~ Sinopsis Nice Guy (The Innocent Man) Episode 7~
Mendengar ponselnya dicuri Ma Roo bergegas menuju kamarnya. Kamarnya sudah seperti kapal pecah, barang2 berserakan di lantai.
Jae Gil memarahi Cho Ko yang memberitahu Ma Roo semuanya. “Ma Roo selalu tak bisa menahan diri setiap kali berurusan dengan Jae Sik. Bagaimana jika dia bertindak bodoh?”tanya Jae Gil. Cho Ko beralasan ia juga tak bisa menahan diri melihat Jae Gil dipukuli di depan matanya. Jadi ia tak memikirkan imbasnya jika dirinya memberitahu Ma Roo. Jae Gil pun duduk di samping Cho Ko.
“Kang Cho Ko! Kadang aku ingin mengajakmu bicara baik-baik. Tapi jika kau juga bertingkah seperti ini…mungkin sebaiknya aku jadi biksu saja.”kata Jae Gil. Cho Ko terkejut lalu bertanya kenapa Jae Gil mau jadi biksu. Jae Gil mengakui kalau itu tak akan mudah, ia memang tak sehebat Ma Roo. “Orang lain mungkin akan bilang kalau aku tak memberimu ruang untuk bernafas. Aku juga tak akan menyangkalnya.” lanjut Jae Gil. Cho Ko membenarkan, Jae Gil menyela seharusnya Cho Ko tak boleh bersikap seperti itu padanya. “Sejujurnya, jika kau menyukai seseorang…Aku tahu, kadang hasrat itu susah dikendalikan. Karena itu…”tukas Jae Gil namun dipotong Cho Ko.
“Aku tahu. Aku bukan tipemu. Oppa lebih menyukai wanita yang cantik. Aku tak keberatan dengan cintaku yang bertepuk sebelah tangan. Aku tak keberatan, jadi biarkan aku tetap begini. Tak masalah, kan?” Cho Ko pun masuk ke dalam rumah. “Kenapa aku begitu tampan?”guman Jae Gil memuji diri sendiri. Jyah Jae Gil narsisnya nggak ketulungan wkwkkw.
Ma Roo keluar rumah segera meminjam ponsel Jae Gil. Ma Roo pun segera menghubungi ponselnya. Jae Gil meminta Ma Roo jangan ikut campur dengan Jae Shik dan melaporkan kalau ponselnya hilang. Ma Roo segera bertanya di mana Jae Shik dan mengatakan kalau ia akan memberitahu di mana Jae Hee berada, tapi mereka harus bertemu.
Di luar luar Eun Gi ‘dititipi’ foto kelulusan Jae Hee bersama Ma Roo, yang sudah pasti atas suruhan pengacara Ahn karena diawasi oleh supir Jo. Eun Gi syok saat melihat foto tersebut. Dan benar saja, begitu foto sudah di tangan Eun Gi supir Jo segera melaporkannya pada pengacara Ahn.
Saat sesi wawancara Jae Hee masih melamun, mengingat telepon kakaknya tadi. Reporter yang menanyainya diacuhkan, reporter pun memanggil-manggil Jae Hee. Jae Hee yang tersadar pun segera menanyakan apa yang ditanyakan reporter tadi. Dari jauh pengacara Ahn yang mengawasi nampak khawatir.
Kembali ke Eun Gi yang melihat foto Jae Hee dan Ma Roo. Ma Roo yang keluar rumah melihat Eun Gi, Eun Gi segera menyembunyikan foto itu. Ma Roo yang tersenyum menghampiri Eun Gi. Ma Roo bertanya apa semuanya lancar, Eun Gi mengiyakan dan bertanya apa Ma Roo akan pergi. Ma Roo menjawab kalau ia harus menemui seseorang. Melihat Eun Gi hanya diam, Ma Roo bertanya apa ada yang ingin dia katakan. Eun Gi menjawab tidak, Ma Roo pun pamit pergi.
Namun langkahnya terhenti dan kembali mengecek kondisi Eun Gi, “kau terlihat kurang sehat.”ujar Ma Roo. Eun Gi teringat pertemuan Ma Roo dengannya di hotel saat bersama Jae Hee. Ma Roo yang mengaku pernah mengidolakan Jae Hee.
“Sepertinya kau agak demam. Malah aneh kalau kau tidak sakit setelah minum alkohol sebanyak itu.”kata Ma Roo setelah memeriksa kening dan pipi Eun Gi. Eun Gi hanya terdiam dan mengingat pembicaraan bersama Jae Hee. Saat Jae Hee mengingatkan orang seperti apa Ma Roo. Ma Roo menawarkan mengantar Eun Gi ke rumah sakit. Eun Gi menolak ia beralasan ia akan segera pulih setelah beristirahat. Lalu Eun Gi menyuruh Ma Roo pergi, Ma Roo pun pamit dan mengatakan kalau ia akan membawakan obat.
Sepeninggalan Ma Roo, Eun Gi terduduk di jalan memandang foto tadi. Eun Gi yang menyadari sesuatu segera membuka map hijau yang diberikan pengacara Park tadi. Eun Gi makin syok melihat isi berkas-berkas di dalamnya.
