“Ya. Itu benar. Tapi agassi…”
“Saya akan mengambil air dingin. Anda berbaringlah,”kata Young Rae menahan kecewa.
“Tidak lama lagi.” Jin Hyuk terlihat kurang bahagia mendengarnya. Choon Hong bertanya apa ada sesuatu yang mengganggu pikiran Jin Hyuk. Jin Hyuk berkata ia masih punya beberapa urusan yang harus diselesaikan. “Apa ini ada hubungannya dengan agassi?”tanya Choon Hong. Jin Hyuk diam saja tidak menjawab. “Tolong abaikan perasaan Anda. Juga dunia ini dan hubungan Anda di sini,”pinta Choon Hong. Jin Hyuk tidak menggubris dan beranjak pergi. Sebelum ia pergi, Jin Hyuk bertanya apakah antara Young Rae dan Mi Na tidak ada hubungannya. Choon Hong kesulitan menjawabnya. Jin Hyuk tidak memaksa dan ia pun pergi.
Pada tahun 1863 Raja Gojong menduduki tahta. Akhirnya seperti di dalam sejarah Myeong Beok menjadi Raja dan Lee Ha Eung menjadi Pangeran Agung.
“O..Orabeoni!”
“Apakah aku melihat hantu?” Nyonya Hong seakan tidak percaya.
“Apakah kau telah melupakan wajah putramu ini?” Young Hwi tidak dapat menahan air matanya. “Apakah ..kau masih hidup? Apa yang terjadi? Apa yang kau kenakan? Apa kau sudah menjadi pejabat kerajaan?” (Young Hwi memakai seragam pejabat warna biru) Berbagai pertanyaan ditujukan pada Young Hwi. Namun Young Hwi hanya menjawab bahwa dia lapar dan butuh makanan.
Orang-orang rahasia P. Agung Heung Seon mulai bermunculan.
Perwalian dari Ibu Suri telah dimulai. Maka, era dari P.Agung Heung Seon telah dimulai.
Malam saat Kyung Tak mengambil segel Kerajaan dari kediaman Ibu Suri, ia memberi anak buahnya sebuah bungkusan untuk diberikan kepada ayahnya. Namun rupanya segel Kerajaan yang asli berada di genggamannya. Ia lalu menemui Young Hwi dan memberikan segel Kerajaan itu padanya. Flashback End.
Dengan mimik muka sedih, Young Rae terdiam di depan pintu. Tepat pada saat itu, Kyung Tak berpapasan dengannya. Keadaan menjadi kaku bagi keduanya. Kyung Tak hanya meminta agarYoung Rae menjadi tabib yang terbaik di Joseon sejak dia berhasil memujudkan impiannya masuk di Hwal Il Seo. Kemudian Kyung Tak berlalu dari hadapan Young Rae.
Merasa lebih baik, Young Rae masuk kembali dan kebingungan ketika Jin Hyuk telah membereskan peralatan. Buru-buru dia mengambil peralatannya lagi, dan belajar membedah dengan media seonggok daging.
Di istana tepatnya kediamanan Ibu Suri, Raja Myeong Beok menghadap Ibu Suri bersama Pangeran Agung Heung Seon dan Pejabat Lee. Ibu Suri berharap Raja Myeong Beok yang masih muda mampu untuk mengemban tugasnya.
“Namun, Anda tetap tidak boleh malas untuk mempelajari jalan menjadi seorang Raja yang besar. Ibu Suri tidak akan berada di posisi itu selamanya. Pada saat Anda harus memerintah sendirian nanti, Anda harus sudah siap,” kilah P. Agung Heung Seong pada putranya.
Tentu saja Ibu Suri yang menangkap maksud dari kalimatnya merasa panas. “Jika aku bisa berhenti, aku akan berhenti secepatnya.” Pejabat Lee yang panik mencoba menenangkan suasana bahwa mereka masih membutuhkan beliau untuk mengurusi pemerintah.
Dan diakhir kata, Ibu Suri memberikan gulungan perkamen, berisi pejabat baru yang beliau tunjuk sendiri.
P. Agung Heung Seon yang kini murka, menggebrak perkamen yang di berikan Ibu Suri. Young Hwi menggambil gulungan tersebut lalu membacanya.
“Namun kali ini, keluarga Poong Yang Jo (Keluarga Ibu Suri) yang membabi-buta!” seru P. Heung Seon.
