Cerita sebelumnya; Eun Gi yang hilang hampir satu tahunan setelah kecelakaan kembali menemui Ma Roo. Namun Eun Gi kini telah berubah, ia telah kehilangan ingatan bahkan kemampuan akademisnya. Eun Gi yang hilang ingatan tersebut pergi ke rumah Ma Roo.
Ma Roo tak percaya kini orang yang ada di hadapannya Eun Gi yang berbeda. Tak mampu mengingat bahkan lupa kemampuan akademisnya.
Sekretaris Hyun panik mencari dan memanggil-manggil Eun Gi, ia pun bertanya pada Jae Shik yang baru keluar dari toilet. Ia menyebutkan ciri-cirinya pada Jae Shik, Jae Shik pun menunjuk ke arah atas . Sekretaris Hyun bergegas ke sana, Jae Shik yang tadinya hendak ke rumah Ma Roo ikut naik namun perutnya kembali mulas. Ia pun kembali ke toilet.
Sekretaris Hyun menemukan Eun Gi yang sedang mengaku pada Ma Roo kalau ia sedang ingatan. Ia datang menemui Ma Roo berbekal foto dirinya dan Ma Roo saat di Aomori. Eun Gi mengiranya dirinya dan Ma Roo saling mencintai. Mendengar itu Ma Roo hanya terdiam tak mampu menjawab hanya berkaca-kaca lega Eun Gi benar2 hidup. “Direktur, kenapa Anda meninggalkan saya?”tanya sekretaris Hyun, padahal dirinya sudah menyuruh Eun Gi menunggu. Ia pikir Eun Gi hilang, ia pun panik dan sedih. Setelah menghapus air matanya, sekretaris Hyun memperkenalkan diri pada Ma Roo.
“Kita pernah bertemu di rumah sakit dulu. Aku adalah sekretarisnya yang saat itu dia minta untuk menemuimu. Kau pasti terkejut.”sapa sekretaris Hyun.
“Aku menemukannya. Aku mengenali dia terlebih dahulu, Kang Ma Roo.”ucap Eun Gi berurai air mata.
Ma Roo membawa Eun Gi ke rumahnya. Eun Gi melihat-lihat pekarangan rumah Ma Roo.
Eun Gi bertanya apa sebelumnya ia pernah datang ke sana?, Eun Gi yakin ia pernah ke sana dan akan mengingat semuanya penuh tekad.
“Jangan katakan apapun atau mencoba mengajariku! Tunggulah saja.”ucap Eun Gi penuh percaya diri. Eun Gi kembali memperhatikan benda2 di sekitarnya.
Sekretaris Hyun menceritakan kondisi Eun Gi pada Ma Roo yang masih bersikap dingin. Karena kecelakaan mobil, otak bagian dalam dan tengahnya terluka. Hingga Eun Gi tidak hanya kehilangan ingatan tapi juga kehilangan sebagian besar pengetahuan yang pernah Eun Gi pelajari. Oleh sebab itu kenapa Eun Gi bisa keliru menulis nama Kang Ma Roo. Bukan hanya kesulitan menulis dan membaca, Eun Gi juga tak bisa membedakan arah kanan atau kiri, sampai kehilangan kemampuan berhitungnya.
“Itu hanyalah beberapa hal yang bisa kusebutkan, yang jelas dia bukan orang yang seperti dulu. Kepribadiannya berubah total.”jelas sekretaris Hyun. Dan itulah alasan sekretaris Hyun menjauhkan Eun Gi dari pandangan publik. Jika Jae Hee mengetahui kondisi Eun Gi saat ini, sudah pasti Eun Gi tak akan memiliki kesempatan menjadi pewaris Taesan atau hidupnya akan dalam bahaya. Ma Roo menoleh ke arah sekretaris Hyun dengan ekspresi dingin tak menduga sekretaris Hyun mengatakan hal seperti itu.
Sekretaris Hyun mengakui kalau ia tak percaya Presdir Seo meninggal karena sakitnya dan yakin kalau Jae Hee terlibat dalam kematian Presdir. Tadinya sekretaris Hyun ingin menyembunyikan Eun Gi sampai sembuh namun Eun Gi menemukan kamera di mobil sekretaris Hyun dan memintanya mencari Ma Roo. Sementara itu Eun Gi mencoba mencoba mengingat-ingat kenangannya di sana. “Jika dia melihatmu kata dokter, itu akan membantunya mengembalikan ingatannya.”ungkap sekretaris Hyun. Itulah alasan kenapa mereka datang mencari Ma Roo.
“Aku ingin Direktur kembali ke Taesan sesegera mungkin. Tolong bantu dia kembali seperti semula.”pinta sekretaris Hyun.
“Kenapa aku?”tanya Ma Roo dingin. Sekretaris Hyun terkejut, ia pun menjelaskan alasannya. Bahwa Ma Roo adalah satu-satunya yang Eun Gi percaya dan dia cintai.
“Itu hanya perasaannya saja.”ucap Ma Roo dingin lalu menghampiri Eun Gi.