Eun Gi pun menemui pengacara Park. Pengacara Park menceritakan kalau orang yang merawat Eun Gi di pesawat adalah Ma Roo. “Dia sudah mengenal Nyonya selama 19 tahun terakhir. Nyonya memberinya uang 1 milyar won…sepertinya bertujuan untuk membungkamnya agar tidak menceritakan hubungan mereka. Intinya, alasan Kang Ma Roo mendekati Anda…memang memiliki tujuan tersembunyi.”papar pengacara Park. Mendengar penjelasan itu tanpa Eun Gi sadari melakukan hal yang tak biasa ia lakukan yaitu menambahkan gula ke dalam kopinya. Pengacara Park menawarkan memesankan kopi kembali namun Eun Gi menyuruh pengacara Park melanjutkan penjelasannya saja. Ia pun meminum kopi yang sudah ditambahkan gula tadi.
Ma Roo menemui Jae Shik di sebuah klub malam. Jae Shik menyapa Ma Roo namun Ma Roo hanya menatapnya tajam. Jae Shik menyuruh Ma Roo duduk, ia pun hendak bersalaman namun diacuhkan Ma Roo. Jae Shik tak menyangka Ma Roo yang bertampang lugu bisa membunuh orang dan masuk penjara. “Pantas, katanya kita tak boleh menilai orang lain hanya dari tampangnya saja.”
“Apa kau mencari Jae Hee noona?”tanya Ma Roo, Jae Shik pun bertanya di mana Jae Hee.
Ma Roo menjawab kalau Jae Hee sudah mati enam tahun yang lalu jadi tak usah mencarinya.
Tentu saja Jae Shik tak percaya, mengira Ma Roo bercanda. Lha wong Jae Shik sudah menelepon Jae Hee hehehe. “Jika kau mau, aku bisa mengantarmu menemuinya. Bercanda atau tidak, kau bisa mengetahuinya sendiri.” ungkap Ma Roo seraya menatap pisau yang dipakai wanita pendamping Jae Shik mengupas apel. Jae Shik pun menyuruh wanita itu membawa keranjang buah berserta isi dan pisaunya keluar.
Ma Roo meminta ponselnya dikembalikan, Jae Shik memberikannya.
Jae Shik mengatakan kalau di ponsel itu ada nomor telepon Jae Hee jadi berkat Ma Roo ia bisa bicara dengan Jae Hee yang sudah mati. “Yang membunuh orang itu Jae Hee, kan? Jae Hee yang membunuhnya dan kau yang menanggung kesalahannya.”tebak Jae Shik. Melihat ekspresi Ma Roo yang diam dan tajam, Jae Shik menebak itu benar. Jae Shik yang tahu sepak terjang Ma Roo jelas tak percaya kalau Ma Roo bisa membunuh orang. Justru Jae Hee-lah orang bisa melakukan pembunuhan.
Kembali ke Eun Gi, pengacara Park memberitahu kalau Ma Roo membunuh orang secara tak sengaja jadi dipenjara selama 6 tahun sehingga ia dikeluarkan dari kampusnya. Mendengar itu Eun Gi malah bertanya apa ada lagi tentang Ma Roo yang belum ia ketahui. (Dalam hati mungkin Eun Gi berkata Ma Roo tak berbeda jauh denganku huehehe.)
“Apa yang saya sampaikan tadi belum cukup?”tanya pengacara Park. Eun Gi mendesak apa lagi yang belum ia ketahui, pengacara Park pun mengatakan kalau Ma Roo pernah berpacaran dengan Jae Hee. Eun Gi segera memotong kalau itu sudah dikatakan tadi. Pengacara Park kembali mengatakan kalau Ma Roo memiliki dendam pada Jae Hee jadi mendekati Eun Gi dengan sengaja.
“Kau ini bodoh ya? Kau sudah mengatakannya tadi.”tukas Eun Gi. Jika hanya itu semuanya itu bukan masalah penting bagi Eun Gi. “Apa yang harus kita lakukan padanya? Jika Anda ingin menggunakan jalur hukum, saya akan mencari cara.” tanya pengacara Park yang melihat Eun Gi bangkit.
“Jangan sampai kau berani menyentuhnya! Jangan kau berani menyentuhnya, bahkan rambutnya sekalipun!”tegas Eun Gi.
Jae Shik bertanya segitu besarkah Ma Roo menyukai Jae Hee orang yang sudah menghancurkan hidupnya tapi Ma Roo tetap membelanya. “Apa kau masih begitu menyukai setan wanita itu?”
“Hyung, aku tak paham yang kau maksud.”elak Ma Roo. “Jika kau baru saja dibebaskan setelah dipenjara selama 8 tahun…Kupikir sebaiknya kau diam saja dan tutup mulutmu.” Ma Roo beranjak bangkit dan mengatakan kalau yang dikatakannya tadi bukan saran tapi peringatan lalu Ma Roo beranjak pergi namun langkahnya terhenti. Jae Shik mengatakan kalau ia akan membalaskan dendam Ma Roo, Ma Roo pun berbalik ke arah Jae Shik. Jae Shik menambahkan kalau Jae Hee sudah memanfaat Ma Roo lalu meninggalkannya, bahkan Jae Shik pun tak mampu menandinginya.
“Tak hanya membalaskan dendamku dan dendam ibuku… tapi juga membalaskan dendammu. Untuk itu, kau boleh membayar minuman hari ini.”tambah Jae Shik. Jae Shik juga mengungkapkan kalau ia mendengar kabar Jae Hee menjadi simpanan Presdir Taesan, tapi itu tak masuk akal. Ma Roo hanya menatap tajam Jae Shik, mendapat tatapan seperti itu Jae Shik melempar sesuatu namun meleset tak mengenai Ma Roo.
