Naoki berterima kasih atas kedatangan Ketua Hokueisha, Oizumi ke kantornya. Ketua langsung to the point ingin membicarakan masalah pribadi dengan Naoki. Dia menanyakan apakah Naoki mau mengikuti pertemuan perjodohan. Naoki sedikit terkejut. Ketua tertawa, dia sadar ini bukan waktu yang tepat mengingat ayah Naoki masih di rumah sakit. Tapi dia punya cucu yang seumuran dengan Naoki dan kuliah di Universitas Perempuan Seishin (terkenal sebagai sekolah bergengsi). Ketua tahu Naoki masih muda dan membutuhkan waktu untuk berpikir, jadi dia minta supaya Naoki berdiskusi dulu dengan orang tuanya dan memberikan jawaban beberapa hari lagi. Setelah itu rencana investasi baru akan dibicarakan. Kemudian Ketua Oizumi pamit.
Sekretaris yang mendampingi Naoki terlihat prihatin memandangi Naoki. Tapi Naoki berkata kalau pertemuan ini akan menjadi keuntungan yang baik untuk perusahaan. Yang bisa diartikan kalau Naoki setuju dengan ide ini.
Di rumah sakit Nyonya Irie sangat terkejut dan tidak setuju dengan ide rencana perjodohan. Tuan Irie yang heran mempertanyakan kenapa Naoki tiba2 mau mengikuti pertemuan perjodohan ini. Tapi Naoki menanggapinya dengan dingin kalau tidak ada apa2. Tapi ayahnya tidak bodoh, Tuan Irie langsung berasumsi kalau Naoki melakukan ini demi bantuan keuangan.
Sementara di koridor rumah sakit, Kotoko, ayahnya dan Yuki berjalan menuju kamar rawat Tuan Irie. Mereka ingin memberi kejutan dengan kedatangan mereka. Kotoko takut kalau kejutan ini akan berakibat buruk pada jantung Tuan Irie, tapi ayahnya meyakinkan kalau Tuan Irie melihat wajah Yuki pasti dia malah akan senang. Mereka tertawa, Yuki akan membuka pintu kamar tepat saat itu Tuan Irie berteriak
“Jangan remehkan kami! Aku tidak mau melindungi perusahaanku dengan mengorbankan hidupmu” kata Tuan Irie yang langsung dibenarkan istrinya.
“Dia benar.. Pernikahan? Aku tidak mengizinkan”
Di luar, ketiga orang itu semakin mendekatkan telinga ke pintu untuk menguping. Yuki tidak percaya mendengar berita ini.
“Aku bangga dengan diriku yang membangun Pandai sebesar ini hanya dalam satu generasi. Jadi jangan ajak kami ke arah yang salah. Kamu harus menikahi seseorang yang benar-benar kamu cintai” kata Tuan Irie bijak.
“Aku menyukainya. Aku melihatnya dari foto. Dia adalah tipeku” jawab Naoki.
Kotoko sangat terkejut mendengarnya. Yuki juga sama, dia sudah tidak tahan lagi menguping dan langsung menghambur masuk. Dia mempertanyakan mengenai rencana pernikahan Naoki, karena yang dia tahu dan dia lihat dengan mata kepalanya sendiri kalau kakaknya itu mencintai Kotoko. Tapi Yuki tidak berani melanjutkan kata2nya. Nyonya Irie kaget saat Yuki masuk, dia lebih kaget lagi dan merasa tidak enak karena ternyata Kotoko dan ayahnya juga ada di sana. Kotoko terus memandangi punggung Naoki.
“Irie-kun. Apa benar kamu akan mengikuti pertemuan perjodohan?” tanya Kotoko.
“Iya. Minggu ini. Karena ayah sedang tidak baik, kami akan melakukan pertemuan santai. Aku butuh ibu untuk datang denganku. Tolong” lalu Naoki beranjak pergi meninggalkan Kotoko yang masih termenung tak percaya.
“Tidak.. Irie-kun akan mengikuti pertemuan perjodohan.. Tak bisa dipercaya. Apa… yang harus kulakukan?”
