[Sinopsis K-Drama] Time Slip Dr. Jin Episode 19

Sinopsis Time Slip Dr. Jin Episode 19
~ Sinopsis Time Slip Dr. Jin Episode 19 ~

Young Rae dan Pendeta Ridel akan meninggalkan ibukota. Namun saat berada di jalan, mereka berdua melihat patroli yang sangat ketat sedang memeriksa setiap orang yang lewat. Melihat keadaan yang sangat genting, keduanya segera berbalik.

 

Dari arah lainnya, Jin Hyuk berjalan terhuyung – huyung merasakan sakit kepala. Kilasan – kilasan peristiwa yang pernah dialaminya membuat kepalanya semakin sakit.

Young Rae dan Pendeta Ridel kepergok para petugas patroli. Petugas tersebut curiga melihat pendeta Ridel yang mengenakan satgat menutupi wajahnya. Petugas tersebut mengangkat sedikit satgat untuk melihat siapa yang mengenakannya. Melihat pemakai satgat tersebut merupakan salah satu orang barat yang juga penganut kepercayaan yang sedang dicari pemerintah, petugas tersebut segera berteriak memanggil rekannya. Namun tiba – tiba, ia dan temannya dipukul dari belakang. Young Rae kaget karena yang menolong dirinya adalah Jin Hyuk, whoa…

P. Heung Seon sedang berjalan sambil mengingat perkataan Jin Hyuk kepadanya yang meminta agar dirinya berjanji tidak meninggalkan pemeluk Katolik dan pengemis. Mengingat janjinya pada Jin Hyuk membuat P. Heung Seon menghela nafas. Tiba – tiba ia dikejutkan dengan Menteri Kim yang berada di tempat yang sama. Menteri Kim menyindir P. Heung Seon yang bisa mengubah krisis yang terjadi di Joseon menjadi kesempatan emas untuk memimpin dan bisa memainkan politik dengan baik. Mendengar sindiran dari Menteri Kim, P. Heung Seon ganti menyindir Menteri Kim. Ia meminta agar menteri Kim belajar tentang politik. Menteri Kim mengingatkan P. Heung Seon bahwa kekuatan (kekuasaan) merupakan sesuatu yang menakutkan. Jika sudah memiliki, maka akan sulit untuk melepasnya. Jika sudah merasakan (kekuasaan), maka ingin menikmatinya terus. Ia meremehkan perubahan yang diinginkan oleh

P. Heung Seon. P. Heung Seon geram mendengar perkataan menteri Kim. Ia membalas pernyataan yang dilontarkan menteri Kim bahwa dirinya tahu yang terbaik untuk Joseon. Menteri Kim tetap tidak mau mendengar apa yang dikatakan P. Heung Seon. P. Heung Seon menahan amarahnya mendengar perkataan menteri Kim.

 

Kyung Tak berpatroli dengan anak buahnya. Petugas yang tadi menangkap basah Young Rae melaporkan bahwa mereka kehilangan seorang gadis dan orang Barat karena diserang oleh seorang penyerang tak dikenal. Kyung Tak heran mendengar laporan anak buahnya. Petugas tersebut kemudian menjelaskan bahwa ia menemukan orang Barat yang memimpin gereja Katolik di Joseon. Ia ditolong oleh seorang gadis bangsawan yang akan membantunya keluar kota. Mendengar laporan tersebut, Kyung Tak meminta agar gambar kedua orang tersebut segera dipasang di seluruh kota dan meningkatkan pemeriksaan di setiap gerbang kota. Perintah Kyung Tak segera dilaksanakan oleh anak buahnya. Di seluruh kota, gambar Young Rae dan pendeta Ridel dipasang.

Jin Hyuk memberitahu Young Rae bahwa polisi berada di mana-mana. Akan sulit bagi Young Rae dan Pendeta Ridel untuk keluar dengan aman, sebab gambar keduanya sudah disebar dan pintu gerbang ditutup. Young Rae bingung, bagaimana caranya agar bisa keluar kota sebab mereka harus bertemu dengan sesama misionaris yang ada di luar kota. Jin Hyuk marah mendengar kebingungan Young Rae. Ia sudah mengingatkan Young Rae agar tidak ke gereja ataupun bersama dengan orang Kristen lainnya. Saat ini hidup Young Rae dalam bahaya mengapa ia tidak berusaha menyelamatkan diri malah memikirkan tentang pertemuan dengan sesama misionaris di luar kota. Young Rae berkata ia mencemaskan keadaan pendeta Ridel. Ia tidak bisa tinggal diam melihat hal tersebut. Ia meminta Jin Hyuk tidak khawatir, sebab ia akan mencari cara agar pendeta tersebut tidak tertangkap. Jin Hyuk merasa jika Young Rae mengajak pendeta tersebut keluar kota seperti tadi, peluang mereka tertangkap sangat besar. Young Rae bersikeras mereka harus segera pergi keluar kota, sebab di dalam kota juga tidak aman. Melihat kekeraskepalaan Young Rae, akhirnya Jin Hyuk mengalah. Ia berjanji akan menemukan jalan keluar. Young Rae berusaha menghalangi Jin Hyuk, namun Jin Hyuk mengatakan bahwa keselamatan Young Rae lebih penting baginya. Ia segera keluar dan meminta agar Young Rae menunggunya dan berhati – hati.

Di luar, Jin Hyuk bertemu dengan para petugas yang menyeret orang – orang yang mereka cari. Jin Hyuk berjalan sambil mengamati mereka. Tetiba, ia teringat dengan Mi Na. Ia menduga terjadi sesuatu pada Mi Na.

 

Di kediaman Menteri Kim, semua sekutunya telah berkumpul. Mereka membahas P. Heung Seon yang bertindak di luar pemikiran mereka. Dae Gun mengatakan bahwa P. Heung Seon membuat istrinya meninggalkan ajaran yang dianutnya demi menegakkan perintahnya. Menteri Kim menanggapi dingin pernyataan anaknya. Jika ia ingin menjaga posisinya, maka ia harus melakukan hal tersebut. Beok Yi mengatakan karena hal itu sentimen publik yang awalnya menolak dirinya menjadi berbalik mendukung.
“Sentimen publik adalah pikiran surga. Bukankah kau tahu bahwa surga (choen) dalam kalimat ini berarti juga 1.000 (choen) macam pikiran?” kata Menteri Kim dengan tenang.

 

Tabib Yoo menimpali bahwa Pangeran Heung Seon telah berhasil mengatasi satu hambatan besar dengan baik, maka sekarang ia akan mencoba menargetkan hal besar lainnya (menyingkirkan penasehat kerajaan). Menteri Kim setuju dengan asumsi Tabib Yoo. Dae Gun khawatir jika hal itu terjadi. Ia protes kenapa ayahnya santai saja menanggapi hal itu. Tiba – tiba dari luar, Kyung Tak datang dan akan menghadap menteri Kim. Menteri Kim menjawab protes Dae Gun dengan menyuruhnya keluar dari ruangan untuk mencari tahu bagaimana caranya agar ia dapat mempertahankan posisinya di pemerintahan. Tabib Yoo dan Beok Yi segera mengerti maksud ucapan Manteri Kim. Keduanya segera minta diri, namun Dae Gun masih berusaha membujuk ayahnya agar tidak lagi memberi tugas pada Kyung Tak. Ayahnya hanya berkata agar Dae Gun segera keluar dari ruangannya. Dae Gun akhirnya menuruti permintaan Menteri Kim.