“Mana boleh kau menatapku seperti itu. Kita ini ada di pihak yang sama. Gara-gara Jae Hee, hidup kita jadi hancur. Kau tak mau membantuku?”kata Jae Shik lalu mentoyor kepala Ma Roo. Ma Roo yang marah, kesal, campur aduk balas menendang Jae Shik hingga tersungkur ke kursi. Bahkan Ma Roo mendesak dan mencengkram Jae Shik lalu memperingatkan agar menjauhi Jae Hee, jika tidak ia akan membunuhnya.
“Aku bukan Kang Ma Roo yang dulu kau kenal. Aku tak tahu apa yang sedang kau rencanakan,tapi…Memang benar dulu aku yang membunuh orang itu. Aku sudah membasahi tanganku dengan darah. Kau kira aku tak bisa melakukannya lagi?”ancam Ma Roo.
Pengacara Park menemui Presdir Seo di ruang kerjanya. Ia melaporkan kalau mulai sore itu mogok kerja para karyawan sudah pergi jadi Presdir Seo harus menepati janjinya, mengijinkan Eun Gi kembali ke rumah dan juga mengembalikan perkerjaannya. “Aku hanya menyuruhmu agar mogok kerja dihentikan. Memangnya aku pernah berjanji akan mengembalikan haknya?” elak Presdir. Pengacara Park beralasan kalau Presdir tidak memberi mereka petunjuk dan hanya memberi batas waktu dua hari. Dan juga Eun Gi sudah melakukan yang terbaik. Presdir tak mau mendengar apa2 lagi dan menyuruh pengacara Park pergi. Pengacara Park pun menegaskan jika Presdir tak menepati janjinya, ia akan mengundurkan diri dari Taesan karena tak ingin bekerja untuk seseorang yang tak menepati janjinya.
“Apa kau mengancamku?”tanya Presdir, pengacara Park tak menjawab ia malah mengatakan kalau ia akan menyerahkan surat resignnya besok pagi lalu beranjak pergi.
“Park Joon Ha!”panggil Presdir yang menghentikan langkah pengacara Park.
“Jika Anda membiarkan direktur seperti ini…bisa jadi dia tak akan berusaha untuk kembali. Bisa jadi dia melepaskan segalanya dan tak peduli lagi.” Presdir bertanya apa maksudnya itu. Pengacara Park memberitahukan jika Presdir terus mengabaikannya seperti itu, bisa jadi Eun Gi sudah tak peduli dengan kepewarisan Taesan karena Eun Gi sudah menemukan hal yang lebih menarik di luar dunia Presdir. Presdir tak mengerti, ia minta penjesalan agar ia bisa mengerti. Pengacara Park pun mengatakan kalau Eun Gi sudah gila. (bukan gila, Joon Ha tapi sedang dimabuk asmara kwokwokwok).
Dalam perjalanan rumah Ma Roo, Eun Gi teringat kata2 Ma Roo saat ia menghadiahi jam tangan karena telah menyelamatkannya namun ditolak Ma Roo. Ma Roo malah meminta Eun Gi sebagai bahan pijakan karena ada gunung yang ingin dia daki dan Eun Gi cocok untuknya sebagai anak tangga. Memikirkan itu Eun Gi pun memutuskan membeli bir.
Di kamarnya, Jae Hee teringat kakaknya yang menghubunginya. Jae Hee memutuskan menelepon Ma Roo, Jae Hee mengira Ma Roo melibatkan kakaknya.
“Lakukan sesukamu, Kang Ma Roo. Mari kita lihat, sejauh mana kau bisa bertahan. Kau dan aku, sejauh mana kita bisa bertahan. Kita teruskan saja.” Setelah mengatakan itu, Jae Hee menutup teleponnya.
Jae Hee menemui Presdir yang mencarinya, saat itu Presdir sedang terburu-buru meminum obatnya. Nampaknya penyakit Presdir kambuh kembali. Presdir beralasan kalau ia merasa tak enak badan saat Jae Hee menanyakan keadaannya. Presdir bertanya apakah Jae Hee bisa mengajak Eun Gi pulang, Jae Hee tak mengerti maksud Presdir. “Saat seorang anak meninggalkan rumah, semestinya seorang ibu akan khawatir…dan mencari cara untuk menemukan anaknya, bukan?” Jae Hee mengiyakan, dan mengatakan kalau ia berencana mencarinya besok. Presdir mengatakan kalau sepertinya Eun Gi tinggal bersama laki-laki yang mereka temui waktu itu ( Ma Roo), presdir memberikan alamat Ma Roo pada Jae Hee.
“Laki-laki itu… bukankah aku sudah menyuruhmu untuk mengurusnya?”
Jae Hee beralasan kalau tak mudah membujuknya ditambah Eun Gi tak mau menurut padanya. Presdir bertanya apa Ma Roo tak goyah dengan tawaran uang. Jae Hee menjawab Ma Roo tak akan bergeming walau Presdir menawarkan seluruh kekayaannya. Presdir pun menyarankan mengancam Ma Roo walau atas tuduhan pemerasan. Jae Hee khawatir semua orang akan mengetahui masalah itu.