Kin-chan yang mendengar berita ini langsung dari Kotoko menjadi sangat marah. Kotoko menerangkan kalau wanita itu adalah cucu dari rekan bisnis. Satomi heran kenapa bisa begitu mudahnya membuat rencana pernikahan. Jinko juga tidak percaya kalau hal2 seperti itu masih ada di jaman sekarang. Kotoko pun tidak tahu, yang dia tahu hanya Naoki bilang kalau dia menyukainya. Lalu dengan lesu Kotoko pamit pergi duluan. Jinko dan Satomi ikut sedih melihat keadaan Kotoko, mengingat sudah bertahun2 lamanya Kotoko menyukai Naoki. Kin-chan semakin tidak bisa memaafkan Naoki yang selalu menyakiti hati wanita yang dicintainya itu.
“Berapa banyak dia harus mempermainkan Kotoko sampai dia puas?” kata Jinko tidak terima.
“Ya, sebenarnya Kotoko lah yang mempermainkan perasaannya sendiri” jawab Satomi.
“Tapi bagaimana dengan perasaan Kotoko. Dia sudah bekerja keras untuk Irie. Tapi dia akan mengikuti pertemuan perjodohan dengan perempuan lain?” ujar Kin-chan.
Satomi merasa kalau perkataan Kin-chan terdengar seperti dia ingin Kotoko dan Naoki menjadi pasangan, padahal kan Kin-chan juga sangat menyukai Kotoko. Tapi bukan itu maksudnya, Kin-chan hanya ingin melihat Kotoko tersenyum.
Saat sedang mencuci piring Kotoko teringat percakapannya dengan Naoki sebelum Tuan Irie terkena serangan jantung. Ketika Naoki duduk di taman mengatakan kalau dia akan mengambil alih perusahaan dan menyerah akan mimpinya menjadi seorang dokter. Juga saat Naoki membiarkan Kotoko memeluknya dari belakang menenangkan dan sebagai bentuk dukungannya terhadap apapun keputusan Naoki.
“Saat itu, aku merasa hatiku seperti tersambung….”
Karena terlalu larut dalam pikirannya sendiri, Kotoko menjatuhkan panci yang sedang dia cuci dan memecahkan piring di bawahnya. Ketika akan membereskan pecahan piring jari Kotoko tergores hingga berdarah. Nyonya Irie yang mendengar suara pecahan piring di dapur segera masuk melihat keadaan Kotoko, dia panik melihat jari Kotoko yang berdarah lalu mengobati jarinya. Kotoko minta maaf karena tadi dia melamun. Tapi Nyonya Irie tahu kalau itu disebabkan oleh rencana pertemuan perjodohan Naoki. Dia tetap berkeyakinan kalau Kotoko lah yang harus menjadi istri Naoki. Kotoko tidak sependapat karena itu sesuatu yang sudah diputuskan Naoki. “Soal itu.. Seberapapun aku melihatnya, aku hanya tidak percaya kalau dia berbicara yang sebenarnya. Soal perusahaan juga. Aku akui kalau aku berharap Naoki akan mengambil alih Pandai. Tapi aku sudah melihat dia bekerja di perusahaan.. aku merasa seperti ada yang salah. Aku bilang pada diriku sendiri, ‘Ini bukan yang Naoki benar-benar ingin lakukan.’ Menurutku Naoki merasa bertanggung jawab karena ternyata suamiku sakit. Karena itu dia mengorbankan dirinya dan mencoba untuk menyelamatkan perusahaan” kata Nyonya Irie.
“Tapi menurutmu apa dia akan melakukan sejauh itu sampai menikah? Itu merubah hidupnya” tanya Kotoko bingung.
“Saat dia mulai memikirkan sesuatu, dia terobsesi dengan idenya. Karena itu.. aku punya ide bagus” lalu senyum lebar penuh arti terpampang di wajah Nyonya Irie, hehehee..