Ma Roo membangunkan Eun Gi yang berusaha keras mengingat kenangannya, Ma Roo mencengkram tangan Eun Gi dan mengatakan kalau Eun Gi salah orang.
“Kau dan aku tidak pernah pacaran.”ungkap Ma Roo. “Saling mencintai? Siapa? Kita? Kau tidak bisa menganggap kita pacaran hanya karena kita pernah foto berdua.”lanjutnya. Yang membuat Eun Gi kehilangan kata2 dan sekretaris Hyun terhenyak. Ma Roo bangkit dan menambahkan kalau ia tak punya waktu luang terlibat dengan perebutan kekuasaan.
“Ini bukan masalah perebutan kekuasaan. Dia hanya berusaha mendapatkan kembali haknya.”seru sekretaris Hyun. Tetiba Jae Shik datang mencari Ma Roo.
Jae Shik mengenali sekretaris Hyun yang tadi bertanya padanya dan bertanya apakah ia sudah menemukan orang yang dicarinya. Sekretaris Hyun menjawab sudah. Ma Roo segera memalingkan wajah Eun Gi seperti serasa hendak menciumnya saat Eun Gi ingin menoleh ke arah Jae Shik. Jae Shik yang menyadari mereka mencari Ma Roo mendekat ke arah Ma Roo, Ma Roo segera memeluk Eun Gi dengan erat dan menahan Eun Gi agar Jae Shik tak melihat wajah Eun Gi. Jae Shik kesal Ma Roo malah berpelukan di siang bolong. Ma Roo mengusir Jae Shik secara halus karena ia ada perlu dengan wanita yang dipeluknya. Karena Jae Shik tak juga pergi tapi terus merancau, Ma Roo menatapnya tajam. Jae Shik mengerti, dan sebelum pergi berpesan agar Ma Roo meneleponnya jika sudah selesai. Jae Shik juga mengajak sekretaris Hyun pergi untuk memberi ruang dan waktu agar Ma Roo dan Eun Gi bisa berduaan. Namun sekretaris Hyun menolak, ia ingin di sana sebentar lagi. Jae Shik keluar sendirian dan terus berpikir kalau Ma Roo aneh.
Setelah semuanya dirasa aman, Ma Roo segera melepaskan pelukannya dan mengatakan kalau Eun Gi dan sekretaris Hyun bisa tinggal di sana selama 30 menit. Eun Gi segera menahan lengan Ma Roo yang hendak pergi. “Dulu kita biasa mengobrol santai, kan?” tebak Eun Gi dan mengatakan kalau ia akan seperti itu sekarang. “Apa aku membuatmu malu? Karena aku seperti ini sekarang…Aku menjadi seorang idiot tanpa ingatan.” Eun Gi terus merancau kalau Ma Roo menghindarinya karena kondisinya, dan meminta Ma Roo menunggunya karena ia akan bisa mengingatnya jika Ma Roo mengajarinya. Semuanya akan kembali seperti semula karena Eun Gi akan berusaha lebih keras.
“Kecelakaan itu mungkin mempengaruhi penilaian dan kecerdasanmu. Kita hanyalah dua orang yang foto bersama. Bukan karena cinta atau sesuatu yang seperti itu. Dulu kita hanya sekedar saling kenal.”ujar Ma Roo tanpa perasaan lalu beranjak pergi namun kembali ditahan Eun Gi. “Hatiku bisa merasakannya.”ungkap Eun Gi membuat Ma Roo terhenyak. “Hatiku mengingatmu. Hati ini mengingatmu.”lanjutnya seraya menyetuh dadanya. Walau Ma Roo terenyuh namun ia berusaha menolaknya dan kembali mengatakan kata2 tak enak tanpa peduli perasaan Eun Gi dan beranjak pergi. Ma Roo melangkah dalam kegalaun di dalam hatinya, antara penyesalan atau lega Eun Gi kembali.
Sekretaris Hyun yang sedari tadi mendengar kata2 Ma Roo, memaki Ma Roo begitu orangnya tak ada. “Meski Anda tidak berpengalaman dalam hal pria, kenapa Anda berpikir bahwa dia satu-satunya yang Anda cintai?”tanya sekretaris Hyun pada Eun Gi, ia tak menyadari kalau Eun Gi sudah terduduk lunglai dan memukul-mukul kepalanya yang tak kunjung ingat sesuatu. Sekretaris Hyun mencoba menghentikan ulah Eun Gi dan menenangkannya kalau mereka mendatangi rumah yang salah dan salah orang. Namun Eun Gi mengatakan kalau mereka tak salah, ia kenal dan ingat Ma Roo.
Sesampainya di dalam mobil Ma Roo sempat ragu pergi, namun ditepisnya kuat2. Sekretaris Hyun memapah Eun Gi meninggalkan rumah Ma Roo. Tak jauh dari mereka Jae Shik memperhatikan kepergian keduanya dan mengingat keanehan Ma Roo memeluk Eun Gi tadi. Jae Shik teringat sesuatu, ia mengeluarkan selebaran berita menghilangnya Eun Gi. Ia memutuskan membuntuti keduanya.