“Jadi maksudmu, tak ada cara lain? Kita hanya bisa berdiam diri dan menonton tanpa berbuat apa-apa?”tanya Presdir lalu menyuruh Jae Hee ke rumah Ma Roo dan membawa pulang Eun Gi secepatnya. Jae Hee yang tadinya ragu pun memutuskan akan mengirim tukang pukul yang tak akan meninggalkan jejak.
Eun Gi dan Ma Roo yang sama2 jalan menuju rumah bertemu di satu gang, Eun Gi yang dibelakang Ma Roo memanggilnya. “Hei, orang di depan sana!”panggil Eun Gi namun Ma Roo terus melanjutkan langkahnya tapi begitu dipanggil ‘pria tampan’ Ma Roo berbalik. Ia nampak terkejut saat dilihatnya itu Eun Gi. “Wow, kau benar-benar penuh percaya diri, ya? Kau sadar betul kalau kau ini tampan.”puji Eun Gi. Ma Roo bertanya kenapa Eun Gi di sana. Eun Gi menjawab kalau tadi ia keluar membeli sesuatu dan mengajak Ma Roo minum untuk mengurangi mual. Eun Gi juga bilang kalau ia tahu tempat yang paling sempurna untuk minum. Ma Roo menghampiri Eun Gi dan memeriksa kening Eun Gi.
“Agassi ini sepertinya sudah gila. Kau mau mabuk-mabukan lagi padahal demammu belum reda?”ucap Ma Roo, Eun Gi merajuk kalau Ma Roo tak mau ia akan meminumnya sendiri. Ma Roo menyusul Eun Gi yang berjalan duluan, ia mengambil kantong belanjaan yang dibawa Eun Gi dan mengatakan kalau ia tak akan bertanggung jawab kalau Eun Gi mati saat mabuk.
Keduanya duduk santai di atas bebatuan sembari menikmati pemandangan indahnya malam di kota Seoul. Eun Gi menyodorkan sekaleng bir pada Ma Roo dan mengambil bir lain untuk diminumnya sendiri. Namun Ma Roo mengambil dan meminumnya saat Eun Gi akan menenggaknya. “Sepertiga dari alkohol yang kau minum kemarin masih ada di tubuhmu, jadi ini saja sudah cukup untuk membuatmu mati.” Eun Gi hanya tersenyum sinis mendengar nasihat Ma Roo, lalu meminum sisa bir yang diminum Ma Roo tadi #ciuman tak langsung haha. Eun Gi memuji pemandangan kota Seoul dan terus nyerocos. Eun Gi mengatakan kalau di antara orang yang tinggal di Seoul pasti ada calon suaminya dan calon isteri Ma Roo.
Ma Roo tak mengerti dengan obrolan Eun Gi, Eun Gi pun mengatakan jika Ma Roo menikah nanti ia minta Ma Roo mengiriminya undangan walau Eun Gi tak bisa hadir ia pasti akan mengirim uang ucapan selamat. Ma Roo hanya menatap Eun Gi dengan tatapan kosong.
“Kenapa wajahmu seperti itu? Tak mungkin… kau berpikir akan menjadikan aku calon istrimu, kan?”tanya Eun Gi, Eun Gi mulai menyindir tak langsung Ma Roo.
“Kau berpikir terlalu jauh. Pohon yang dapat kau daki dan pohon yang bahkan dalam mimpi pun tak bisa kau daki…kau pasti tahu perbedaannya.”sindir Eun Gi. Ma Roo kembali mengambil kaleng bir yang akan diminum Eun Gi. Eun Gi yang mulai jengkel bertanya apa Ma Roo mengerti maksud ucapannya. Ma Roo menjawab kalau ia paham.
“Syukurlah, kau ini orang yang cerdas. Beberapa pria yang pernah dekat denganku…ada juga yang tak memahami keadaan ini bahkan hingga akhir…”ungkap Eun Gi.
”Boleh aku tahu…kenapa kau tiba-tiba bersikap seperti ini?”tanya Ma Roo. Eun Gi menjawab kalau ia tak tiba2, tapi sudah sejak awal direncanakannya.
“Aku jatuh hati pada Kang Ma Roo karena…rasanya seperti mendapat keberuntungan dalam hidupku yang penuh kesialan. Tapi aku tahu, suatu saat segalanya harus berakhir.” Karena cepat atau lambat pasti berakhir kenapa ia tak mencobanya, Eun Gi pikir paling lama ia bisa bertahan hingga satu bulan, tapi… ternyata ia ingin lebih lama dari yang direncanakannya. Ma Roo hanya diam mendengar ocehan Eun Gi.
“Tidak masuk akal, bukan? Saat ini kau pasti terkejut dan juga sangat kesal. Kau ingin mencekikku, kan?”tanya Eun Gi, sudah pasti keadaan itu sangat menyebalkan dari sudut pandang Ma Roo dan Ma Roo akan sulit menerimanya atau mengerti. Tapi ternyata dugaan Eun Gi salah, sebaliknya Ma Roo paham bahwa maksud Eun Gi mereka putus.
“Syukurlah, kau orang dengan harga diri yang cukup tinggi. Aku sudah khawatir kau tak mau berpisah denganku dan memohon-mohon seperti orang bodoh.”ucap Eun Gi mencoba tetap tersenyum walau sakit.