 

Jin Hyuk dibantu Tabib Heo mendorong gerobak. Di atasnya, ada Young Rae dan Pendeta Ridel yang ditutup seluruh tubuhnya, sama seperti mayat. Tabib Heo khawatir mereka akan ketahuan. Jin Hyuk membujuk Tabib Heo agar membantunya paling tidak hingga di luar pintu gerbang. Tabib Heo sebenarnya takut, namun ia tetap mau menolong Jin Hyuk dan Young Rae. Jin Hyuk kemudian meminta agar kedua orang yang berada di dalam gerobak bertahan sebab sebentar lagi mereka akan melewati pintu gerbang. Mereka terus berjalan. Orang yang berjalan di depan tabib Heo dihentikan membuat Tabib Heo kembali ciut nyalinya. Jin Hyuk berusaha menenangkan Tabib Heo. Ia meminta agar Tabib Heo bersikap biasa saja dan tetap tenang agar tidak dicurigai.

Kyung Tak menghadap ayahnya. Menteri Kim bertanya pada Kyung Tak apa berita yang didapatkannya dari pihak P. Heung Seon. Kyung Tak berkata belum ada berita apapun. Menteri Kim berkata ia mengandalkan Kyung Tak untuk mendapatkan informasi dari pihak lawan. Ia memastikan agar Kyung Tak benar – benar menjadi mata dan telinga klan Kim Ahn Dong. Kyung Tak mengiyakan permintaan ayahnya.

Tiba giliran Jin Hyuk yang diperiksa. Sebelum petugas membuka penutup gerobaknya, Jin Hyuk menjelaskan bahwa mereka sedang mengangkut mayat. Ia memperkenalkan diri berasal dari Rumah Sakit Kerajaan. Petugas tersebut masih ragu dengan penjelasan Jin Hyuk. Tabib Heo segera beraksi. Ia memarahi petugas yang berlaku tidak sopan pada dokter kerajaan. Mendengar orang yang ada di depannya adalah dokter kerajaan, petugas tersebut ketakutan dan meminta maaf. Ia menyuruh keduanya segera melanjutkan perjalanan. Saat hendak berjalan, tiba – tiba pemimpin petugas tersebut datang dan meminta agar penutup mayat tadi dibuka untuk memastikan apakah benar mereka mengangkut mayat. Tabib Heo menelan ludah. Ia takut ketahuan. Dengan sedikit gugup, ia kembali berakting dan memarahi komandan tersebut. Namun kali ini petugas tidak seperti petugas sebelumnya yang bisa langsung digertak tabib Heo. Ia tetap meminta agar penutupnya dibuka. Young Rae dan pendeta Ridel juga sama ketakutannya seperti tabib Heo.

 Kyung Tak menemui P. Heung Seon dan Young Hwi. Young Hwi menanyakan bagaimana situasi musuh (menteri Kim dan antek-anteknya). Kyung Tak mengatakan mereka bingung karena kehilangan kesempatan menyerang. Mendengar hal itu, Young Hwi memuji taktik yang dilakukan P. Heung Seon. P. Heung Seon ragu dengan pujian dari Young Hwi, apakah ia akan berkata seperti itu lagi nanti. Young Hwi heran dengan reaksi P. Heung Seon, P. Heung Seon berusaha menutupi keraguannya dengan mengatakan bahwa politik benar – benar menyenangkan.
“Apakah politik benar – benar menyenangkan? Memberikan… Mengambil… “
“Kemudian bukan giliranmu untuk memberikan sejak dirimu mengambil?” timpal Kyung Tak.
“Tentu saja, aku harus melakukan itu. Aku harus mengakhirinya pada kesempatan ini,” jawab P. Heung Seon mantap. Kyung Tak bertanya apa P. Heung Seon memiliki ide untuk melakukannya?
“Masih ada pengkhianatan tingkat tinggi yang tersisa,” kata P. Heung Seon. Kyung Tak berfikir mendengar jawaban P. Heung Seon. Young Hwi bertanya apa maksud P. Heung Seon.

Jin Hyuk masih berada di gerbang kota. Komandan patroli tersebut meminta Jin Hyuk untuk segera membuka penutup “mayat-nya”. Melihat Jin Hyuk tidak bergerak, komandan tersebut berinisiatif membuka sendiri. Tiba – tiba Jin Hyuk berkata bahwa mayat yang diangkutnya merupakan pasien penyakit menular. Komandan tersebut kaget. Melihat lawannya ketakutan, Jin Hyuk justru dengan berani menantang petugas tersebut untuk membuka penutupnya. Ia berkata ada dua mayat, pria dan wanita yang meninggal karena penyakit menular. Melihat Jin Hyuk yang bersiap membuka penutup, petugas tersebut bergidik ketakutan. Ia buru – buru meminta Jin Hyuk segera pergi dari situ (takut ketularan nih, hehe). Diam – diam tabib Heo bernafas lega.
 
P. Heung Seon akan menggunakan perjanjian antara Ibu Suri dan Menteri Kim yang bersekongkol membagi “jatah” pejabat di belakang Raja. Ia memastikan pada Kyung Tak bahwa perjanjian tersebut didokumentasikan.

=Flashback=
Saat pemilihan ahli waris, Menteri Kim bersekongkol dengan Ibu Suri untuk mengatur posisi penting. Ia akan menentukan ahli waris, sedang Ibu suri akan menentukan ratu. Untuk pengadilan dibagi rata antara klan Poong Yang Jo dan Klan Kim Ahn Dong. Menteri Kim berjanji akan membuat dokumen tertulis tentang pembagian tersebut.
=Flashback End=

Kyung Tak berusaha melindungi ayahnya. Ia berkata saat Ibu Suri pensiun beberapa waktu yang lalu, menteri Kim segera menghilangkan barang bukti tersebut. P. Heung Seon tidak berharap pada salinan surat yang dimiliki oleh Menteri Kim, namun salinan surat yang dimiliki oleh Ibu Suri, yang mungkin disimpan oleh pejabat Lee. Yong Hwi sependapat dengan pemikiran Kyung Tak, bisa saja setelah kejadian-kejadian yang terjadi pejabat Lee juga menghilangkan dokumen tersebut. P. Heung Seon tidak sependapat. Ia mengenal Pejabat Lee yang telah berkecimpung dalam politik selama 10 dan tidak akan bertindak gegabah.

 

“Untuk melindungi hidupnya, kau tidak berfikir dia akan siap? Jika kebetulan Menteri Negara Kiri menang diatasku dan mendominasi Mahkamah lagi, Surat perjanjian akan melindungi Pejabat Lee yang telah disisiku,” jelas P. Heung Seon mantap.

Kyung Tak mendengarkan semua strategi P. Heung Seon dengan seksama. Ia kemudian meragukan apakan Pejabat Lee akan dengan mudah menyerahkan salinan dokumen tersebut kepadanya. P. Heung Seon dengan yakin akan membuat Pejabat Lee menyerahkan salinan dokumen tersebut kepadanya.

Jin Hyuk dan Young Rae berhasil mengantar Pendeta Ridel ke tempat pertemuannya dengan misionaris lain di luar kota. Pemilik rumah yang dipakai cemas menunggu kedatangan mereka. Sesampainya di sana, Young Rae segera menanyakan misionaris lain yang akan bergabung dengan mereka. Pemilik rumah berkata yang lainnya belum datang. Sebelum masuk, Young Rae menatap Jin Hyuk. Mengetahui maksud Young Rae yang hendak mengajak dirinya masuk, Jin Hyuk berkata akan menunggu di luar. Setelah Young Rae masuk, Jin Hyuk teringat sejarah pada awal masa pemerintahan Raja Gojong yang dibacanya dahulu.