Kini Jae Hee sebagai pimpinan Presdir Taesan sementara memimpin rapat dan mendengar laporan pembanguan Resort di Jeju yang sebelumnya ditangani Eun Gi. Tahu hal itu ditangani Eun Gi, Jae Hee meminta proyek tersebut dihentikan untuk sementara waktu. Jae Hee ingin menggantinya dengan membuat hotel berbintang yang akan menarik perhatian turis VIP Asia. Terjadi kasak-kusuk antara dewan direksi yang hadir, notulen rapat juga terlihat ragu. Saat Jae Hee menanyakan masalahnya, ia mengatakan kalau proyek Jeju itu telah menghabiskan waktu lebih dari 2 tahun untuk Eun Gi hanya untuk mencapai kesepakatan dengan pemerintah dan masyarakat sekitar. Ditambah proyek itu membutuhkan waktu empat tahun dari perencanaan awal.
“Apa Anda ingin kita menghentikannya tanpa meminta ijin?”tanya notulen rapat.
“Ijin siapa? Ijin dari Seo Eun Gi yang telah hilang selama setahun?”seru Jae Hee kesal. Notulen rapat itu merasa tak enak, Jae Hee pun paham dan menyetujui perihal ijin tadi. Meskipun ia Presiden Direktur Taesan tanpa ijin Seo Eun Gi, Direktur dari Tae san. Ia tak bisa berbuat apa-apa. Setelah mengatakan hal itu Jae Hee menutup rapat dan beranjak pergi.
Pengacara Ahn segera menyusul Jae Hee, dalam perjalanan Jae Hee bertanya berapa banyak afiliasi Taesan yang terdaftar atas nama Eun Gi sebagai direkturnya. Pengacara Ahn menjawab seluruhnya ada lima termasuk resort, kosmetik, dan tekstil. Jae Hee segera bertanya berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengadakan rapat pemegang saham, karena ia ingin mengajukan permintaan untuk menurunkan Eun Gi. Jae Hee sudah gusar dan tak sabar, berapa lama mereka harus menunggu Eun Gi yang telah pergi.
“Mayoritas pemegang saham mendukungnya. Mereka tidak mudah dibujuk untuk menyetujui permintaan ini. Ini hal yang mustahil.”ujar pengacara Ahn mengingatkan.
“Kenapa tidak kita coba untuk melihat, berhasil atau tidak?”
Eun Gi dan sekretaris Hyun sampai rumah sekretaris Hyun. Eun Gi ingin masuk belakangan namun sekretaris Hyun nampak enggan membiarkan Eun Gi sendirian. Eun Gi mengungkapkan kalau ia tak akan melarikan diri, ia hanya ingin berpikir sejenak di luar. Sekretaris Hyun memberinya waktu satu menit. Eun Gi berdiam diri di luar mengingat kata2 Ma Roo tadi, kalau mereka tak pernah pacaran. “Saling mencintai? Siapa? Kita? Kau tidak bisa menganggap kita pacaran hanya karena kita pernah foto berdua.” Eun Gi juga mengingat kata2 Ma Roo kalau mereka hanya berfoto bersama bukan karena cinta dan dulu mereka hanya sekedar saling kenal. “Itu bohong.”ucap Eun Gi mengingat itu semua lalu memegangi dadanya. Tanpa ia sadari dari jauh, Jae Shik yang membututinya memotretnya. Setelah menenangkan diri Eun Gi masuk ke dalam rumah, sementara itu Jae Shik sepertinya mencoba menghubungi pengacara Ahn namun tak diangkat.
Tak selang beberapa detik Jae Shik pergi, datang pengacara Park membawa sebuket bunga mawar merah. Ia segera menemui Eun Gi yang sibuk belajar hangul di ruang belajarnya.
“Sebelum aku kecelakaan dan hilang ingatan. Kau bilang aku sangat pintar kan?”tanya Eun Gi tanpa melihat siapa yang datang. Pengacara Park membenarkan, Eun Gi pun tersenyum bahagia melihat pengacara Park membawa bunga. “Saat kau kecil, kau tidak hanya disebut anak pintar…tapi juga jenius.”puji pengacara Park, lalu memberikan bunga yang dibawanya. Eun Gi sangat menyukainya dan mengucapkan terima kasih.
“Bagaimana belajarmu?”tanya pengacara Park sembari memperhatikan Eun Gi yang kembali belajar. “Ya begitulah.”jawab Eun Gi. Pengacara Park mengatakan meskipun berat Eun Gi harus meneruskan kerja kerasnya dan jika Eun Gi kembali seperti dulu ia akan menyampaikan banyak hal.
“Apa itu? Bisakah kau memberitahuku sekarang?”tanya Eun Gi. Pengacara Park mengatakan kalau saat ini bukan waktu yang tepat, tapi kalau Eun Gi sudah sembuh dan cukup kuat untuk mendengar apa yang ingin ia katakan,ia akan mengatakan semuanya saat itu tanpa ada yang disembunyikan lagi. Sembari melihat hangul yang tertempel di dingin Eun Gi menerawang. “Apa kau pikir aku dapat sembuh total? Bisakah aku kembali seperti dulu?”tanya Eun Gi.