Kotoko sedang berjalan sendirian di kampus, tiba2 Yuko Matsumoto menghadang di depan. Dia sudah mendengar kalau Naoki akan mengikuti pertemuan perjodohan. Sambil jalan Kotoko memberitahu kalau perempuannya adalah cucu nya Ketua perusahaan bernama Hokueisha. Yuko kaget mendengar cucu Ketua Oizumi. Kotoko malah heran apa Yuko tahu. Yuko menjawab tentu saja karena beritanya banyak muncul di koran, Ketua Oizumi adalah salah satu tokoh besar di keuangan dunia. Dia punya pengaruh di banyak politisi, dia adalah bos di dunia bisnis Jepang. Kotoko bahkan tidak tahu kalau dia adalah cucu dari orang yang sangat penting. Kotoko juga memberitahu kalau yang dia dengar, perempuan itu sekolah di Universitas Perempuan Seishin sejak TK. Yuko berkata sinis kalau perempuan itu benar2 seorang putri. Kotoko menambahkan kalau Naoki bilang dia langsung suka dengannya sejak melihat fotonya, jadi pasti gadis itu sangat cantik. Tapi Yuko tidak suka, karena mengapa perempuan sempurna muncul entah dari mana untuk mengambil Naoki. Yuko tidak bisa membiarkannya. Tapi Kotoko keceplosan bicara kalau Nyonya Irie mungkin bisa melakukan sesuatu soal itu. Yuko bingung dan mempertanyakan penjelasannya. Segera Kotoko sadar kalau dia kelepasan bicara. Yuko terus bertanya apa maksudnya. Tapi bukannya menutup mulutnya atau segera pergi Kotoko malah mengatakan kalau dia punya rencana untuk merusak pertemuannya. Kotoko baru sadar setelah mengatakan semua itu. Yuko berkata kalau mereka berdua tidak pernah berubah, tapi kali ini dia akan ikut dengan Kotoko untuk merusak pertemuannya.
Hari pertemuan perjodohan sudah tiba.. Naoki dan ibunya datang disambut oleh Ketua Oizumi. Dia minta maaf karena melakukan ini di saat Tuan Irie di rumah sakit. Tapi dari pihaknya hanya cucunya dan dirinya yang akan menghadiri pertemuan kali ini. Mereka harus melakukan pertemuan formal dengan orang tuanya saat Tuan Irie sembuh di lain hari. Nyonya Irie hanya tertawa kecil mendengarnya lalu berkata kalau dia bertanya2 apakah hari itu akan tiba. Segera saja Naoki memelototi ibunya itu dan menegurnya. Tapi Nyonya Irie cuek.
Sementara di luar Kotoko dan Yuko sudah menyamar memakai pakaian tukang kebun sambil menenteng2 tangga kayu. Yuko protes kenapa harus memakai ini, tapi menurut Kotoko ini satu2nya cara agar tidak terlihat mencurigakan. Kotoko menggunakan teropongnya melihat suasana di dalam pertemuan. Yuko penasaran bagaimana rupa perempuan itu. Tapi perempuan itu belum datang. Di dalam Ketua Oizumi mengatakan kalau Sahoko sedang bersiap2 sekarang. Tidak berapa lama orang yang ditunggu2 pun datang. Sahoko datang memakai Kimono.
Sahoko terkejut melihat Naoki, seseorang yang telah menarik perhatiannya saat menolongnya jatuh di depan lift beberapa hari yang lalu. Dia bertanya apakah Naoki mengingatnya? Dan jujur jawaban Naoki ini bikin aku pengen ninju mukanya Naoki, bukannya apa2, tapi kenapa sih dia ga bisa berkata semanis ini ke Kotoko tapi bisa dengan mudahnya berkata ini ke orang yang baru aja ditemuinnya. Jujur aku emosi banget.. huh
Oh iya maaf, kembali ke cerita.. lalu apa jawaban Naoki ketika Sahoko tanya apa dia mengingatnya??
“Aku tidak pernah melupakan perempuan cantik” jawab Naoki tersenyum (bikin keki kan kan kaann!! aarrgghh…)
Ketua Oizumi senang karena ternyata mereka berdua sudah pernah bertemu sebelumnya, karena akan semakin mudah jika begitu. Di luar, entah merasa takjub atau merasa kalah melihat kecantikan Sahoko dari teropongnya, Kotoko hanya menurunkan teropongnya tanpa bereaksi apa2 (tenang Kotoko, banyak orang yang bependapat kamu lebih cantik kok 😀) Yuko heran melihat reaksi Kotoko, dia segera merebut teropongnya dan melihat sendiri.