Eun Gi berjalan lunglai, sementara Ma Roo masih duduk terdiam dengan bir di tangan. Sepertinya Ma Roo nampak mencoba menelaah semua yang Eun Gi ucapkan tadi. Eun Gi yang memang demam mulai sempoyong beruntungnya bertemu Jae Hee. Jae Hee mangatakan kalau ia datang untuk menjemputnya dan mengajak Eun Gi pulang. Tetiba Eun Gi terjatuh pingsan, Jae Hee panik dan berusaha membangunkan Eun Gi.
Tak jauh dari sana, seseorang memukul Ma Roo dari belakang saat Ma Roo hendak masuk ke rumahnya. Orang itu tak lain suruhan Jae Hee pastinya.
Jae Hee membawa Eun Gi pulang, ia teringat pesan Presdir Seo yang membawa Eun Gi pulang tanpa melibatkan tukang pukul. (jyah jadi tukang pukul itu suruhan Jae Hee sendiri, ckckck).
Di tempat lain Ma Roo dipukuli habis-habisan hingga babak belur, Jae Hee yang memperhatikan Eun Gi masih pingsan lewat kaca spion dalam memutuskan menelepon tukang pukul yang memukuli Ma Roo. Ponsel pun di dekatkan pada Ma Roo. “Lama tak jumpa, Kang Ma Roo. Sebenarnya aku ingin bicara denganmu
sambil makan malam, tapi…berhubung keadaannya seperti ini, mau bagaimana lagi. Mereka akan memberimu amplop. Isinya surat kepemilikan bangunan, kebun, dan rumah di California. Dan juga surat pernyataan bahwa kau tak akan pernah menemui Eun Gi lagi.”papar Jae Hee. Jika Ma Roo menandatangi surat itu, otomatis semua itu menjadi miliknya. Jae Hee menambahkan kalau tiket pesawatnya juga ada di dalam termasuk tiket adiknya, jadi besok Ma Roo bisa langsung pergi. Eun Gi mulai mengerjap-ngerjapkan matanya. Di tengah kesadarannya sepertinya Eun Gi mendengar ucapan Jae Hee ini.
“Presiden Direktur sudah berbaik hati dengan menyertakannya. Jika kali ini kau tetap menolaknya, seseorang yang sangat kau sayang bisa ikut terluka. Bagaimanapun juga, ini pertempuran yang tak mungkin kau menangkan.”ujar Jae Hee mengingatkan. Jadi Jae Hee menyarankan Ma Roo menyerah dan menandatangani surat2nya.
Jae Gil yang sedang berlibur bersama Cho Ko di Ahn Myun Do mencoba menghubungi ponsel Ma Roo, namun tak aktif. Keduanya berlibur dalam rangka menjauhkan Cho Ko pasca pemulihan Ma Roo setelah babak belur. Jae Gil khawatir karena ponsel Ma Roo belum aktif, Jae Gil pun meninggalkan pesan ia memberitahu kalau dirinya dan Cho Ko sudah sampai di Ahn Myun Do. Ma Roo tak perlu khawatirkan Cho Ko karena Cho Ko sama sekali tak tahu kalau Ma Roo babak belur. Jae Gil akan mengurusnya hingga Ma Roo benar2 sembuh. Jae Gil segera menutup teleponnya saat mendengar suara Cho Ko memanggilnya.
Jae Gil segera berpura-pura duduk di ayunan dan menyapa Cho Ko dengan manis.
“Apa semalam tidurmu nyenyak? Di sini nyaman, kan? Kau suka kamarmu?”tanya Jae Gil.
Cho Ko kaget dengan perubahan sikap Jae Gil, ia pun duduk di samping Jae Gil.
“Oppa, apa kau sedang sekarat?”tanya Cho Ko, Jae Gil tak mengerti.
“Aku dengar, orang berubah jika mereka akan mati. Kenapa kau sangat baik padaku?”
“Memangnya apa yang kulakukan?”tanya Jae Gil.
“Semalam tiba-tiba saja kau datang ke tempat kerjaku… dan bilang padaku “Cho Ko, ayo liburan…”. Aku pun berpikir “Assa! Daebak”, dan mengikutimu sebelum kau berubah pikiran, tapi…rasanya tetap ada yang tidak beres.” Jae Gil bertanya apa yang tak beres, ia pun beralasan kalau ia mengajak Cho Ko karena polusi di Seoul sedang tinggi-tingginya, jadi mereka ke sana untuk mencari udara segar.
Memperhatikan wajah Jae Gil membuat Cho Ko berpikir ingin mencium Jae Gil, ia pun mengatakan akan pulang. Namun Jae Gil menahannya dan mendudukkan Cho Ko di ayunan.
“Kau harus bermain di sini denganku. Jangan pikirkan tentang hal lain…Terutama tentang oppa-mu…”pinta Jae Gil, Jae Gil juga meminta Cho Ko tak menghubungi kakaknya dan hanya memikirkan dan bermain dengan dirinya. “Oppa, memangnya kau tidak takut padaku?”tanya Cho Ko.
“Kenapa aku harus takut padamu? Memangnya kau hantu?”, Cho Ko ingin menjelaskan namun jika ia jujur takut dipukul Jae Gil hahaha. Jae Gil berjanji ia tak akan memukulnya. Cho Ko mengatakan ia takut hilang kendali jika hanya berdua saja, Cho Ko juga mengaku pernah mencium kening Jae Gil saat membawanya sewaktu Jae Gil mabuk. Mendengar itu Jae Gil pun menjitak kepala Cho Ko.