 

Pada akhirnya, semuanya seperti dalam sejarah. Pangeran Heung Seon menyatakan penganiayaan skala besar terhadap Gereja Katolik dan Pendeta Ridel akan kembali ke China segera. Tidak terlalu jauh di masa depan, akan ada perang di Joseon.

Mengingat kenyataan sejarah seperti itu membuat Jin Hyuk cemas. Ia mengkhawatirkan Young Rae.
Dan nasib agassi.. Tidak. Aku harus menghentikan penganiayaan entah bagaimana.

 

Jin Hyuk menunggu di depan seperti janjinya pada Young Rae. Tiba – tiba ia memandang seorang anak kecil yang duduk sambil menangis. Jin Hyuk mendekati anak tersebut dan bertanya apa yang terjadi. Jin Hyuk bertanya di mana orangtuanya. Anak tersebut menjawab sambil menangis orangtuanya dibawa polisi. Mendengar penjelasan anak tersebut, Jin Hyuk segera menghiburnya dan meyakinkan orangtuanya akan segera kembali. Melihat anak tersebut masih menangis, Jin Hyuk membuat origami pesawat dan menunjukkannya pada anak tersebut. Melihat “benda” baru, anak itu antusias melihatnya. Setelah melihat anak tersebut antusias dan melupakan kesedihannya, Jin Hyuk menanyakan nama anak itu. Ternyata dia bernama Jin Soon Young. Jin Hyuk berseloroh, namanya juga Jin. Jin Hyuk lalu memberikan origami pesawat tersebut pada Soon Young, namun saat tangan mereka bersentuhan, seperti ada sengatan listrik. Jin Hyuk heran dengan hal tersebut. Soon Young menerima pesawat tersebut dan segera memainkannya dengan gembira, namun Jin Hyuk heran mengapa terjadi seperti sengatan listrik saat ia bersentuhan dengan Soon Young.

Kroni Menteri Kim berkumpul di kediaman menteri Kim, termasuk Kyung Tak. Mereka membahas tentang surat perjanjian antara Menteri Kim dan Ibu Suri beberapa waktu lalu. Pasti Kyung Tak sudah melaporkan rencana P. Heung Seon pada ayahnya. Dae Gun dan Beok Yi kaget mendengar pejabat Lee masih menyimpan surat perjanjian tersebut. Mereka khawatir hal tersebut menjadi masalah besar bagi mereka. Tabib Yoo berkata ia sudah curiga dengan hal ini, sebab P. Heung Seon tidak memproses masalah tersebut sebelumnya. Dae Gun menegur tabib Yoo, sebab ia pasti juga akan tersangkut masalah ini. Tabib Yoo mengelak hal tersebut. Ia berdalih dirinya hanya seorang dokter kerajaan dan juga bukan termasuk klan Kim. Menteri Kim kesal mendengar pembicaraan para kroninya. Ia menggebrak meja dan meminta agar mereka berhenti bicara. Giliran Kyung Tak yang angkat bicara. Ia merasa pejabat Lee tidak akan semudah itu menyerahkan dokumen yang bisa menghancurkan dirinya sendiri. Menteri Kim lalu meminta pada Kyung Tak agar P. Heung Seon tidak bisa mendapatkan dokumen dari pejabat Lee.

P. Heung Seon sudah bergerak cepat. Ia mengunjungi kediaman pejabat Lee yang saat itu sedang menimang putranya. Pejabat Lee sudah menduga maksud kedatangan P. Heung Seon, namun P. Heung Seon justru berbasa-basi menanyakan putra pejabat Lee. Pejabat Lee tidak sabar dengan basa-basi yang dilakukan P. Heung Seon padanya. Ia segera menanyakan tujuan sebenarnya P. Heung Seon. Melihat kecurigaan pejabat Lee terhadap dirinya, akhirnya P. Heung Seon berterus terang akan maksud kedatangannya. Ia meminta agar pejabat Lee memberikan dokumen perjanjian antara Ibu Suri dan Penasehat Kerajaan. Pejabat Lee tidak mengakui bahwa ia memiliki dokumen yang dimaksud P. Heung Seon. Mendengar jawaban pejabat Lee, P. Heung Seon mulai menekan pejabat Lee dengan memberikan kemungkinan apa yang akan dilakukan menteri Kim kepada pejabat Lee. Pejabat Lee mulai melunak, ia beralasan tidak akan memberikan dokumen tersebut karena hal itu pasti akan menyeretnya ke pengadilan sebab hal tersebut merupakan pengkhianatan tingkat tinggi terhadap Raja. P. Heung Seon tertawa mendengar ketakutan pejabat Lee. Ia membujuk agar pejabat Lee menyerahkan dokumen tersebut dan sebagai balasannya, ia akan melindungi pejabat Lee dari ancaman menteri Kim, tidak menyeretnya dalam tuduhan penghianatan terhadap Raja serta menaikkan jabatannya. Pejabat Lee tetap bersikeras tidak lagi memiliki dokumen tersebut. P. Heung Seon kembali menekan pejabat Lee dengan menggunakan putranya, meskipun ia tahu usahanya gagal kali ini.

Di luar kediaman pejabat Lee, P. Heung Seon sudah ditunggu Young Hwi dan Pal Yi. Young Hwi segera bertanya bagaimana hasilnya. P. Heung Seon berkata pejabat Lee pasti sedang memikirkan tawarannya tadi. Pal Yi berkomentar pejabat Lee akan dengan mudah menyerahkan surat tersebut bila disiksa. P. Heung Seon mengkritik kebiasaan Pal Yi yang tidak berubah meski ia sudah memiliki jabatan di kemiliteran, haha. Young Hwi menginginkan agar pejabat Lee menyerahkan dokumen tersebut dengan sukarela, tanpa dipaksa. P. Heung Seon setuju dengan pendapat Young Hwi. Pal Yi masih khawatir, bagaimana caranya agar pejabat Lee mau menyerahkannya secara sukarela.

 

“Kita harus membuat dia menyadari bahwa Anda yang paling dibutuhkan baginya, Tuanku,” saran Young Hwi. Pal Yi tidak mengerti maksud perkataan Young Hwi. P. Heung Seon menjelaskan maksud Young Hwi secara sederhana pada Pal Yi, “Kau perlu memobilisasi kelompokmu,” ucap P. Heung Seon mantap. (jadi rencananya melakukan tekanan pada pejabat Lee menggunakan kelompok Pal Yi agar ia ketakutan dan dengan sukarela mau bekerjasama dengan P. Heung Seon).

Jin Hyuk memeriksa luka pada kaki pendeta Ridel. Ia mengatakan lukanya telah sembuh dan bisa melanjukan perjalanan kembali. Pendeta Ridel berterimakasih pada Jin Hyuk dan Young Rae. Young Rae mencemaskan keadaan pendeta Ridel, sebab jarak Joseon ke Cina masih jauh. Pendeta Ridel bersikeras harus menuju Cina, sebab ia harus memberitahukan armadanya yang berada di Tianjin tentang keadaan di Joseon. Young Rae dan Jin Hyuk kaget mendengar pendeta Ridel membicarakan armadanya. Pendeta Ridel beralasan ingin melindungi umat yang tinggal di Joseon dan melawan pemerintah yang bertindak sewenang – wenang terhadap kepercayaan yang dipilih rakyatnya. Young Rae terperanjat mendengar maksud pendeta Ridel. Pasti akan pecah perang di Joseon. Young Rae berusaha membujuk pendeta Ridel untuk mengurungkan niatnya melawan pemerintah Joseon. Ia tidak ingin terjadi banyak kematian orang yang tidak berdosa karena perang. Ia meminta tolong Jin Hyuk untuk ikut membujuk pendeta Ridel, namun Jin Hyuk malah memilih meninggalkan keduanya tanpa berbicara sepatah katapun.