Reaksi Yuko pun tidak beda dengan Kotoko. Untuk menghibur diri, Yuko berkata kalau wanita itu mungkin cantik, tapi dia pasti tidak punya otak. Mendengarnya Kotoko kembali bersemangat dan mengajak Yuko untuk bergerak lebih dekat untuk mendengar pembicaraan mereka. Layaknya latihan ketentaraan, Kotoko merangkak melewati jalanan di samping ruangan pertemuan itu. Mau tidak mau Yuko pun mengikuti Kotoko. Sebenarnya aksi mereka berdua ini sangat mencolok, tapi tidak ada satu orang pun di dalam yang melihatnya hehee..
Naoki membuka percakapan menanyakan hobi Sahoko. Gadis itu menjawab kalau dia tidak bagus dalam hal yang istimewa, dia hanya bagus dalam memasak, menjahit dan membuat kerajinan, hal2 yang membosankan. Nyonya Irie membenarkan kalau hal tersebut sangat membosankan. Kotoko tertawa senang mendengar perkataan Nyonya Irie, Yuko segera menegurnya takut kedengaran mereka yang ada di dalam. Ketua Oizumi memberitahu kalau Sahoko itu pendiam dan sempurna sebagai seorang perempuan. Dia seperti versi modern dari perempuan tua tradisional Jepang. Naoki senang, dia suka perempuan yang pendiam. Nyonya Irie kembali ikut bicara
“Wah, ‘perempuan tua tradisional Jepang? Tua sekali. Tak heran kamu terlihat seperti kehilangan masa mudamu” Kotoko dan Yuko tertawa geli mendengarnya. Sahoko menunduk malu, membuat Naoki tidak enak atas perkataan ibunya.
Gantian Sahoko yang menanyakan apa yang Naoki suka. Naoki menjawab kalau dia suka membaca buku dan sedikit bermain tenis. Ketua Oizumi yang sudah mendengar kalau Naoki banyak memenangkan kompetisi tenis memujinya. Naoki bilang kalau dia bisa mengajari Sahoko lain kali. Kotoko dan Yuko bengong mendengarnya. Sahoko berkata kalau dia sangat buruk, jadi mungkin Naoki akan muak dengannya.
Nyonya Irie kembali nyeletuk “Aku yakin dia akan muak”. Naoki segera menegur ibunya. Tapi Nyonya Irie tidak menggubris dan melanjutkan bicaranya “Ya, anakku, Naoki itu sangat jahat. Dia melihat rendah orang-orang yang tidak bisa bermain setelah diajarinya sekali. Bukan hanya itu, dengan cara yang jelas!”
Kotoko dan Yuko kembali memuji kehebatan Nyonya Irie dalam hal merusak suasana hahaa..
“Kamu unggul dalam akademik dan olahraga. Dan kamu juga ganteng. Aku yakin kamu sangat populer di kalangan perempuan” kata Ketua Oizumi.
“Tidak juga” jawab Naoki.
“Iya, dia sangat populer. Tapi, jangan khawatir. Dia tidak pernah berhubungan dengan perempuan manapun” jawab Nyonya Irie.
“Oh, dia pasti pemalu” kata Ketua Oizumi.
“Ya, dia sangat pemalu. Dia bahkan menolak surat cinta dari perempuan yang memberikannya. Padahal perempuan itu mengumpulkan semua keberaniannya dan memberikan surat kepadanya. Tapi dia menolaknya di depan orang-orang. Dia sangat pemalu” kata Nyonya Irie tertawa dibuat2.
Mendengar itu Kotoko hanya tersenyum miris. Yuko tanya apa orang yang dibicarakan itu adalah Kotoko. Dia hanya mengangguk2. Yuko tidak tahu kalau Naoki sangat membenci Kotoko.
“Tapi itu lebih baik daripada laki-laki yang menampakkan wajah baik kepada semua orang. Menurutku laki-laki lebih atraktif saat dia sedikit dingin” bela Sahoko.
“Kamu benar sekali. Dan kamu tidak perlu khawatir soal selingkuh” lanjut Ketua Oizumi setuju.
“Tapi, tidak berarti dia tidak pernah mempunyai perempuan di dekatnya. Sebenarnya, ada seorang perempuan yang seumuran dengan Naoki. Mereka tinggal bersama selama 3 tahun” sela Nyonya Irie.