“Pasti. Aku akan memastikan kau bisa sembuh.” Eun Gi mengangguk dan kembali belajar menulis hangul.
Di sebuah bar Eun Gi menemui tuan Chung yang ditolongnya dari penipuan perjudian kemarin. Tuan Chung menangis tersedu-sedu, Ma Roo pun menyuruh dua gadis yang menemani mereka padahal gadis yang bersama Ma Roo ingin terus bermesraan dengan Ma Roo kwkwkwkwkw. Tuan Chung mengeluarkan flashdisk ‘titipan’ Ma Roo, ia sempat ragu namun Ma Roo tersenyum meyakinkannya lalu mengambil flashdisk dari tangan tuan Chung. Melihat tuan Chung terus menangis, Ma Roo menawarkan apa mereka ingin menyanyi atau memanggil para gadis untuk menari.
“Aku bukan manusia. Keluargaku sejahtera, berkat perusahaanku. Aku tidak percaya aku mengkhianati perusahaan demi kepentinganku.”curhat tuan Chung mengeluarkan keluh kesahnya. Namun Ma Roo menyarankan agar tuan Chung tak perlu merasa bersalah.
“Untuk istrimu dan anakmu yang sedang sekarat…kau bisa mengabaikan nurani dan prinsipmu sekali ini.” Tuan Chun menimpali dengan mengatakan kalau ia akan dihukum oleh surga.
“Apa kau percaya surga itu ada untuk memberi hukuman? Apa kau percaya Tuhan itu ada?”tanya Ma Roo pesimis. Menurutnya, Tuhan dan surga itu tak ada jika Tuhan benar ada, Dia tidak akan membiarkan dunia berjalan seperti itu. Ma Roo pamit beranjak pergi, namun sebelumnya memberikan pesan.
“Suatu hari…jika kau mendengar seorang pria bernama Kang Ma Roo disambar petir baru kau boleh percaya bahwa Tuhan itu ada.”
Dalam perjalanan seseorang menelepon Ma Roo, yang menelepon kakak kelas Ma Roo di kedokteran dulu. Orang itu mengingatkan Ma Roo harus segera ke rumah sakit kalau tidak ia membawa foto CT scan pada adiknya. Mau tak mau Ma Roo menemuinya, Ma Roo diperlihatkan hasil CT scan kepalanya.
“Kau lihat gumpalan darah yang berbentuk lensa cembung di sini? Ada pembuluh darah otak yang telah koyak. Ada genangan darah antara tulang tengkorak dan epidural (rongga antara tulang tengkorak dengan membran terluar yang melapisi otak)” Ma Roo hanya melihatnya dengan santai dan tenang. “Apa kita sedang membicarakan orang lain? Sepertinya ada pendarahan kecil yang terus menerus terjadi setelah kecelakaan mobil itu.”jelas senior Ma Roo. Senior Ma Roo agak marah, karena Ma Roo tak mendengarkan dan susah dinasihati.
“Pasti kau sudah merasakan gejalanya. Saat kau merasa mual dan sakit kepala, kau harusnya langsung ke sini. Kau menunggu terlalu lama. Kau harusnya lebih tahu. Kau kan sekolah kedokteran sampai tahun ketiga.” Tapi Ma Roo malah menjawab santai dan balik mengancam seniornya apa ia perlu komplain kalau dokter yang menanganinya marah dan berteriak pada pasien. Senior Ma Roo menyarankan agar Ma Roo dirawat di RS dulu untuk penghentian pendarahannya. Lalu mereka akan membuat jadwal operasinya secepat mungkin. “Ada efek samping setelah operasi. Misalnya pembengkakan otak, kejang, kelumpuhan, infeksi. Mungkin aku tidak bisa sadar setelah dibius.”pikir Ma Roo, jadi ia akan memikirkannya kembali apakah ia harus menjalani operasi yang beresiko tinggi.
Ma Roo hendak beranjak pergi namun ditahan seniornya. “Lalu… kau mau mati saat kau sedang mempertimbangkannya?”tanyanya.
“Aku akan benar-benar melaporkanmu karena menakuti dan mengancam pasien.”elak Ma Roo.
Senior Ma Roo menahan kesal, dengan kebebebalan Ma Roo ini.
“Bukankah tingkat kematiannya 20%?”tanya Ma Roo. “Nasibku biasanya sangat sial. Tapi itu tidak akan terjadi kan? Aku tidak akan termasuk dalam 20% itu kan?”
“Ma Roo!”
“Aku hanya bercanda. Aku mau dioperasi. Aku mau. Sebelum itu, aku harus menyelesaikan beberapa hal. Aku akan datang segera setelah urusanku selesai, Hyung.”tegas Ma Roo dan meminta seniornya tak mengkhawatirkannya lalu minta diberikan obat penghilang rasa sakit dosis tinggi.
Malam hari, Eun Gi menulis kejadian hari ini di buku diarynya.
“Hari ini aku bertemu Kang Ma Roo. Aku mengenalinya segera saat aku melihatnya. Tapi dia terus berbohong padaku.” Namun setelah itu, Eun Gi malah merobeknya.