Young Rae menduga apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia mengejar Jin Hyuk yang berjalan keluar dan menanyakan apakah perang akan benar – benar terjadi sepengetahuan Jin Hyuk. Dengan berat, Jin Hyuk mengiyakan pertanyaan Young Rae. Mendengar hal itu, Young Rae berusaha membujuk Jin Hyuk untuk menggagalkan perang yang akan terjadi. Jin Hyuk memotong perkataan Young Rae. Ia berkata itulah alasannya mengapa Jin Hyuk meminta agar Young Rae berhati – hati, sebab perang tersebut dipicu oleh banyaknya umat Katolik yang dianiaya dan tewas di tangan pemerintah Joseon. Young Rae membujuk Jin Hyuk agar membantu dalam mengagalkan penganiayaan yang akan diterima umat serta membujuk pendeta Ridel agar tidak melaksanakan niatnya menghubungi armada di Cina. Young Rae meminta agar Jin Hyuk membujuk P. Heung Seon untuk tidak menganiaya pemeluk Katolik, namun Jin Hyuk hanya bisa menghela nafas. Ia sudah mencoba namun gagal. Young Rae bersikeras sebab istri P. Heung Seon juga pemeluk Katolik. Jin Hyuk berkata oleh sebab itu, maka P. Heung Seon menyetujui penganiayaan terjadi sebab pengadilan memaksa dirinya untuk memutuskan hal tersebut. Mendengar jawaban Jin Hyuk, Young Rae kembali bersemangat, jika seperti itu maka P. Heung Seon sebenarnya tidak menginginkan hal tersebut terjadi. Young Rae bertanya apakah ada cara lainnya untuk menyelamatkan Joseon dari perang. Young Rae terus membujuk Jin Hyuk agar membantu mencegah perang terjadi.

Ada sekelompok orang bertopeng yang berjalan mengendap – endap menuju rumah pejabat Lee. Setelah mengatur strategi, salah satu berusaha memanjat tembok pagar. Tiba – tiba dari dalam terdengar teriakan pencuri dan ada dua orang bertopeng lainnya yang meloncat keluar. Ternyata dua orang ini adalah orang yang diteriaki oleh penjaga rumah. Kelompok bertopeng kaget melihat orang lain tiba – tiba muncul, namun mereka segera berpencar sebab penjaga rumah keluar mengejar pencuri tadi.

Di dalam rumah, pejabat Lee ketakutan. Ia cemas surat perjanjian yang disimpannya diambil pencuri yang berusaha masuk ke kediamannya. Ia segera mengecek keberadaan surat tersebut dan mendapatinya aman. Ia lalu teringat dengan perkataan P. Heung Seon sebelumnya. Ia takut apabila hal ini merupakan perbuatan menteri Kim. Ia semakin cemas tatkala mendengar putranya menangis. (tekanan psikologis P. Heung Seon berhasil nih, hehe).

 

P. Heung Seon menunggu kedatangan Pal Yi dan Gye Bak. Ternyata dua orang yang keluar dari kediaman pejabat Lee tadi Pal Yi dan Gye Bak, hehe. Pal Yi ketakutan melaporkan mereka gagal mencuri dokumen tersebut, meskipun Gye Bak ahli dalam hal mencuri, namun ia tidak berhasil menemukannya. P. Agung Heung Seon sudah menduga bahwa hal ini akan terjadi.

Menteri Kim juga menerima laporan dari Kyung Tak. Ia kaget mendengar P. Heung Seon sudah terlebih dahulu bergerak mendekati pejabat Lee. Kyung Tak menduga kejadian tersebut dilakukan P. Heung Seon agar seolah – olah hal ini dilakukan oleh kubu menteri Kim. Mendengar asumsi Kyung Tak, menteri Kim naik pitam. Ia marah hingga hampir pingsan.

P. Heung Seon sudah menduga bahwa pejabat Lee pasti menyimpan dokumen tersebut di tempat yang sangat rahasia. Pal Yi salah paham dengan maksud P. Heung Seon. Ia pikir P. Heung Seon mengetahui tempat disembunyikannya dokumen tersebut. Ia lalu meminta P. Heung Seon menunjukkan tempatnya agar Gye Bak bisa mencurinya, haha. P. Heung Seon tertawa mendengar permintaan Pal Yi. Ia hanya ingin mereka pura-pura telah menemukannya untuk mengelabui kubu menteri Kim. Gye Bak lalu melapor bahwa mereka tadi bertemu dengan sekelompok pencuri yang berada di sekitar kediaman pejabat Lee. Pal Yi menduga mereka pasti orang – orang suruhan menteri Kim (tepat sekali Pal Yi, hehe). P. Heung Seon heran, bagaimana mereka mengetahui tentang dokumen tersebut. Darimana mereka mengetahuinya?

 

Kyung Tak berpendapat surat yang dimiliki pejabat Lee sudah dicuri. Kyung Tak meminta izin ayahnya untuk mencarinya lagi sebelum terlambat, namun menteri Kim berkata hal itu sudah terlambat. Mereka sudah kalah dan akan dituduh melakukan penghianatan tingkat tinggi kepada Raja. Mendengar ayahnya yang putus asa, Kyung Tak meminta ayahnya tetap optimis. Ia berjanji akan membawa surat milik pejabat Lee pada ayahnya apapun yang terjadi untuk melindungi ayahnya dari hukuman.

Jin Hyuk menemui P. Heung Seon. Melihat Jin Hyuk, P. Heung Seon sudah menduga tujuan kedatangan Jin Hyuk. Tanpa basa basi, ia mengatakan tidak akan mendengar permintaan Jin Hyuk dan segera meninggalkannya. Jin Hyuk berseru bukan karena Young Rae namun karena alasan lain. P. Heung Seon akhirnya mau mendengarkan Jin Hyuk. Jin Hyuk menjelaskan jika P. Heung Seon tetap menindas pemeluk Katolik, maka akan terjadi perang sebab para imam dari Barat akan memanggil bantuan untuk melawan Joseon yang telah melakukan penindasan terhadap umat. P. Heung Seon tidak bisa menghentikan penganiayaan saat ini meskipun akan ada peperangan karena tidak ada keputusan tentang penghentian penganiayaan. Jin Hyuk merasa hal semacam itu tidak perlu menunggu keputusan pejabat, sebab menurutnya P. Heung Seon sendiri bisa melakukannya.

“Politik bukan permainan anak – anak! Hanya dengan ketulusan, ada yang bisa dilakukan! Ketulusan tanpa alasan dan manfaat tidak berguna sama sekali!” ucap P. Heung Seon.
“Apa yang ingin Anda peroleh dengan justifikasi dan manfaat akhirnya kekuasaan!” kecam Jin Hyuk.
“Kau benar. Bagaimana aku memegang kekuasaan ini? Tidakkah kau tahu itu? Jadi yang disebut kekuasaan adalah hal yang sangat menakutkan. Namun, apakah kau tahu apa yang menakutkan dari kekuasaan itu? yang memegang kekuasaan itu! Memberikan kekuasaan negara Joseon pada klan Kim Ahn Dong kembali, apakah itu hal yang benar untuk dilakukan? Pada akhirnya, baik kau maupun aku tidak akan mendapatkan apa-apa. Kita akan kehilangan segalanya!” kata P. Heung Seon.