“Sudah cukup. Apa maksudmu ‘tinggal bersama’? Itu namanya ‘membagi rumah’..” terang Naoki.
“ Itu sama saja”
“Oizumi-san, itu ada alasannya” Naoki mencoba menjernihkan masalah, takut terjadi kesalahpahaman.
“Benar. Mungkin kita akan berakhir cucumu menikah ke keluarga kami. Kalian harus tahu keadaan kami juga. Ini fakta kalau ada seorang perempuan seumuran Naoki yang tinggal di rumah. Walaupun dia pemalu, dia itu muda. Aku tidak bisa menjamin kalau tidak ada sesuatu yang terjadi antara mereka” kata Nyonya Irie tertawa terbahak2.
Naoki sudah tidak tahan lagi dengan kelakuan ibunya. Dia menggebrak meja dan mengajak Sahoko jalan2 ke kebun. Nyonya Irie berkata kalau itu ide bagus dan berdiri. Tapi Naoki menegaskan kalau hanya Sahoko dan dirinya berdua saja. Kotoko dan Yuko pun segera beranjak dari tempat persembunyian.
Sambil jalan, Naoki minta maaf karena ibunya banyak mengatakan hal buruk kepada Sahoko. Tapi Sahoko maklum, dia bisa bilang kalau ibunya menyukai gadis itu, perempuan yang tinggal dengannya. Naoki menjelaskan kalau gadis itu anak dari sahabat ayahnya, keluarga mereka berteman makanya ibunya mengatakan hal seperti itu. Bahkan Naoki menegaskan kalau orang yang menyukainya itu ibunya, bukan dirinya. Sahoko malah berharap kalau ibunya Naoki juga akan menyukainya. Tapi sebelum itu Sahoko berharap Naoki menyukainya. Naoki mempertegas apakah itu artinya Sahoko menyukainya? Sahoko menunduk malu, dia menjawab sejak mereka bertemu di depan lift. Naoki berkata kalau kebetulan sekali, dia juga demikian. Sahoko senang mendengarnya. Yuko dan Kotoko sangat kesal mendengarnya. Yuko menanyakan bagaimana strategi selanjutnya. Kotoko menjelaskan kalau strategi nomor 1 adalah alat penyiram.
“Saat mereka mendekati ini, kita akan menyalakannya! Dan kimononya akan basah. Dia harus pulang” terang Kotoko senang. Tapi menurut Yuko bukankah caranya terlalu mudah. Tapi Kotoko berpendapat kalau cara yang simpel lebih ampuh. Oke, rencana dimulai. Naoki dan Sahoko sedang berjalan2 membicarakan tanaman bonsai yang tertua di sana. Ketika mereka sudah mendekati alat penyiram Kotoko segera memencet tombolnya, tapi air sama sekali tidak keluar dari sana. Naoki dan Sahoko pun lolos dari jebakan itu. Kotoko dan Yuko bingung kenapa alatnya tidak bekerja. Mereka mengecek alat penyiram itu, tapi senjata makan tuan, alat itu segera memancurkan airnya tepat ke depan muka mereka berdua. Mereka kaget dan berteriak2, Sahoko yang mendengarnya ingin tahu ada apa. Tapi Naoki memberitahu mungkin alat penyiramnya rusak dan mengajaknya terus berjalan.
Hal ini tidak membuat Kotoko putus asa, dia segera melanjutkan strategi nomor 2 yaitu ulet.
“Begini, saat perempuan Sahoko itu berjalan ke sana, aku akan melemparkan ini padanya. Dan dia akan berteriak dan jatuh ke air”
Di saat Naoki dan Sahoko melewati jembatan, Kotoko segera melemparkan ulat itu tepat sasaran di bahu Sahoko. Kedua pelaku itu bersorak gembira karena kali ini tepat sasaran. Sebenarnya Sahoko yang ketakutan sudah akan terjatuh. Tapi segera ditahan Naoki dan dia mengambil ulat itu. Seperti tahu siapa dalang dibalik semua ini, Naoki melempar ulat itu ke arah persembunyian Kotoko dan Yuko. Ulat pun mendarat tepat di wajah Kotoko. Mereka berdua berteriak histeris dan jatuh ke kolam. Sahoko merasa sepertinya ada yang terjatuh di kolam. Tapi Naoki menenangkan kalau mereka tukang bersih2, mungkin sedang membersihkan kolam.