“Apakah Anda mengira Ibu Suri membantu Anda tanpa pamrih?” tanya Young Hwi.
P. Heung Seon kembali murka karena tak mengira Ibu Suri secara terang-terangan bertindak demikian. P. Agung Heung Seon berfikir beliau harus cepat disingkirkan.
“Hanya orang-orang yang memiliki tujuan yang sama yang bisa bersama hingga akhir. Sejak semula, Ibu Suri dan aku telah memilih tujuan yang berbeda.”
Pejabat Lee rupanya masih di kediaman Ibu Suri. Tak mengira ibu Suri membuka kartu sedemikian cepat. Ibu Suri harus bertindak cepat kalau tidak P. Agung Heung Seon yang mengisi jabatan istana dengan orang-orangnya. “Dengan kesempatan ini, aku harus dapat menunjukkan kekuatan sesungguhnya dari klan Poong Yang Jo.”
Di luar istana, Jin Hyuk dan Young Rae berjalan bersama. Young Rae membahas cara sayatan dia saat belajar pembedahan. Terdengar sangat antusias. Sementara itu Jin Hyuk dengan muka ditekuk mengatakan secara jujur mungkin waktunya semakin sedikit mengingat sakit kepala yang dirasakan semakin memburuk.
“Aku tidak tahu kapan, namun aku akan melakukan yang terbaik” jelas Jin Hyuk. Tak lupa Jin Hyuk meminta agar Young Rae untuk sementara waktu tidak ke Gereja, tentunya alasanya tidak bisa dikemukakan oleh Jin Hyuk.
Young Rae kaget, namun bersikeras bisa menjaga baik dirinya. Jin Hyuk menahan lengan Young Rae, dirinya tidak ingin menyesal jika kelak kembali ke dunianya dan terjadi sesuatu pada diri Young Rae, apalagi ada kekasihnya yang mirip dengan Young Rae.
Pejabat Lee mengunjungi Jin Hyuk, memohon agar ia membantu persalinan istrinya.
Kemudian Jin Hyuk pun memeriksa kandungan istri Pejabat Lee. Tabib Heo yang bersamanya sedikit menenangkan istri Pejabat Lee bahwa pasti anak mereka laki-laki dan sehat. Namun wajah Jin Hyuk berkata lain saat melakukan pemeriksaan melalui rabaan. “Apa ada masalah dengan bayiku?” tanya istri Pejabat Lee cemas.
Rupanya menurut perkiraan Jin Hyuk, bayi istri Pejabat Lee sungsang. Namun masih ada waktu agar si bayi mencari posisinya secara sendiri.
Sementara itu, Young Rae yang tidak ikut Jin Hyuk sedang berlatih menyayat. Akan tetapi fikirannya tidak bisa tenang setelah mendengar perkataan Jin Hyuk yang terakhir. Dia pun berdoa.
Lagi, Jin Hyuk dilanda sakit kepala yang hebat selagi dia menulis surat (wasiat?) untuk Young Rae dan P. Agung Heung Seon jika sewaktu-waktu dirinya pergi begitu saja.
Di balairung Istana, telah berkumpul pejabat kerajaan, Ibu Suri dan P. Heung Seon dan tentu saja Raja Myeong Beok. Ibu Suri mengumumkan telah memilih orang baru untuk mengisi jabatan di Istana. Beberapa Klan Ahn Dong berbisik pasti dipenuhi klan dari Ibu Suri.
P. Agung Heung Seon membacakan nama-namanya, dan rupanya meleset jauh dari perkiraan semua orang. Termasuk Ibu Suri. Bagai di palu godam, Ibu Suri terlihat murka.
“Dia mempermainkan aku. Beraninya dia memukul kepalaku dari belakang seperti ini!!??” teriak Ibu Suri saat tiba di kediamannya bersama Pejabat Lee.
Tak lama, P. Agung Heung Seon tiba dan langsung berlutut, “Ibu Suri, apakah Anda merasa sangat kesal?” –Tidak usah ditanya juga pastinya-. Namun bukan P. Agung Heung Seon namanya, dia berdalih telah memilih orang yang benar-benar kompeten, dan dibutuhkan Negara Joseon.