Jin Hyuk tidak menerima alasan P. Heung Seon kepadanya. “Itu semua hanya alasan. Untuk pekerjaan yang tidak Anda ingin lakukan, Anda hanya melihat alasan tidak melakukan, dan untuk pekerjaan yang ingin Anda lakukan, Anda dapat melihat cara untuk melakukannya!”

 

P. Heung Seon marah mendengar ucapan Jin Hyuk. Ia menantang, apakah Jin Hyuk bisa memberikan solusi untuk hal tersebut?
“Apakah akan cukup jika Anda menggunakan perang untuk pembenaran dan sentimen publik untuk manfaatnya? Undang-undang ‘Ho Po Je‘.” kata Jin Hyuk.
Ho Po Je?” tanya P. Heung Seon heran.

‘Hop Po Je’ adalah salah satu kebijakan revolusioner P. Heung Seon, yang mencoba untuk mengisi dana nasional yang kurang. Itu terobosan hukum pajak dikenakan pajak atas bangsawan juga, yang telah dibebaskan untuk pajak adalah kelas istimewa dan berkuasa. 

P. Heung Seon heran mendengar apa yang baru saja Jin Hyuk katakan, mengenakan pajak kepada kaum bangsawan. Jin Hyuk mengiyakan, bahkan keputusan P. Heung Seon tersebut menjadi dasar pengenaan pajak di masa depan. P. Heung Seon heran dengan apa yang dikatakan Jin Hyuk. Ia tidak percaya dirinya membuat keputusan seperti itu.
“Jika Anda menghentikan penganiayaan terhadap umat Katolik sekarang dan menerapkan hukum pajak baru, Anda akan dapat menenangkan kemarahan rakyat yang akan disebabkan oleh masalah Katolik. Satu hal yang aku yakin Anda tidak boleh membiarkan pendeta Ridel kembali dengan cara ini. Satu-satunya yang bisa menghentikan ini adalah Anda, Tuan.” bujuk Jin Hyuk. P. Heung Seon berfikir mendengar ucapan Jin Hyuk.

Sepertinya, Jin Hyuk berhasil membujuk P. Heung Seon untuk menemui pendeta Ridel. Di luar, mereka bertemu Young Hwi dan Pal Yi. P. Heung Seon membisikan perintah pada Young Hwi yang dijawab dengan anggukan kepala tanda mengerti. P. Heung Seon bergegas meninggalkan tempat itu diikuti Jin Hyuk. Young Hwi menyerahkan bungkusan pada Pal Yi dan memintanya mengikuti P. Heung Seon. Diam-diam, Kyung Tak melihat apa yang dilakukan P. Heung Seon. Ia menyuruh anak buahnya untuk mengikuti P. Heung Seon.

Rombongan P. Heung Seon sudah berada di tempat pendeta Ridel disembunyikan. Young Rae kaget melihat P. Heung Seon berada di sana. Ia segera mempersilahkan P. Heung Seon untuk masuk dan bertemu dengan pendeta Ridel.

Di dalam, Jin Hyuk memperkenalkan P. Heung Seon pada pendeta Ridel. Tanpa menunggu lama, P. Heung Seon segera mengatakan tujuannya.
“Jika Anda akan memprovokasi perang di Joseon, Anda pikir Anda akan menang? Anda akan mendapat masalah besar jika Anda tidak menganggap kami serius. Selama ribuan tahun, berhadapan dengan negara-negar kuat, kami selalu membela negara kami. Juga, Anda tidak akan mendapatkan apapun dari memprovokasi perang. Tapi, terlepas dari siapa yang menang atau kalah, untuk Raja baru, menghadapi perang bukan peristiwa menyenangkan. Dan, bukankah lebih baik untuk menghindari perang dimana tidak ada yang memiliki sesuatu untuk didapatkan?”

Pendeta Ridel akan mengurungkan niatnya menyerang Joseon dengan syarat Joseon menghentikan penganiayaan dan memberikan kebebasan untuk mengajarkan kepercayaan mereka pada warga Joseon.
“Sebaliknya tanpa izin kami, Anda tidak harus mengganggu garis perbatasan kami, meminta kami untuk membuka port atau perdagangan. Jika Joseon membutuhkan bantuan dari negara Anda, Anda akan membantu semua yang Anda bisa? Bisakah Anda berjanji?”
“Jika Anda berjanji terlebih dahulu? aku akan merespon untuk itu dan mencoba untuk mengejar mereka,”jawab pendeta Ridel membuat kesepakatan.

P. Heung Seon menyetujui kesepakatan damai antara dirinya dengan pendeta Ridel. Ia membuat surat dan dibubuhi stempel resmi kerajaan miliknya sebagai tanda kesepakatan.

Perjanjian rahasia antara P. Heung Seon dan seorang pendeta Perancis. Jika kita dapat mencegah perang dengan ini, in Byeong Yang Yo akan hilang dari sejarah. (Kapal perang Perancis menginvasi pulau Kanghwa pada tahun 1866). Dan ini juga akan membawa perubahan besar dalam menutup kebijakan P. Heung Seon terhadap negara lain, dan terlebih lagi, ini dapat menjadi acara terobosan untuk bergerak ke atas modernisasi Korea. Tapi sejarah berubah seperti ini. Apakah ini benar?

Jin Hyuk dan Young Rae berterimakasih pada P. Heung Seon karena melakukan negosiasi demi mencegah perang yang akan terjadi di Joseon. P. Heung Seon merasa hal ini karena bujukan Jin Hyuk yang akhirnya menyelamatkan negara dari peperangan. Ia lalu berjanji akan menghentikan penganiayaan sekembalinya ia ke istana.
Dan dalam sejarah berubah, apa yang akan terjadi padaku?

 Kyung Tak menunggu Young Hwi untuk mengorek keterangan darinya. Young Hwi berusaha menghindari pertanyaan Kyung Tak. Namun Kyung Tak terus memancing Young Hwi, ia berkata melihat P. Heung Seon bersama Jin Hyuk tadi. Saat Young Hwi mulai mengatakan kebenarannya, Kyung Tak pura-pura minta maaf karena tidak seharusnya ia menanyakan hal-hal yang rahasia. Young Hwi termakan perkataan Kyung Tak (oh no). Akhirnya ia mengatakan kebenarannya pada Kyung Tak. Kyung Tak kembali berpura-pura Young Hwi tidak harus mengatakan hal yang rahasia seperti itu kepadanya. Young Hwi beralasan ia tidak mengatakan sejak awal pada Kyung Tak sebab banyak mata-mata yang ada di istana. Kyung Tak paham maksud Young Hwi dan kembali minta maaf karena seharusnya ia tidak bertanya-tanya tentang rahasia. Ia kemudian pergi dari hadapan Young Hwi. (mau lapor ke bapaknya pasti, hehe)

Anak buah Kyung Tak yang diminta memata-matai P. Heung Seon datang. Kyung Tak segera menanyakan di mana mereka berada.