Di dapur Nyonya Irie prihatin melihat keadaan Kotoko yang bersin2. Kotoko berpikir kalau ini adalah hukuman karena mencoba melakukan hal buruk kepada perempuan cantik. Nyonya Irie setuju kalau Sahoko memang cantik, tapi dia sama sekali bukan tipenya Naoki. Nyonya Irie mengeluarkan foto Sahoko. Menurutnya, Naoki butuh perangsang di hidupnya. Perempuan yang terlalu sempurna dan pendiam akan membuat Naoki merasa tidak puas. Tapi menurut Kotoko mereka terlihat seperti saling menyukai. Nyonya Irie mengingatkan kalau dia membuat kesan yang sangat bagus sebagai ibu mertua jahat. Jadi pasti Ketua Oizumi akan marah dan tidak akan memberikan cucu berharganya kepada keluarga dengan ibu mertua seperti dirinya. Dia sangat yakin mereka akan menolak.
Telepon rumah berdering, Nyonya Irie sangat yakin kalau itu adalah telepon penolakan. Tapi telepon sudah diangkat Naoki. Itu dari Ketua Oizumi. Nyonya Irie dan Kotoko mengintip di balik pintu. Naoki minta maaf atas apa yang ibunya lakukan tadi. Setelah berbincang sedikit lalu telepon ditutup. Nyonya Irie penasaran, tanya apa mereka menolak. Ternyata Sahoko menyukainya dan ingin maju terus. Jadi Naoki juga bilang padanya kalau dia juga terus maju. Nyonya Irie kecewa.
“Aku menyukainya. Jadi tolong jangan mencoba merusaknya seperti tadi lagi, Ibu. Kamu juga. Sangat jelas sekali” kata Naoki ke Kotoko, membuat Kotoko tidak enak hati dan minta maaf.
Kotoko dan Yuko kembali jalan bersama. Kotoko menceritakan kalau sejak saat itu Sahoko lumayan sering menelepon Naoki. Mereka bahkan kencan berkali2 dalam seminggu. Nyonya Irie frustasi karena Naoki pulang telat. Yuko mendesah, tidak ada yang bisa dilakukan. Kotoko bertanya apakah Yuko menyerah?
“Soalnya, kita membicarakan Sahoko Oizumi. Tidak mungkin aku bisa menang. Tapi, kalau aku harus menyerah pada Irie-kun untuk seseorang… Aku harap itu kamu” jawab Yuko.
“Hah?”
“Karena kalau itu kamu, dia akhirnya akan menyesal. Dia akan berpikir ‘Aku seharusnya memilih Matsumoto saat itu.’. “ kata Yuko.. jiaahh
“Apa kamu mengejekku?”
“Aku merasa seperti kalah dengan perempuan Sahoko itu yang bahkan tidak berjuang untuk itu. Tapi soal kamu, aku mengakui usahamu. Apa yang telah kamu lakukan itu tidak berguna, tapi kamu mencoba sebisa mungkin. Kamu membuatku tertawa”. Yuko juga memberitahu Kotoko kalau dia tahu Kotoko dan Naoki sudah berciuman. Kemudian dia memberi semangat kepada Kotoko.
Kotoko sampai rumah, dia mendengar Naoki sedang berbicara di telepon. Setelah selesai menelepon, Kotoko tanya apa Naoki akan pergi dengan Sahoko besok. Naoki menjawab kalau dia akan pergi ke acara resepsi pembukaan pameran tunggal untuk seorang seniman yang didukung Ketua Oizumi. Naoki tanya sekaligus menyindir apakah Kotoko akan mengikutinya lagi? Apa dia akan berpura2 jadi tukang bersih2 toilet di pesta? Kotoko hanya cengar cengir di hadapan Naoki, tapi senyumnya hilang seketika saat Naoki pergi. Di kamarnya, Naoki pun terlihat seperti orang yang memiliki beban yang begitu berat.