“Dasar anak nakal! Beraninya anak kecil sepertimu…”hardik Jae Gil, Cho Ko kesakitan.
“Oppa, kenapa kau memukulku? Aku pulang saja.”kata Cho Ko namun kembali ditahan Jae Gil.
“Sudah kubulang berulang kali. Hubungan kita ini tidak seperti pria dan wanita, tapi seperti kakak dan adiknya. Jujur saja, kau ini bukan tipe idamanku.”jelas Jae Gil. Oleh sebab itu Cho Ko ingin kembali ke Seoul dan bersama kakaknya.
Di rumahnya, Eun Gi yang masih pingsan diinfus. Namun begitu Jae Hee yang menunggunya pergi Eun Gi membuka matanya.
Pengacara Park datang membawakan bubur untuk Eun Gi, Jae Hee yang menyapa tak digubrisnya malah memberikan buah tangannya pada ahjuma dan minta itu diberikan pada Eun Gi saat Eun Gi sudah bisa makan. (udah muak kayaknya ni Joon Ha hahaha).
Jae Hee mengatakan kalau Eun Gi sudah diinfus dan tertidur jadi tak bisa diganggu, pengacara Park bilang kalau ia ke sana karena Presdir ingin bertemu dengannya. Ia pun pamit menemui Presdir.
Di ruangannya Presdir bermuram durja, ternyata Presdir menyuruh pengacara Park datang untuk melihat bukti perselingkuhan Jae Hee dan pengacara Ahn.
Melihat reaksi pengacara Park, Presdir tahu kalau pengacara Park sudah tahu hal itu sebelumnya. “Kenapa kau tidak mengatakan padaku? Apa kau juga bagian dari mereka?”tanyanya. Pengacara Park beralasan ia khawatir hal itu akan membuat kesehatan Presdir memburuk jadi ia tak melaporkannya ditambah Eun Gi memintanya tidak melaporkannya pada Presdir.
“Eun Gi juga sudah tahu hal ini?”tanya Presdir, pengacara Park mengiyakan. Pengacara Park meminta maaf, karena ia tak segera melaporkannya. Presdir mulai kesakitan, ia berpesan agar jangan sampai tahu Jae Hee dan pengacara Ahn bahkan Eun Gi tahu kalau ia sudah tahu. Presdir juga menyuruh pengacara Park menyiapkan tuntutan untuk Jae Hee dan pengacara Ahn dengan kemampuan jalur hukumnya walau dengan tuduhan palsu, menggunakan segala cara untuk menghukum mereka. Jae Hee yang asyik menyiapkan minuman untuk presdir tak menyadari bahaya yang mengintainya.
“Pengacara Ahn dan Han Jae Hee, yang lebih rendah dari binatang…harus membusuk di penjara sekurang-kurangnya selama 30 tahun. Jadikan itu tanggung jawabmu. Dengan begitu aku… dapat beristirahat dengan tenang. Aku juga… bisa mempercayakan keselamatan Eun Gi padamu, baru aku bisa beristirahat dengan tenang.”pesan Presdir berkaca-kaca.
Pengacara Ahn segera meluncur ke rumah Presdir begitu mendapat laporan dari supir Jo kalau Presdir melihat rekaman CCTV yang di dalamnya ada Jae Hee dan dirinya. Ia pun tersadar di dalamnya ada rekaman Jae Hee menciumnya. Supir Jo juga memberitahukan kalau sebelumnya pengacara Park juga sudah melihat rekaman itu.
Ahjuma tetangga Ma Roo datang membawa sup, ia memanggil-manggil Cho Ko, Ma Roo bahkan Jae Gil namun tak ada jawaban padahal pintu terbuka dan sepatu Ma Roo di depan pintu. Ahjuma pun meninggalkan sup dipanci di dipan luar dan pulang ke rumah. Sampai malam sup itu masih teronggok di dipan.
Eun Gi yang terbangun hanya memandang makanan yang disiapkan untuknya. Ia pun melepas infus yang terpasang di tangannya lalu mengambil obat yang diberikan Ma Roo. Eun Gi teringat kata2 Ma Roo yang menyetujui mereka putus. Dan saat Eun Gi beranjak pergi, Ma Roo menahannya dan memberikan obat lalu berpesan agar Eun Gi mampir ke rumah sakit karena nampaknya Eun Gi masih sakit. Mengingat itu Eun Gi meremas bungkus obatnya.
Cho Ko yang sudah merapikan dan membawa kopernya turun menemui Jae Gil yang tidur di sofa bawah. Cho Ko yang memperhatikan Jae Gil yang tertidur memuji ketampanan Jae Gil walau tidur dengan mulut terbuka. Melihat Jae Gil menggaruk wajahnya dengan kasar Cho Ko menahan tangan Jae Gil hingga membuat Jae Gil salah paham saat terbangun. Ia pun berteriak keras hingga hingga Cho Ko terdorong jatuh.
“Apa yang kau lakukan padaku?”tanya Jae Gil, Cho Ko menjawab kalau ia tak melakukan apa2 dengan cepat walau panik.