Pendeta Ridel bersiap untuk melanjutkan perjalanan ke Cina. Ia berpamitan pada Young Rae dan Jin Hyuk. Jin Hyuk mengingatkan perjanjiannya dengan P. Heung Seon. Pendeta Ridel mengiyakan perkataan Jin Hyuk. Ia kemudian berangkat bersama dua orang lainnya.
“Siapa saja akan membuat pilihan yang sama,” kata Young Rae setelah pendeta Ridel pergi.
“Benarkah? Setiap kali aku mengubah sesuatu, aku tidak begitu percaya diri. Khawatir jika aku datang ke sini dan melakukan sesuatu yang aku tidak harus lakukan,” jawab Jin Hyuk.
“Kau akan kembali segera,” ucap Young Rae berusaha menghibur Jin Hyuk.
“Itu sebabnya aku lebih dan lebih khawatir. Aku takut apa yang mungkin telah berubah. Sebenarnya, baru kali ini aku terus berpikir tentang orang di masa depan. Beberapa perasaan buruk seperti… mungkin, sesuatu yang buruk terjadi,” ungkap Jin Hyuk pada Young Rae.
“Tidak akan ada hal buruk yang terjadi padanya…,” kata Young Rae menenangkan. “Maafkan aku. Bahkan aku membuatmu khawatir padaku.”
Jin Hyuk tidak merasa Young Rae merepotkannya. Ia lalu meminta agar Young Rae segera pulang ke rumah karena penganiayaan akan segera dihentikan. Belum sempat Young Rae menjawab, tiba-tiba ada seorang pria yang mencari Jin Hyuk. Ia meminta Jin Hyuk untuk menolong Soon Young.

Jin Hyuk dan Young Rae segera berlari menuju tempat Soon Young berada. Pria yang mencari Jin Hyuk tadi menerangkan Soon Young terjatuh dari lereng ketika ia mencoba turun mengambil pesawat kertas yang diberikan Jin Hyuk tadi. Jin Hyuk melihat ranting yang tertancap di perut Soon Young.
“Ada pendarahan di perutnya. Kita perlu membuka perutnya dan menghentikan pendarahan! Kirim orang ke tabib Heo untuk segera melakukan operasi. Cepat!” perintah Jin Hyuk pada Young Rae. Young Rae berlari mendengar permintaan Jin Hyuk.
Jin Hyuk segera melakukan pertolongan pertama. Namun lagi-lagi tangannya tersetrum sama seperti saat ia bertemu dengan Soon Young beberapa waktu lalu.
Apa lagi ini? Perasaan apa ini?” gumam Jin Hyuk heran. Ia lalu mengangkat Soon Young masuk ke salah satu ruangan.

P. Heung Seon kembali ke istana. Di sana ia telah ditunggu pejabat Lee. Basa-basi ia menanyakan keadaan rumah pejabat Lee yang dimasuki pencuri. Pejabat Lee menjawab tidak ada kerugian besar di rumahnya. Ia lalu menyerahkan dokumen yang pernah diminta P. Heung Seon. P. Heung Seon awalnya menyindir pejabat Lee yang berbohong tidak mengakui adanya surat tersebut. Pejabat Lee merasa keamanan keluarganya terancam, maka ia menyerahkan surat tersebut. Saat P. Heung Seon hendak mengambil dokumen tersebut, pejabat Lee masih ragu menyerahkannya. Ia masih memegang surat tersebut. Ia meminta kepastian dari P. Heung Seon untuk menjaga keluarganya dan Ibu Suri serta tidak akan menyeretnya ke dalam masalah pengkhianatan tingkat tinggi. P. Heung Seon memintanya percaya pada pihak yang menang.

Pendeta Ridel dan kedua rekannya sedang berjalan saat Kyung Tak dan pasukannya menghadang dan memintanya menyerahkan surat perjanjian dari P. Heung Seon. Kyung Tak mengancam akan membunuh mereka jika tidak menyerahkan surat tersebut padanya. Pendeta Ridel melawan Kyung Tak. Ia mendorong Kyung Tak hingga jatuh dan lari menyelamatkan diri. Kyung Tak kesal dan menyuruh anak buahnya mengejar pendeta Ridel.

Jin Hyuk, Young Rae dan tabib Heo mempersiapkan operasi untuk menolong Soon Young.
“Karena hematocelia (kondisi dimana darah terakumulasi di rongga perut karena pembuluh darah pecah), itu berbahaya.”
Jin Hyuk segera memberikan instruksi pada kedua asistennya. “Kita akan membuka perutnya segera dan menghentikan pendarahan. Ia juga membutuhkan transfusi darah.”
Tabib Heo bertanya kapan dan dimana mereka bisa mendapatakan darah? Young Rae menawarkan dirinya menjadi donor untuk Soon Young karena golongan darahnya O dan hanya ini cara terbaik yang bisa mereka lakukan. Jin Hyuk menyetujui hal tersebut dan meminta tabib Heo untuk mengambil alih tugas Young Rae melakukan anestesi.

Kyung Tak dan anak buahnya berhasil menghadang pendeta Ridel. Kyung Tak melumpuhkan pendeta Ridel dengan memukul perutnya. Dari belakang, anak buah Kyung Tak mencengkeram baju pendeta Ridel. Kyung Tak menghunuskan pedangnya ke leher pendeta Ridel dan meminta menyerahkan surat yang dicarinya. Melihat pendeta tersebut tidak merespon permintaannya, Kyung Tak memberi kode pada anak buahnya untuk mencari sendiri. Anak buahnya menemukan surat tersebut disimpan di balik baju dan menyerahkan pada Kyung Tak. Kyung Tak tidak mengindahkan protes pendeta Ridel. Setelah mendapatkan surat tersebut, ia meminta pendeta Ridel kembali ke negaranya. Anak buah Kyung Tak menyarankan untuk membunuh pendeta tersebut, namun Kyung Tak merasa tidak perlu. Ia segera meninggalkan pendeta tersebut sendiri. Kedua rekan pendeta Ridel segera menghampirinya setelah Kyung Tak dan anak buahnya pergi.

 Young Rae sedang melakukan transfusi darah pada Soon Young saat Jin Hyuk menjelaskan apa yang akan dilakukannya.
“Aku akan membuat sayatan besar pada otot rektus abdominis (otot-otot di dinding perut, terletak di setiap sisi, kanan/kiri dan vertikal) dan membuat lubang besar di perutnya.”
Jin Hyuk segera membedah perut Soon Young. Ia meminta tabib Heo memperhatikan pendarahannya.
“Lihatlah jumlah pendarahan, temukan vena cava inferior (vena terbesar dalam tubuh manusia), tapi dalam kasus itu tidak menghentikan pendarahan atau pengobatannya akan mudah. Aku akan mencari daerah luka.”
Jin Hyuk mencari bagian yang mengalami pendarahan dan berhasil menemukannya. “Untungnya, bukan inferior vena cava tetapi vena mesenterika! Aku akan menghentikan pendarahan,” kata Jin Hyuk setelah berhasil mencabut ranting yang menancap di perut Soon Young. “Jika itu robek lagi, menghentikan pendarahan akan sulit. Aku harus segera menjahit lukanya.”

Tabib Seo gugup karena terjadi pendarahan lagi. Ia berteriak pada Jin Hyuk. Belum sempat Jin Hyuk menjahit, tiba-tiba kepalanya kembali sakit. Kilatan putih kembali muncul. Jin Hyuk memegangi kepalanya hingga ia berguling-guling. Tabib Heo dan Young Rae kaget melihat Jin Hyuk. Tiba-tiba badan Jin Hyuk menjadi transparan. Ia berkata tidak bisa mengontrol tubuhnya. Young Rae segera melepas selang transfusi di lengannya dan bergegas membantu Tabib Heo. Tabib Heo gugup melihat keadaan Jin Hyuk, namun ia berusaha untuk segera menyelesaikan pekerjaan Jin Hyuk. Tabib Heo ketakutan melihat Jin Hyuk yang masih transparan. Tiba-tiba Young Rae menyadari Soon Young tidak lagi bernafas. Ia terlihat panik, begitu pula dengan tabib Heo dan Jin Hyuk. Bersamaan dengan itu, badan Jin Hyuk semakin transparan dan membuat tabib Heo dan Young Rae ketakutan. Mereka terus berteriak memanggil Jin Hyuk.