“Bukankah Anda juga memilih orang-orang yang berada di daftar itu berdasarkan alasan ini juga, Ibu Suri? Anda tidak memilih mereka hanya berdasarkan keuntungan pribadi, kan, Ibu Suri?”
Pukulan telah dilemparkan kembali ke muka Ibu Suri. Alasan kembali dikemukakan P. Agung Heung Seon, orang-orang pilihan Ibu Suri terlibat skandal jual-beli posisi dan pernah dipenjara. Namun demi ibu Suri, P. Agung Heung Seon bersedia meninjaunya kembali.
“Aku telah salah paham mengenai pemikiranmu yang mendalam. Setelah mendengar penjelasanmu, kau memang benar, Tuanku.”
Oh ho, Pejabat Lee pun memicingkan mata dengan perubahan sikap Ibu Suri. Adakah maksud dibalik ini semua? Politik memang njilimet.
Di sisi lain, kelompok Mentri Kim terlihat menertawakan Ibu Suri yang pada akhirnya ‘digigit’ anak macan yang dibesarkannya. Yang lain pun mengusulkan agar mereka bergabung dengan Ibu Suri dan menyerang balik P. Agung Heung Seon.
“Kita kekurangan apa sehingga kita mesti mencari pertolongan pada mereka?” ucap Mentri Kim pongah, “Biasanya yang merasa terjepitlah yang akan mengubungi yang lainnya.”
Jin Hyuk menyerahkan sepucuk surat kepada P. Agung Heung Seon. Mengaku yang ditulisnya ada sejarah yang ingin diketahui beliau. Dengan sigap P. Agung Heung Seon ingin segera membukanya, Jin Hyuk buru-buru meminta beliau membukanya setelah dirinya ‘pulang’.
“Anda berkata tidak akan mengabaikan baik pemeluk Katolik maupun pengemis.”
‘Baiklah, aku akan berjanji,” ucap P. Heung Seon walau tidak sepenuhnya mengerti.
Kyung Tak melihat Jin Hyuk yang baru saja keluar dari ruang P. Agung Heung Seon. Di dalam, P. Agung Heung Seon galau ingin membukanya, namun diurungkannya. Beliau pun menyimpannya. Kyung Tak mengintip.
Sesuai dugaan Mentri Kim, Ibu Suri benar-benar mengajaknya berbicara 4 mata dengannya. Memakai bahasa kiasan, Ibur Suri membuka ‘ladang’ namun rusa liar yang menikmati.
“Aku ingin berburu rusa liarnya, namun aku tidak mempunyai busur. namun aku tidak memiliki pekerjanya.”
“Saya yang akan menyiapkan pekerjanya,” balas Mentri Kim.
Mereka sepakat dengan bagi hasil kelak Istana akan milik klan Poong Yang Jo dan klan Ahn Dong Kim.
P. Agung Heung Seon menggebrak buku dihadapannya begitu mendengar Ibu Suri bersekongkol dengan Mentri Kim untuk menggulingkan Raja Myeong Beok dan mempersiapkan Raja baru.
“Ibu Suri Jo yang mengajukan penawaran lebih dulu. Jadi pergerakan telah dimulai malam tadi,” ujar Kyung Tak. (Heeee..kok bisa dia bersama dengan P. Agung??).
“Kita tidak bisa dengan gegabah menuduh pembangkangan. Mengapa Anda tidak menemui Ibu Suri sekarang, dan meminta beliau untuk mengubah pikirannya,”saran Young Hwi.
Saat mereka bertiga keluar, Dae Gun terbelalak melihat Kyung Tak bersama mereka.
Young Rae dan Tabib Heo bersiap ke kediaman Pejabat Lee untuk menyambut kelahiran putra mereka.
Sedangkan P. Agung Heung Seon ditolak oleh Ibu Suri saat akan menemui beliau. Tak lama, Pal Yi tergopoh-gopoh menghampiri beliau bersama Young Hwi.
“Mereka (para pemohon) mempertanyakan bahwa Anda telah mendiskusikan mengenai pewaris tahta sebelum Raja terdahulu wafat. Jadi, mereka mempertanyakan mengenai kualifikasi dari Raja yang sekarang.”
Satu-satunya kesempatan mereka adalah Pejabat Lee yang kini tengah cemas istrinya yang melahirkan. “Tapi, Pejabat Lee adalah orang kepercayaan Ibu Suri. Dia tidak mungkin memihak kita dengan mudah,” pungkas P. Agung Heung Seon.