Di lain tempat, Jae Hee membaca buku harian Eun Suk. Eun Suk menulis kalau mamanya sibuk jadi tak mengajaknya bermain dan membacakan dongeng untuknya. Eun Suk juga menulis kalau ia merindukan kakaknya, Eun Gi dan ingin bermain monster-monsteran dengan Eun Gi saat kakaknya kembali. Jae Hee hanya bisa menghela nafas membaca buku catatan anaknya.
Tetiba Eun Suk masuk setelah selesai mandi, Jae Hee menyuruh ahjuma pergi karena ia yang akan mengurus Eun Suk. “Apa kau rindu pada Eun Gi noona?”tanya Jae Hee sembari mendadani anaknya. Eun Suk mengiyakan.
“Kenapa? Eun Gi noona sepertinya tidak menyukaimu. Dia selalu membentakmu dan menyuruhmu menjauh.”
“Tapi dia adalah kakakku. Apa mama tidak kangen Eun Gi Noona?”
“Mama rindu, tapi jika dia kembali Eun Suk dan mama berada dalam bahaya.”elak Jae Hee.
Eun Suk yang masih kecil pasti tak mengerti maksud ‘bahaya’ yang dimaksud mamanya, dan bertanya maksud dari bahaya. Tentu saja Jae Hee tak bisa menjelaskan ke Eun Suk yang masih polos dan anak2. “Tidak, tidak apa-apa.”jawab Jae Hee. “Jangan tunggu Eun Gi noona. Dia tidak akan datang dan tidak akan menemuimu.”jelas Jae Hee sembari memeluk Eun Suk. Dalam hati Jae Hee mengatakan kalau ia akan memastikan Eun Gi tak kembali.
Ma Roo menapaki jalan menuju rumahnya dengan lesu, saat hendak masuk ke dalam rumah ia melihat note yang ditinggalkan Eun Gi yang menempel di pintu gerbang. Eun Gi meminta Ma Roo meneleponnya jika nanti Ma Roo mengingatnya. Ia akan menunggu. Ma Roo menatap note itu, yang juga bertuliskan no. ponsel Eun Gi.
Di dalam, di atas dipan Jae Gil sudah menunggunya sembari minum2. Jae Gil melemparkan sekaleng bir pada Ma Roo, Ma Roo menerimanya dan duduk di samping Jae Gil.
“Dari mana saja kau? Apa hari ini kau menjebak orang tak berdaya lagi?”tanya Jae Gil, bukannya menjawab Ma Roo malah bertanya apa Cho Ko tidur. Jae Gil memberitahu kalau Cho Ko kabur dari rumah, Ma Roo kaget mendengarnya. Jae Gil menjelaskan kalau Cho Ko membawa barang2nya lalu pergi dan bilang kalau dirinya tak akan mengambil apapun yang Ma Roo berikan padanya.
“Tadi, dia mengambil semua uang dari tabungan, asuransi, dan dana yang kau simpan untuknya. Dia memberikan semuanya pada anak laki-laki yang kemari waktu itu.”ungkap Jae Gil yang makin membuat Ma Roo terperangah. “Untungnya, ayahnya yang kau tipu tidak meninggal. Cho Ko bilang pada mereka untuk menggunakan uang itu untuk membayar tagihan rumah sakit dan memulai hidup baru.”tambah Jae Gil. Ma Roo bertanya kenapa Jae Gil tak menghentikannya.
“Kenapa aku harus menghentikannya? Harusnya malah aku lebih mendukungnya.”
Ma Roo marah mendengarnya, ia pun mencengkram kerah baju Jae Gil.
“Dari mana seorang gadis muda belajar berpikir seperti itu? Aku tidak mengerti kenapa dia bersaudara dengan seseorang sepertimu.”
“Apa kau tahu uang seperti apa itu? Kau tahu apa yang terjadi padaku untuk mendapatkan uang itu untuknya?”tanya Ma Roo menahan marah. Jae Gil menjawab ia tahu apa saja yang Ma Roo alami untuk mendapatkan semua uang itu, menjual tubuh Ma Roo saja tidak cukup sehingga Ma Roo harus menjual jiwanya. “Kau pikir bagaimana Cho Ko bisa menggunakan uang itu? Jika kau jadi dia, apa kau akan menggunakan uang itu? Akan lebih baik jika mati saja.”cerocos Jae Gil. Tak kuasa menahan amarah lagi, Ma Roo menampar Jae Gil. Menyadari itu Ma Roo nampak menyesalinya. Jae Gil tak marah, ia malah mengatakan kalau ia juga akan pergi setelah pergi ke rumah anak yang ditipu Ma Roo tiba2 ia merasa sulit untuk hidup serumah dengan Ma Roo. Ma Roo hanya bisa terduduk lemah di depan ditinggal orang2 yang di sekitarnya.