Tiba-tiba Jin Hyuk kembali ke rumah sakit tempatnya bekerja. Ia melihat dirinya yang bukan dirinya (hehe, bingung ya.. ). Teriakan Young Rae membuat Jin Hyuk kembali ke tempat di mana Young Rae dan tabib Heo berada. Tabib Heo benar-benar ketakutan, ia bahkan mengusap-usap matanya untuk meyakinkan ia tidak sedang bermimpi. Melihat Soon Young tidak bernafas, akhirnya Young Rae berinisiatif memberinya nafas buatan. Young Rae berhasil, Soon Young kembali bernafas. Young Rae memanggil tabib Heo untuk memberitahu Soon Young kembali bernafas. Perlahan-lahan, badan Jin Hyuk kembali. Young Rae menyadari kejadian itu. Tabib Heo berkata mereka harus buru-buru menjahit lukanya.

P. Heung Seon mengatakan pada Young Hwi perihal dokumen yang diserahkan pejabat Lee pada dirinya.
“Jika aku menangkap Menteri Kim dengan karunia dari pejabat Lee dan menyelamatkan orang-orang dari Joseon hadiah dari tabib Jin, siapa yang berani untuk menghalangi jalanku lagi? Akhirnya, aku bisa melihat akhir. Hari ini, pasti aku akan menunjukkan pemilik sebenarnya istana ini.”
Tiba-tiba menteri Kim datang menemui P. Heung Seon.

“Pangeran Agung! Kau terlihat benar-benar menyenangkan, terutama hari ini. Pasti ada sesuatu yang baik yang Anda miliki sekarang,” katanya menyindir.
“Tentu saja! Akhirnya, aku akan dapat menangkap kuda besar!” jawab P. Heung Seon sambil tertawa. (oh no, belum tahu pangeran T.T). Menteri Kim menanyakan apa yang dipegang P. Heung Seong? (grr, sepertinya dia merasa diatas angin nih).
“Bahkan jika kau penasaran tentang itu, kenapa kau tidak menunggu sebentar? Kau akan segera menemukannya.” Menteri Kim lalu berkata apa P. Heung Seon tidak penasaran dengan surat yang dibawanya, sambil menunjukkan surat perjanjian rahasia antara P. Heung Seon dengan pendeta Ridel. Melihat P. Heung Seon tidak merespon apa yang dikatakannya, menteri Kim lalu mengatakan Ridel dan membuat P. Heung Seon terbelalak kaget. Young Hwi juga terkejut mendengar perkataan menteri Kim.

 Keduanya duduk berhadapan. Menteri Kim segera melancarkan serangan pada P. Heung Seon tentang perjanjian rahasianya dengan orang asing, menghentikan penganiayaan serta memberikan mereka kebebasan untuk mengajarkan ajarannya di Joseon yang melanggar keputusan negara.
“Ini sangat sederhana, tetapi dimanakah Anda bisa menemukan yang lebih berbahaya dari satu kalimat ini?” ancam menteri Kim. “Ayah dari Raja bersekongkol dengan kekuatan asing dan membuat perjanjian rahasia tentang Katolik yang dilarang oleh hukum nasional. Ini adalah perintah langit dan semua orang di Joseon akan marah.”
“Lalu, bagaimana mempersiapkan ahli waris kurang dari satu tahun sejak Yang Mulia naik tahta?” balas P. Heung Seon geram. Menteri Kim menebak surat yang dipegang P. Heung Seon merupakan salinan dokumen yang berasal dari pejabat Lee. Ia lalu kembali melancarkan ancaman berikutnya.
“Karena Raja itu membodohi rakyat dan berusaha bersekongkol dengan kekuatan asing, kami mencoba untuk mempersiapkan ahli waris. Bagaimana jika kita mengatakan seperti ini? Apa pendapat Anda?” tantangnya. Ia merasa diatas angin sebab meskipun ia mendapatkan tuduhan melakukan pengkhianatan tingkat tinggi, bukankah ayah Raja juga melakukan hal yang sama. Sebelum meninggalkan ruangan, menteri Kim menyindir P. Heung Seon lagi, “Di medan perang, sebelum mengambil musuh kepala komandan, Anda tidak harus mengeluarkan berita tentang kemenangan. Aku pikir kau perlu belajar lebih banyak tentang politik dariku, Kim Byung Hee.” P. Heung Seon murka mendengar semua yang dikatakan menteri Kim. Ia membanting semua dokumen yang diletakkan di meja.

Young Hwi heran darimana menteri Kim bisa mendapat dokumen yang dipegang pendeta Ridel. Tiba-tiba ia menyadari pernah mengatakan pada Kyung Tak tentang negosiasi rahasia yang dilakukan P. Heung Seon dengan pendeta Ridel.

Jin Hyuk keluar rumah sambil ketakutan mengamati tangannya. Aku hampir menghilang. Aku tidak hadir di dalam (masa depan). Bagaimana ini bisa terjadi? 

Di dalam, tabib Heo dan Young Rae terdiam. Mereka sibuk dengan pikirannya tentang apa yang baru saja mereka lihat. Tabib Heo bergumam yang baru saja dilihatnya adalah ilusi sambil menampari pipinya. Young Rae berkata dalam hatinya bahwa yang tadi mereka lihat bukan ilusi.
“Itu bukan ilusi. Aku melihatnya dengan jelas dengan mataku sendiri! Pada saat anak itu akan mati, tabib Jin juga menghilang. Mengapa… Kenapa?”

 Jin Hyuk menyusuri jalan sambil memikirkan apa yang baru saja dialaminya.
Anak itu dan aku.. Sejak awal, aku punya perasaan bahwa dia dan aku sangat terhubung entah bagaimana. Ia teringat saat berkenalan dengan Soon Young dan menemukan mereka memiliki nama keluarga yang sama. Mungkin… anak itu adalah nenek moyangku? Tidak, dia tidak bisa. Aku bukan dari dunia ini.

Jin Hyuk kembali teringat dengan perkataan Mi Na tentang “alam semesta paralel”
Pernahkah kau mendengar tantang ‘alam semesta pararel’? Selain ini alam semesta di mana kita hidup, ada alam semesta lain yang begitu banyak ada pada saat yang sama. Di dunia-dunia, akan ada kehidupanku yang lain yang sangat berbeda.”
“Jika ada satu aku di dunia ini, maka anak ini adalah nenek moyang orang itu?“. Tiba – tiba ia teringat sesuatu.

Jin Hyuk mendatangi Choon Hong. Ia segera bertanya tentang alam semesta pararel yang pernah dikatakan Choon Hong padanya.
“Bagaimana jika ada satu aku di dunia ini? Jika diriku di dunia lain menghilang, maka aku juga akan menghilang? Pada akhirnya, diriku dan satu lagi aku di dunia ini, tidakkah keduanya memiliki nasib yang sama?”
Choon Hong pura-pura tidak tahu maksud pertanyaan Jin Hyuk padanya.
“Tentang alam semesta pararel, kau telah mengatakan kepadaku sebelumnya. Bukankah begitu?” tanya Jin Hyuk memastikan. Choon Hong berusaha menenangkan Jin Hyuk, namun Jin Hyuk tidak mau mendengar Choon Hong.