Di kediaman Pejabat Lee, istrinya sekuat tenaga mengejan, Young Rae pucat pasi karena si bayi tak kunjung keluar, “Panggil tabib Jin, cepat!” perintahnya kepada Tabib Heo.
Di lain pihak, Dae Gun mengadu kepada ayahnya bahwa Kyung Tak mengkhianati mereka. Kyung Tak masuk yang langsung disambut hunusan pedang dari Mentri Kim, “Sepertinya dia telah terjebak didalam rencana kita. Kau harusnya lebih berhati-hati!”
Kyung Tak teringat malam saat dirinya mabuk, dan Mentri Kim mengetahui penolakan Kyung Tak akan ajakan Young Hwi agar mengkhianati dirinya.
“Bagaimanapun, dengan begini kau telah mendapatkan hakmu untuk memanggilku Ayah.” Mentri Kim pun memintanya agar menyerahkan segel Kerajaan agar ‘menipu’ P. Agung Heung Seon.
“Agar tetap bertahan hidup di dunia politik yang kejam ini, inilah jalan yang Ayahmu pilih. Kaulah satu-satunya orang yang dapat ayahmu ini percayai.”
“Ayah..” ucap Kyung Tak lirih.
Kembali lagi, Mentri Kim menyarungkan kembali pedangnya sambil terkekeh. Rencana mereka rupanya agar P. Agung Heung Seon menyingkirkan Ibu Suri dengan Kyung Tak membocorkan rencana mereka.
Buru-buru Jin Hyuk masuk ke kamar istri Pejabat Lee, terlihat dia telah kehabisan tenaga. Sedang kaki bayi rupanya keluar lebih dahulu. “Tali pusarnya telah keluar,” teriak Young Rae.
Ini adalah prolapsus tali pusat. Keadaan dimana tali pusar keluar duluan sebelum bayi. Pada keadaan ini, tali pusatnya akan tertekan oleh kaki sang bayi sehingga aliran darah akan tersumbat. Lalu, bayinya akan mengalami hypoxia. Keadaan di mana tubuh kekurangan oksigen maka kemungkinan bayinya selamat juga akan menjadi sangat rendah.
Jin Hyuk langsung menemui Pejabat Lee, menjelaskan kondisinya dan meminta untuk merelakan si bayi demi si ibu. Pejabat Lee memohon agar bayinya juga diselamatkan. Ada satu jalan, operasi cesar namun tanpa obat bius (karena bahaya bagi si janin).
“Nyonya berkata… beliau bersedia dioperasi,” ujar Young Rae mendadak muncul.
“Bayi yang sedang hidup di perutku, sedang bergerak. Aku telah mengandungnya selama 10 bulan di rahimku. Bagaimana mungkin aku membunuh bayi yang hidup ini? Tolong, tolong selamatkan bayiku.”
Jin Hyuk sejenak dilema, namun diapun memutuskan untuk melakukan operasi cesar.
Pegawai keluar ruangan, dan P. Agung Heung Seon datang.
“Aku berdoa untuk bayimu.
“Terima kasih, Tuan.”
“Untuk apa kau berterima kasih kepadaku? Bayi ini tak berdosa. Dilahirkan di keluarga yang akan segera dituduh melakukan pemberontakan besar. Mengapa dia harus kehilangan nyawanya? Bagaimana jika begini. Bagaimana jika Tabib Jin yang menyelamatkan nyawa bayimu. Dan aku yang menyelamatkan nyawa bayimu dari tuduhan pemberontakan?”
waaaaaaaa bagus banget, makin penasaran, ditunggu lanjutannya admin, makasi 🙂
SukaSuka
Mau tanya..kenapa susah banget buka link yg pakai adf.ly ya?
SukaSuka
mbaa,, makasih udah lanjutin crita time slip dr jin, aq penasaran sama ending nya smoga berlanjut sampe episode terakhir yaa,, FIGHTING YA MBA!!! ^^
SukaSuka
@Anonim buka adfnya dari hp atau apa ya? kalau dari hp emang tidak bisa, coba kalau pake hp coba diakalin dengan search di google dengan keyword judul episode sinopsinya, kalau dari komputer episode berapa yang tidak bisa dibuka, semoga membantu
SukaSuka