Jae Gil menemui Cho Ko yang tinggal di sauna. Ternyata Cho Ko sedang memijit seorang nenek2 hingga tertidur. Jae Gil bertanya siapa nenek itu, namun Cho Ko mengisyaratkan agar Jae Gil diam agar tak membangunkan nenek itu. Setelah memastikan nenek itu tertidur pulas, Cho Ko mengajak Jae Gil menjauh mencari tempat yang nyaman untuk mengobrol. Cho Ko mengatakan kalau tangannya sakit, Jae Gil kembali bertanya siapa nenek tadi. Cho Ko menjawab kalau ia bertemu dengan nenek itu di sana, nenek itu bilang tidak bisa tidur karena kakinya sakit jadi Cho Ko memijitnya.
“Kau kelihatan pucat. Apa kau sakit lagi?”tanya Jae Gil nampak khawatir lalu hendak memeriksa kening Cho Ko namun ditahan Cho Ko.
“Tidak, hatiku yang sakit. Jika hatiku sakit, badanku juga sakit karena aku sekarang sudah tua.”jawab Cho Ko. Jae Gil membenarkan, menjadi semakin tua itu tidak enak. Cho Ko yang mengkhawatirkan kakaknya, menanyakan keadaan kakaknya. “Jika kau khawatir, kenapa kau lari dari rumah?”tanya Jae Gil seraya hendak mentoyor Cho Ko namun diurungkannya.
“Kapan aku khawatir?”elak Cho Ko. Lalu Cho Ko mengatakan Ma Roo akan sadar jika dirinya pergi, Jae Gil tak mengerti maksud Cho Ko. “Dia akan sadar dan hidup lebih baik, jika tidak ada aku.”jelas Cho Ko.
Jae Gil menjelaskan kalau Ma Roo bertahan hidup karena Cho Ko, jika bukan karenanya Ma Roo sudah bunuh diri sejak dulu. “Kau tidak boleh seperti ini pada kakakmu. Bahkan jika semua orang menyakitinya, mengkritiknya, dan menyalahkannya…kau tidak boleh ikut-ikutan.”saran Jae Gil.
“Jika kau ingin membelanya,diam saja.”balas Cho Ko lalu menutup telinga, tak ingin mendengar omelan Jae Gil namun ditahan Jae Gil.
“Hei, coba kalau kau jadi dia. Apa kau pikir dia melakukannya karena dia suka?”tanya Jae Gil. Cho Ko minta Jae Gil berhenti. “Baiklah. Kau adalah malaikat dan dia setan. Apa kau tahu bagaimana mendapatkan uang itu? Kenapa kau bisa memberikannya begitu saja?” cerocos Jae Gil, lalu mempersilahkan Cho Ko terus memberontak. Jae Gil menjitak kening Cho Ko lalu beranjak pergi. Lha ini Jae Gil membela Ma Roo, tadi ngebela Cho Ko sekarang Ma Roo, aneh ni Jae Gil wkwkkw.
Seseorang menelepon Ma Roo yang masih terduduk di dipan depan rumahnya. Namun ia mematikannya dan memandangi note yang ditinggalkan Eun Gi. Di kamarnya Eun Gi memandangi halaman buku diary yang dirobeknya. Eun Gi pun merekatkannya kembali dengan selotip. Di rumahnya, Jae Hee tertidur di samping ranjang Eun Suk. Lalu scene kembali ke Ma Roo yang tidur2an di dipan dengan pikiran melayang entah kemana. Semua itu diringi dengan backsound OST yang dinyanyikan oppa Xiah Junsu yang menyayat hati \~_~/.
Jae Shik ke kantor Taesan menemui pengacara Ahn Min Young. Setelah berbasa-basi sedikit pengacara Ahn mengeluarkan beberapa lembar cek, tahu yang diinginkan Jae Shik hanya uang. “Apa aku pengemis?”ujar Jae Shik tak terima. Mendengar itu pengacara Ahn bilang kalau ia akan meminta sekretarisnya menarik uang. Jae Shik bertanya berapa banyak yang akan ia berikan, pengacara Ahn balik bertanya berapa banyak yang Jae Shik perlukan. Jae Shik pun meminta satu apartemen yang difungsikan sebagai kantor, namun pengacara Ahn hanya menatapnya tajam. “Tatapan itu… Lagi-lagi kau menatapku seperti itu! Apa aku bilang aku menginginkannya secara gratis?”, lalu Jae Shik mengeluarkan ponselnya yang berisi foto Eun Gi penerus Taesan yang hilang dan memperlihatkannya. “Jika dia kembali…tidak akan bagus untuk Jae Hee dan kau, benar kan? Kalian akan dilempar keluar.”tebak Jae Shik. Pengacara Ahn mencoba menetralisirkan keterkejutannya dan bertanya di mana Jae Shik melihat tempat itu.
“Apa aku akan memberitahumu tanpa imbalan? Kau mau memberikan gedung itu atau tidak?”
Supir Jo yang kini telah menjadi sekretaris kepercayaan Jae Hee dan pengacara Ahn menemui Jae Hee. Sekretaris Jo melaporkan kondisi para pemegang saham yang terkejut atas laporan Eun Gi mengenai mereka. Tentu saja ini akal-akalan Jae Hee semata atas nama Eun Gi untuk mendepak Eun Gi dari Taesan.