“Tadi kau menggenggam tanganku.” Cho Ko meyakinkan kalau ia benar2 tak berniat melakukan apa2 hanya khawatir karena Jae Gil menggaruk wajahnya dengan kasar. Tak mungkin ia mencari kesempatan dalam kesempitan. Melihat Cho Ko sudah mengemasi barang2nya Jae Gil menyadari sesuatu, sambil menenteng kopernya Cho Ko mengatakan kalau ia akan kembali ke Seoul.
Jae Gil mengejar Cho Ko keluar, lalu mengangkatnya dan membawanya masuk kembali ke dalam rumah. “Sudah kubilang kau harus tinggal bersamaku di sini.”kata Jae Gil. Sembari keluar memakai sepatunya Cho Ko mengatakan kalau ia harus pulang karena khawatir dari kemarin ponsel kakaknya tak pernah bisa dihubungi. Jae Gil kembali mengangkat Cho Ko menjauh dari pintu keluar hahaha.
Jae Gil menenangkan Cho Ko dengan mengatakan kalau Ma Roo pergi berlibur dengan seorang wanita. Cho Ko tak mengerti. Jae Gil menjelaskan kalau Ma Roo mematikan ponselnya dan pergi ke Hong Kong atau Taiwan bersama seorang wanita. Cho Ko tak mudah percaya saja, karena Ma Ro tak pernah mematikan ponselnya karena dia tahu, dia bisa mendapat kabar kalau dirinya pingsan di suatu tempat. Jae Gil beralasan kalau Cho Ko sekarang bersama dirinya yang biasanya pun ia yang selalu menolong Cho Ko saat pingsan di jalanan. “Benar juga. Setiap kali aku sakit, oppa kau selalu bersamaku.”ucap Cho Ko. “Lihat kan? Oppa kau sudah sangat berjasa padaku. Bagaimana bisa kau melakukan hal sebaik itu dan melarangku untuk mencintaimu? Apa kau ingin aku gila?”tanyanya.
“Baiklah, itu semua memang salahku. Mulai sekarang, apapun yang terjadi, aku tak akan membantumu.”jawab Jae Gil kembali mendorong masuk Cho Ko.
Namun Cho Ko mengelak dan mengakui kalau kemarin berbohong, kalau sebenarnya ia pernah mencium kening Jae Gil sekali. “Aku tahu. Mana mungkin kau berani melakukannya padaku?”ujar Jae Gil, Cho Ko tersenyum jahil dan mengakui kalau sebenarnya bukan sekali tapi tiga kali ia mencium kening Jae Gil huahaha. Mendengar itu Jae Gil kembali mengkeplak jidat Cho Ko dengan keras hingga kesakitan.
Jae Gil bertanya pada Cho Ko apa ia masih belum bisa menghubungi ponsel kakaknya, Cho Ko mengangguk. Jae Gil pun mencoba menghubungi ponsel Ma Roo.
Terlihat di rumahnya Ma Roo, sup yang diberikan ahjuma masih tergeletak di dipan depan, dan sepatu Ma Roo masih di depan pintu.
Jae Hee membawakan Eun Gi makanan, melihat Eun Gi bersiap-siap Jae Hee bertanya mau ke mana Eun Gi. Eun Gi menjawab kalau ia mau ke kantor untuk kerja. Jae Hee memberitahu kalau itu tak boleh sampai ayahnya mengijinkannya. Jadi Eun Gi tak boleh keluar kamar.
Eun Gi tak menggubrisnya dan hendak pergi namun Jae Hee menghalanginya. “Presiden menyuruhku untuk menahanmu di kamar ini. Sejak kemarin dia bahkan menyewa penjaga untuk mengawasimu. Kau tidak bisa meninggalkan tempat ini.”ungkap Jae Hee. Jika Eun Gi tak percaya Jae Hee menyuruhnya melihat keluar. Eun Gi melihat keluar jendela terlihat penjaga sudah berjaga-jaga, Eun Gi hanya tersenyum miris. Jae Hee menyuruh Eun Gi makan agar cepat sembuh.
Eun Gi menghampiri Jae Hee dan berkata, “apa yang kau lakukan padanya?”tanyanya.
“Siapa?”tanya Jae Hee pura2 tak mengerti arah pembicaraan Eun Gi.
“Kang Ma Roo. Kau mengirimkan tukang pukul untuk mengancamnya seperti sampah murahan. Kau tahu kalau aku waktu itu juga mendengarkan.”
“Tak ada bedanya mau kau mendengarkan atau tidak.”jawab Jae Hee santai. “Seperti sampah murahan…Aku bahkan harus mengirim orang-orang itu untuk mengancamnya… semua gara-gara kau.” Jadi kesimpulan dari semua itu segalanya akan berakhir jika Eun Gi mengakhirinya. Jae Hee mengingatkan tak ada yang tak bisa dilakukan ayahnya di dunia, sebelum semuanya diluar kendali Eun Gi harus mengakhiri segalanya. “Dia tidak menerima tawaranmu, kan?”tebak Eun Gi. “Bahkan setelah kekerasan, ancaman murahan, dan kesepakatan yang kau ajukan. Aku memang hebat dalam memilih kekasih.”
Jae Hee menyuruh Eun Gi istirahat lalu pergi, setelah memikirkannya Eun Gi memutuskan keluar namun ia tak bisa keluar karena pintunya di kunci dari luar. Eun Gi hendak mengetuk pintu namun diurungkannya.