Jin Hyuk teringat saat Mi Na berada pada masa kritis, Young Rae mengalami hal yang hampir sama. Nyawanya terancam karena hampir ketahuan membawa pendeta Ridel keluar kota. Ia memastikan pada Choon Hong, apakah Young Rae dan Mi Na merupakan orang yang sama? Choon Hong kaget Jin Hyuk segera mengetahui kebenarannya. Ia buru-buru membohongi Jin Hyuk. Jin Hyuk tidak percaya dengan apa yang dikatakan Choon Hong. Ia benar-benar terpukul mengetahui kebenarannya. Ia kecewa Choon Hong membohonginya. Teriakan Choon Hong yang ingin menjelaskan tak mampu menghalangi kepergian Jin Hyuk yang sudah teramat kecewa dengan kenyataan. Choon Hong hanya bisa menangis melihat kepergian Jin Hyuk.
“Anda tidak akan dapat menerimanya jika Anda tahu yang sebenarnya. Na ri, Anda tidak akan dapat menerimanya!” ucap Choon Hong sambil menangis.

 

Kemudian, alasan perjalananku di sini… Jin Hyuk teringat kejadian apa saja yang pernah dilakukannya saat menyelamatkan Young Rae. Jin Hyuk bergegas menuju rumah dimana Young Rae berada. Ia berteriak memanggil Young Rae. Menyadari sepatu yang dikenakan Young Rae tidak ada, Jin Hyuk bergegas masuk. Tiba-tiba tabib Heo berlari dan memberitahu Young Rae dibawa polisi.

Jadi, aku datang ke sini untuk menolong Mi Na? Jin Hyuk menyadari alasannya berada di sana. Ia bergegas lari.

P. Heung Seon ditemani Young Hwi menunggu menteri Kim di depan rumahnya. Sedangkan yang ditunggu sedang berjalan bersama Kyung Tak. Setelah berbasa-basi, P. Heung Seon meminta menteri Kim memberikan Kyung Tak kepadanya sebagai salah satu orangnya. Kyung Tak heran mendengar permintaan P. Heung Seon pada ayahnya. Tentu saja menteri Kim tidak akan menyerahkan Kyung Tak pada musuhnya. Ia bahkan menyindir P. Heung Seon yang memilih Young Hwi, yang merupakan pemimpin pemberontak untuk menjadi tangan kanannya. Young Hwi geram mendengar perkataan menteri Kim kepadanya. P. Heung Seon balas mengatakan Young Hwi juga merupakan sahabat Kyung Tak, putranya. Mendengar penjelasan P. Heung Seon, menteri Kim berkata jika demikian maka dirinya dan P. Heung Seon juga merupakan teman karena mereka bergaul bersama, haha. P. Heung Seon tertawa mendengar perkataan menteri Kim. P. Heung Seon heran menteri Kim mengatakan mereka berteman. Menteri Kim lalu mengundang P. Heung Seon untuk masuk ke dalam.

Young Hwi memandang Kyung Tak dengan tatapan tak percaya. Sedang Kyung Tak jelas memandang penuh kebencian pada Young Hwi. Ia bergegas masuk ke dalam rumah diikuti Young Hwi.

P. Heung Seon dan menteri Kim bernegosiasi mengenai “kartu as” masing-masing. Menteri Kim tetap berencana akan menggulingkan Raja dan mengangkat raja lain yang bisa dipakai sebagai bonekanya, meski P. Heung Seon tidak mengusiknya. P. Heung Seon mengerti maksud menteri Kim, bukan Raja yang akan dihancurkannya tetapi P. Heung Seon. P. Heung Seon lalu meminta menteri Kim berjanji untuk melindungi Raja setelah ia mundur dari jabatannya. Menteri Kim tersenyum, merasa kemenangan berada di genggamannya.

Young Hwi mengajak Kyung Tak berbicara. Ia berterus terang mencurigai sahabatnya, karena ia tidak lagi mempercayai satu orangpun dalam situasi yang kacau seperti ini. Kyung Tak berkata mereka berdua melindungi dunia mereka masing-masing dengan cara mereka sendiri. Untuk memastikan perasaannya salah, Young Hwi meminta agar Kyung Tak meyakinkan dirinya bahwa apa yang dipikirkannya tidak benar. Kyung Tak mengerti arah pembicaraan Young Hwi. Ia mengatakan apa yang dipikirkan Young Hwi tidak benar, meskipun wajahnya terlihat menyesal.

Kyung Tak memikirkan pembicaraannya dengan Young Hwi tadi. Anak buahnya melaporkan mereka telah menangkap orang-orang Katolik yang bersembunyi. Kyung Tak tidak bersemangat mendengar laporan anak buahnya. Saat anak buahnya melaporkan gadis bangsawan yang membantu pendeta keluar kota juga ikut tertangkap, Kyung Tak tidak sengaja melihat ke arah para tahanan. Saat itu, Young Rae berjalan memasuki tahanan. Kyung Tak baru sadar, gadis yang dimaksud anak buahnya adalah Young Rae. Ekspresi wajah Kyung Tak segera berubah.

Jin Hyuk mendatangi P. Heung Seon. Ia marah karena P. Heung Seon tidak menepati janjinya menghapuskan penganiayaan. P. Heung Seon tidak merespon perkataan Jin Hyuk. Ia malah berjalan ke arah tahta Raja dan mendudukinya.
“Ketika aku meletakkan anakku, Myeong Beok di tempat ini. Untuk rakyat Joseon dan kau, dan untuk diriku juga, aku membuat banyak janji. ‘Aku akan mengakhiri 60 tahun kekuasaan klan Kim Ahn Dong dan mendapatkan kembali otoritas raja yang hilang’. ‘Aku akan menyelamatkan orang-orang Joseon dari pejabat rusak dan politik pengadilan’. ‘Karena itu, aku akan mengubah Joseon tua busuk dan membuat Joseon baru!’ Bukan berarti aku tidak memenuhi janji itu, tapi aku tidak bisa.”
Jin Hyuk heran dengan perkataan P. Heung Seon.
“Pria ini, Lee Ha Eung. Mulai hari ini, aku benar-benar akan menyerah pada politik dan meninggalkan semuanya di belakang.” Jin Hyuk kaget mendengar keputusan yang diambil P. Agung Heung Seon.

Bersambung..

P. Heung Seon merasa apa yang dilakukannya selama ini sia-sia saja. Orang-orang yang duduk di pemerintahan benar-benar ingin menggulingkannya apapun caranya, sebab mereka tidak ingin kehilangan kekuasaan yang selama ini mereka nikmati, seperti yang dikatakan menteri Kim. Hmm, sepertinya P. Heung Seon menyerah dengan idealisme yang selama ini dijunjungnya tinggi. Berarti, sejarah tidak akan berubah. Namun apakah P. Heung Seon akan menyerah begitu saja? Lalu bagaimana dengan Young Rae yang terancam keselamatannya? Apakah Jin Hyuk akan tetap terperangkap di masa Joseon?

Thanks to : IDWS
Written by Yohana [FB | Twitter]
Image by Ari [Twitter | Blog ]
Only posted on pelangidrama.net
DON’T REPOST TO OTHER SITE!!
Please be patient!!! don’t ask next episode! OK!

3 pemikiran pada “[Sinopsis K-Drama] Time Slip Dr. Jin Episode 19

Tinggalkan komentar