Walaupun dari beberapa yang menunggu Eun Gi kembali terkejut namun di antara mereka ada yang mencurigai informasi tersebut. Mendengar itu Jae Hee sakit kepala. Tetiba ponsel sekretaris Jo berbunyi, Jae Hee mempersilahkan mengangkatnya. Ternyata yang menelepon pengacara Park, ia meminta sekretaris Jo menemuinya.
Yang datang menemui pengacara Park bukan sekretaris Jo melainkan Jae Hee. Pengacara Park bertanya untuk apa Jae Hee datang. Jae Hee beralasan kalau ia baru menyuruh sekretaris Jo melakukan sesuatu, jadi jika ada yang ingin pengacara Park katakan, bisa disampaikan padanya. “Bukankah kau yang mengambil hardisk dari komputer Direktur Seo? Laporan tentang pemegang saham dalam perangkat itu…kau yang memberikannya pada mereka kan?”selidik pengacara Park to the point. Oleh sebab itu pemegang saham akan meninggalkan Eun Gi, lalu selanjutnya langkah apa yang akan Jae Hee ambil.
“Sebagai perwakilan perusahaan, dia bahkan tidak mempercayai orang-orang di dalamnya. Dia harus melakukan pemeriksaan dan penyelidikan rahasia. Apa itu masuk akal bagimu?”elak Jae Hee, dan mengancam bisa saja informasi itu jatuh ke media. Pengacara Park segera memotong kalau bukan Eun Gi yang melakukannya tapi Presdir Seo saat masih hidup menugaskan Eun Gi untuk itu. “Direktur marah akan hal itu dan segera menghancurkannya. Aku heran bagaimana berkas yang sudah dihancurkan bisa kembali.”selidik pengacara Park.
“Pengacara Park!”panggil Jae Hee seraya bangkit dari duduknya, kini keduanya berhadapan.
“Kenapa kau pikir aku mempertahankanmu di perusahaan ini? Aku tahu bahwa sewaktu-waktu kau bisa menusukku dari belakang…Kenapa kau pikir aku mempertahankanmu di sini? Meskipun kau berbahaya untukku…kau cukup pintar dan menarik bagiku sehingga aku mau mengambil resiko. Kau juga cukup pintar untuk mengetahui apa yang harus kau lakukan untuk menjamin masa depanmu seperti yang ayahmu lakukan dulu.”ancam Jae Hee. Lalu kembali mengingatkan kalau ia adalah atasan dan pemilik Taesan jadi pengacara Park harus tunduk dan bersikap sopan padanya. Pengacara Park hanya bisa menahan kesal dan marah.
Ternyata semalaman Ma Roo tertidur di dipan depan rumahnya. Ia terbangun karena bermimpi teringat kata2 Eun Gi di pantai. “Apa itu masuk akal, Kang Ma Roo? Kenapa kau berbohong?” Dan kata2nya yang menyakiti Eun Gi kalau ia akan melakukan apa saja untuk mendapatkan Jae Hee kembali. Ma Roo juga teringat saat Eun Gi menabrakkan mobil yang dikendarainya ke arahnya. Untuk menenangkan dirinya, Ma Roo mencuci muka.
Jae Shik terus mengawasi rumah sekretaris Hyun, ditinggal di rumah sendirian oleh sekretaris Hyun Eun Gi menghilangkan kebosannya dengan memotret awan, dedaunan dan dirinya sendiri. Sembari melihat hasil jepretannya Eun Gi mencoba mengingat-ngingat nama benda2 tersebut dalam bahasa Inggris. Setelah bersusah payah mengingatnya, Eun Gi melihat foto dirinya dan Ma Roo yang masih tersimpan dalam kameranya. Eun Gi mengingat-ngingat orang yang dalam foto itu bernama Kang Ma Roo.
Tetiba terdengar bunyi bel, Jae Shik yang memencetnya. Eun Gi yang diam saja, bereaksi saat mendengar Jae Shik menyebut nama Kang Ma Roo. Jae Shik bilang kalau Ma Roo menyuruhnya ke sana. Karena pintunya tak dibuka-buka, Jae Shik beranjak pergi namun terhenti saat Eun Gi keluar membuka pintu. Eun Gi bertanya siapa Jae Shik. Jae Shik menyapa Eun Gi dan mengaku kalau ia kakak Ma Roo. Keduanya pernah bertemu sebentar di rumah Ma Roo. Mendengar itu, Eun Gi tak menaruh curiga pada Jae Shik. Jae Shik bilang kalau Ma Roo memintanya menjemput Eun Gi karena Ma Roo ingin berbicara padanya.
“Dia memintamu menjemputku?”tanya Eun Gi kaget, Jae Shik mengiyakan dan menyuruh mereka segera berangkat karena sudah terlambat. Eun Gi segera memperhatikan dirinya dan meminta waktu, Jae Shik mengatakan kalau itu tak masalah. Namun Eun Gi ingin berganti pakaian, ia pun berlari kecil masuk rumah. Eun Gi segera memilih baju dan aksesoris yang akan ia kenakan.