Ponsel Jae Hee berbunyi saat dirinya menuruni tangga, ternyata kakaknya menelepon.
Jae Hee menanyakan apa mau kakaknya. Jae Shik tak mengira seperti itu sambutan yang diberikan adiknya setelah tak bertemu selama delapan tahun. Jae Hee menegaskan kalau ia sama sekali tak ingin melihat wajah kakaknya dan berniat menutup teleponnya dengan alasan karena ia harus pergi. Namun Jae Hee batal menutup teleponnya saat Jae Shik menyebut nama Ma Roo. “Apa kau yang melepas ikatan Kang Ma Roo? Dia seperti anjing penjaga bagimu, kan? Dia mengancam akan membunuhku jika aku mendekatimu.”papar Jae Shik. Jae Hee terhuyung mendengar penuturan kakaknya itu, ia menyadari kalau ia salah paham pada Ma Roo ternyata Ma Roo masih peduli padanya.
“Dia benar-benar berubah karena cinta. Jangan salah paham. Aku sangat mencintaimu, Jae Hee. Kau tahu kan, hubungan darah itu lebih kuat daripada hubungan lainnya?”ujar Jae Shik mengingatkan. Walaupun begitu Jae Shik tak peduli seberapa nekatnya Ma Roo tak mungkin bisa melebihi cinta Jae Shik yang jelas2 kakak kandung Jae Hee. Jae Shik berpesan agar Jae Hee tak memberitahu Ma Roo kalau dirinya menghubunginya. Belum selesai bicara Jae Hee sudah menutup teleponnya. Jae Shik pun membanting ponselnya karena kesal.
Jae Hee nampak menyesal mengingat apa yang sudah dilakukannya pada Ma Roo. Sementara itu di dalam kamar yang terkurung sembari memegang boneka barbienya Eun Gi mengingat kebaikan Ma Roo saat mengambilkan bonekanya yang terjatuh dan saat Ma Roo membantunya mendapatkan kembali resort Aomori. Eun Gi juga teringat ciuman pertamanya dengan Ma Roo di Hirosaki dan juga saat Ma Roo mengatakan jawabannya saat Eun Gi bertanya apa jawaban Ma Roo saat ia mabuk mengungkapkan isi hatinya.
Eun Gi pun memutuskan melarikan diri, mencoba membuka pintu namun masih terkunci Eun Gi membuka jendela memastikan tak ada penjaga. Di luar hujan deras, melihat tirai jendela Eun Gi mendapat ide memakai itu untuk turun ke bawah. Sementara itu Jae Hee mempersiapkan masakan dan menaruhnya dalam tempat bekal. Nampaknya Jae Hee akan membawa itu untuk Ma Roo.
Eun Gi berhasil melarikan diri dengan dari kamarnya dengan untain tirai, sementara Jae Hee berdandan di ruang tata riasnya di saming suaminya yang tertidur pulas.
Eun Gi sampai lebih dulu di tempat Ma Roo, dengan kaki telanjang tanpa alas kaki Eun Gi menapaki tanjakan menuju rumah Ma Roo. Eun Gi memencet bel berkali-kali namun Ma Roo belum keluar juga. Ia pun menggendor-gendor pintu gerbang rumah Ma Roo seraya memanggil-manggil namanya. Dibawah guyuran hujan Eun Gi menunggu di depan pintu, setelah cukup lama ia pun melangkah pergi namun baru beberapa langkah pintu terbuka.
Ma Roo keluar dengan muka babak belur, huhuhu kasian oppa Jong Ki mukanya begitu ~_~.
Eun Gi mengakui kalau ciuman mereka di Hirosaki adalah ciuman pertamanya. Dan pertama kalinya di umurnya yang sudah 29 tahun mendengar “aku mencintaimu” dari orang lain.
“ “Aku mencintaimu, Seo Eun Gi.” Berkat kau, waktu itu pertama kalinya aku mendengar pengakuan yang mendebarkan. Berkat seorang pria bernama Kang Ma Roo…Aku mulai menikmati bangun tidur, bernafas, dan hidup, untuk pertama kalinya.”ungkap Eun Gi dibawah guyuran air hujan.
Ma Roo mendekati Eun Gi dan mengusap air mata Eun Gi. “Jadi, satu-satunya keinginanku sekarang adalah…ingin melihatmu setiap hari dan mengucapkan aku mencintaimu. Aku ingin mendengar kau mengatakan kau mencintaiku, dan memiliki mimpi yang sama. Dan aku ingin mempunyai keturunan, dan membesarkan mereka…dan kita hidup bersama hingga tua, seperti itu…”pinta Eun Gi. “Apakah itu mungkin?”tanyanya. Ma Roo hanya diam, beberapa saat kemudian ia memeluk erat Eun Gi. Tetiba Ma Roo menyadari kehadiran seseorang dan ternyata benar di hadapannya berdiri Jae Hee dibawah payung membawa makanan. Ma Roo hanya menatap Jae Hee tajam seraya mempererat pelukannya.
Wow Eun Gi cinta mati pada Ma Roo padahal sudah tahu kalau dibohongi, Jae Hee juga labil banget ni setelah ngelukai gitu datang bawain makanan weks.
Posted only on PelangiDrama
DO NOT REPOST TO OTHER SITE/FP !!!
Please be patient!!! don’t ask next episode! OK!
Pelangi Drama 