagi. Dokter Jin, pengobatanmu akan digunakan di 8 provinsi Joseon!” Mereka pun serempak bersorak sorai.

Dasar kutu kupret nih tabib! Tabib Yoo sepertinya dengki dengan keberhasilan Jin Hyuk. Dia memutar balikan fakta keadaan di To Mak dan meminta Mentri Kim untuk membakar desa tersebut. “Tapi, laporan dari Pochang mengatakan bahwa jumlah pasien sudah berkurang,” jelas Kyung Tak.
“Kalau kita membiarkannya, apa yang akan kita lakukan kalau Gwejil mulai merebak lagi? Bagaimana Anda akan mengatasinya?,” sergah tabib Yoo tak peduli seruan protes Kyung Tak.

Mentri Kim belum memberikan keputusan, Kyung Tak berusaha keras mencegah keputusan membakar desa To Mak, “Kalau Anda membakar tempat itu, sentimen masyarakat akan memburuk.” Namun Mentri berfikir lain, dia memutuskan untuk menyingkarkan To Mak.

Menteri Kim menyuruh Kyun Tak menjalankan tugas tersebut. “Jangan menjadi ibu yang baik hati, tapi jadilah cambuk dari seorang ayah yang keras,” tegas Menteri Kim
“Saya…tidak bisa melakukan perbuatan jahat seperti itu”.

Kyung Tak keluar dengan emosi. Namun masih bisa mendengarkan tabib Yoo dan Da Geun merendahkan dirinya sebagai putra selir yang lemah karena seorang wanita. “Meskipun dia adalah putra seorang selir, darahku mengalir di dalam pembuluh darahnya,” hardik Manteri Kim pada keduanya.

Langsung saja Kyung Tak masuk, “saya akan pergi ke sana. Saya akan melakukan perintah Anda.”
Apa yang ingin kau buktikan Kyung Tak dengan mangkir dari isi hatimu? pengakuan? Poor boy, just like lost boy.

Keadaan di To Mak semakin baik, namun tak menyadari bahaya yang akan datang. Sik A dan Myeong Bok bermain petak umpet. Sedang Young Rae dibawa secara diam-diam oleh bawahan Kyung Tak.

Terbelalak melihat Kyung Tak lengkap bersama pasukannya. “Lepaskan aku! Aku tidak boleh pergi,” teriak Young Rae.

“Bakar To Mak sekarang!,” perintak Kyung Tak tak berani menatap Young Rae.
“Bakar? Tidak boleh, Tuan! Tidak boleh!.”

Ha Eung awalnya kegirangan akan datangnya petugas, mengira akan menolong mereka. Sedetik kemudian terbelalak ketika tahu maksud membakar desa To Mak. Jin Hyuk yang masih di dalam mendengar teriakan kebakaran.

“Para petugas membakar semuanya! Orang-orang dari Pochang telah membakar semuanya! Di sini, di To Mak!,” ucap Ha Eung syok pada Jin Hyuk.
“Kita harus memindahkan pasiennya!,” teriak Jin Hyuk.

Saat yang lain sibuk memindahkan pasien dan sebagain tunggang langgang menyelamatkan jiwa, orang tua Sik A sadar anak mereka hilang. Panik, mereka pun bergegas memanggil-manggil nama anaknya.

Akhirnya ibu Sik A menemukannya, terperangkap dalam kobaran api mereka berdua tak dapat keluar. Ibu Sik A menyiram air ke tubuh Sik A.

Jin Hyuk dan lainnya berhasil menyelamatkan diri termasuk para pasien. Sedang ayah Sik A berteriak histeris. “Tuan. Di dalam kebakaran itu. Ada Shik dan istriku. Lepaskan! Lepaskan!.”

Ha Eung sontak menahan Jin Hyuk yang mencoba menolong mereka di tengah kobaran api. Sudah terlambat, bujuk Ha Eung. Jin Hyuk terduduk lemah. Memanggil nama Sik A.

Sedang Kyung Tak berhasil membawa Young Rae menjauh. “Tidak boleh. Suruh mereka berhenti, tolong!”

Mereka berhasil memadamkan api, langsung menerobos masuk. Semakin tak kuasa menahan sedih mendapati ibu Sik A memeluk anaknya. Keduanya tak bergerak. Ayah Sik A menangis histeris. Kemudian Jin Hyuk melihat Sik A masih hidup. “Dia masih hidup, masih hidup!.”

Di atas bukit, Young Rae ternganga melihat desa To Mak habis di lalap api. Sontak merasakan kemarahan yang teramat sangat pada Kyung Tak yang maunya disuruh melakukan tindakan keji.
“Mereka tidak punya tempat lain yang dituju. Kau membakar rumah-rumah mereka. Apa kau tidak takut pada langit?.”

“Untuk beberapa waktu ini, langit tidak pernah ada di sisiku.”

Sik A menanggis tersedu-sedu melihat jenazah ibunya dipindah ke liang lahat. Menyalahkan dirinya. “Jangan bicara begitu. Semua ini adalah takdir,” ucap Ayah Sik A menguatkan.
Jin Hyuk memeluk Sik A.

Mungkin wanita ini sudah seharusnya mati setelah dia menyelamatkan putranya dari terjangan kuda. Tidak peduli seberapa keras aku mencoba, aku tidak bisa merubah apa yang sudah ditetapkan di sini. Tapi, bagi orang-orang ini, kata-kata seperti sejarah atau takdir tidak berarti apa-apa. Mereka hanya perlu untuk tetap hidup. Aku tidak bisa berpura-pura tidak tahu. Aku tidak boleh menyesalinya. Aku..harus menyembuhkan rasa sakit ini. Itu adalah takdirku.

Di bukit, Jin Hyuk dan Ha Eung bertemu dengan Young Rae yang masih mematung melihat kepulan asap. Ketiganya memandang sedih desa To Mak yang telah habis dilalap api.

Written by Kireina Acie Ringo @pelangdrama
Image captured by Kireina Acie Ringo @pelangdrama
Posted Only On pelangdrama
Don’t Shared Other Site Guy!