Di kantornya, Jae Hee nampak tak tenang. Pengacara Ahn hendak menghampirinya, namun terhenti. Ia teringat saat Jae Shik memperlihatkan bukti foto menemukan Eun Gi. Jae Shik yang tahu Eun Gi bisa mengancam posisi Jae Hee menawarkan kesepakatan. Ia akan membuat Eun Gi tak bisa kembali ke Taesan dengan sebuah imbalan yang dimintanya.
“Presiden!”panggil pengacara Ahn. “Kau tampat kurang sehat. Apa semua baik-baik saja?”tanyanya. Jae Hee menjawab kalau selalu ada yang harus dikhawatirkannya.
Pengacara Ahn mengatakan kalau ia mendengar laporan Eun Gi membuat resah para pemegang saham. “Jika benar, permohonanmu untuk menurunkan Seo Eun Gi tidak mustahil lagi.” Jae Hee menimpali kalau itu baru langkah awalnya. Pengacara Ahn menambahkan kalau membujuk pemegang saham yang ingin terus setia pada almarhum Presdir Seo dengan mempertahankan keberadaan Eun Gi tak akan mudah karena mereka sudah memiliki mental seperti itu selama 30 tahun. Jae Hee mengungkapkan baginya memang tak pernah mudah bahkan jika hal itu sepele namun dirinya selalu berhasil seperti keajaiban.
“Menurutmu, berapa jauh aku bisa…bertahan di tempat sekarang ini? Menurutmu, apa lagi yang akan dilakukan Han Jae Hee?”
Kini Jae Shik benar2 menculik Eun Gi, melihat Eun Gi tersenyum-senyum sendiri Jae Shik bertanya apa begitu senangnya karena Eun Gi akan menemui Ma Roo dan bertanya apa hubungan keduanya. Eun Gi mengaku kalau dulu mereka salingg mencintai.
“Wah, dia pasti sangat beruntung. Dia bahkan tidak lebih tampan dariku.” Namun Eun Gi mengatakan kalau Ma Roo lebih tampan dari Jae Shik #setuju wkwkwk.
Jae Shik pun menawarkan minuman yang dibawanya, Eun Gi menerima dan meminumnya.
Sekretaris Hyun datang ke rumah Ma Roo, karena mengira Eun Gi datang ke sana. Ma Roo menjawab kalau Eun Gi tak di sana. “Aku datang untuk menjemputnya karena dia bilang dia ada di sini.” Ma Roo bertanya siapa yang bilang, Sekretaris Hyun memperlihatkan note yang dibuat Eun Gi. Eun Gi menulis kalau Ma Roo ingin bicara padanya dan menyuruh seseorang menjemputnya.
“Aku tidak menyuruh siapa-siapa untuk menjemputnya.”ungkap Ma Roo, sekretaris Hyun mulai panik, Ma Roo bertanya siapa yang menjemputnya. Sekretaris Hyun menjawab ia juga tak tahu, itu terjadi saat dirinya pergi ke pasar. “Karena orang ini menggunakan namaku, pasti seseorang yang kukenal.”ujar Ma Roo lalu mencoba mengingat-ingat. Ia pun teringat saat Jae Shik ke rumahnya dan di sana ada Eun Gi. Menyadari itu Ma Roo segera menelepon Jae Shik namun tak diangkat.
Eun Gi yang bersama Jae Shik, pulas tertidur nampaknya itu efek dari minuman yang diberikan Jae Shik. Jae Shik hendak menjual Eun Gi keluar kota. Tahu Ma Roo kesulitan menelepon penculiknya, sekretaris Hyun mengatakan kalau mereka bisa melacak ponsel Eun Gi. Karena setelah kecelakaan mereka mengaktifkan GPS ponsel Eun Gi. Ma Roo segera mengambil ponsel milik sekretaris Hyun yang terhubung dengan GPS ponsel milik Eun Gi. Mereka tak perlu lapor polisi, karena Ma Roo akan mencarinya dulu.
Ma Roo bergegas mengendarai mobilnya dan melacak jalan yang dilalui Jae Shik. Ma Roo kembali menghubungi ponsel Jae Shik namun tak aktif. Jae Shik berhenti diperistirahatan, namun Eun Gi masih pulas tertidur di dalam mobil.
Ma Roo berhasil menyusul Jae Shik di tempat peristirahatan, namun Ma Roo tak berhasil menemukannya karena ia harus memeriksa mobilnya satu2. Ma Roo segera menghubungi ponsel Eun Gi, namun dimatikan Jae Shik. Saat dirinya kembali mencoba menghubungi mobil Jae Shik lewat di belakangnya, Ma Roo pun melihat Eun Gi yang tertidur di samping kursi pengemudi. Ma Roo segera kembali mengejar mobil Jae Shik. Terjadilah kejar-kejaran, Ma Roo yang berhasil mengejarnya mengisyaratkan agar Jae Shik menghentikan mobilnya. Tentu saja Jae Shik menolak, tak ada jalan Ma Roo menghentikan mobilnya di depan mobil Jae Shik saat berada di pertigaan. Eun Gi terbangun karena rem mendadak. Ma Roo segera keluar dari mobilnya, Jae Shik hendak melarikan diri dan Eun Gi terlihat gembira Ma Roo ada dihadapannya.
Pelangi Drama 