Di kampus, Kotoko tidak bersemangat menyantap makanannya. Kin-chan datang membawakan salad buah buatannya. Jinko menerangkan kalau mereka sudah memberitahu Kin-chan kalau Irie berpacaran dengan perempuan dari pertemuan perjodohan. Kin-chan menyuruh Kotoko segera menyicipi makanannya. Kotoko memakannya namun reaksinya biasa saja, tidak seperti biasanya. Kin-chan menyemangatinya, menurutnya Kotoko akan merasa lebih baik kalau orang yang tidak punya hati seperti Irie menikah. Kedua sahabatnya pun setuju.
“Aku tahu ini hanya imajinasiku.. Tapi akhir-akhir ini, aku merasa seperti jarak antara Irie-kun dan aku semakin dekat. Karena itu.. Aku belum bisa menerima kenyataan”.
Kin-chan memahami perasaan Kotoko, karena dia pun sebenarnya sadar kalau perkataan Kotoko ada benarnya. Dia sendiri sudah melihat kedekatan antara Naoki dan Kotoko di malam natal waktu itu. Jinko pikir mereka berdua akan bersama. Lalu Satomi menegurnya karena kali ini tidak seperti sebelumnya. Karena ini pertemuan perjodohan antar dua keluarga. Kamu tidak bisa mengatakan,
‘Aku tidak menyukainya lagi’ dan putus. Itu artinya Naoki menyadari itu dan masih ingin terus maju.
Kin-chan diam saja, tapi dari raut mukanya dia terlihat menahan amarah.
Selesai pesta, Naoki dan Sahoko mampir ke restoran Italia karena pesta tadi hanya menyediakan makanan kecil. Sementara Kotoko dan Nyonya Irie menunggu kepulangan Naoki dari pesta. Kotoko akan menyusul Naoki, tapi dilarang Nyonya Irie karena bahaya seorang gadis sendirian keluar di tengah malam. Kotoko beralasan kalau dia hanya akan berjalan2 dan membeli jus di toko. Kemudian Kotoko keluar, Nyonya Irie terharu karena Kotoko masih peduli dengan Naoki.
Di tengah perjalanan pulang, Naoki dihadang Kin-chan
“Apa kamu di jalan pulang dari kencan dengan perempuan kaya?”
Naoki hanya menoleh dan melanjutkan jalannya tidak ingin menggubris Kin-chan.
“Hei kamu, tunggu! Apa yang kamu rasakan pada Kotoko?” teriak Kin-chan.
“Bukan urusanmu”
“Tentu saja urusanku! Kamu selalu memimpin Kotoko. Kotoko adalah orang yang berharga bagiku. Kamu sudah mempermainkan perasaan orang yang berharga bagiku. Bagaimana bisa aku hanya diam?” kata Kin-chan marah.
Tepat saat itu Kotoko melintas. Dia segera bersembunyi di balik pohon besar untuk mendengar pembicaraan mereka. “Lalu apa yang akan kamu lakukan?” tanya Naoki menantang.
“Aku akan.. Mengambil Kotoko darimu. Bukan.. Aku akan melindunginya. Jadi jangan ganggu kami. Aku yakin kamu mengerti karena kamu sudah mempunyai perempuan yang ingin kamu nikahi. Kalau dia sangat berharga bagimu.. Kotoko sangat berharga bagiku. Aku tidak tahan melihat Kotoko sangat tersakiti” kata Kin-chan. Tapi Naoki hanya diam saja sedari tadi.
“Irie-kun, tolong katakan ‘Kotoko menyukaiku.’ Kamu pernah mengatakannya. Tolong”
“Terserah kamu” jawab Naoki lalu pergi meninggalkan Kin-chan. Kotoko tidak menyangka akan jawaban Naoki ini
“Oke. Aku akan melakukan apa yang kumau seperti yang kamu katakan. Jadi jangan ikut campur lagi, mengerti? Ini janji antara pria!” teriak Kin-chan.
Walaupun kedua pria itu sudah pergi, Kotoko masih di tempat persembunyiannya. Dia menangis sangat sedih.
“Kali ini.. apakan ini benar-benar akhir? Untuk menyerah pada Irie-kun? Tidak mungkin”
Di dalam kamarnya, Naoki kembali terlihat seperti seseorang yang memikul beban berat. Yuki masuk ke kamarnya. “Kakak. Apa kamu benar-benar akan menikahi perempuan dari pertemuan perjodohan itu?”
“Mengapa tiba-tiba?”
“Tolong beritahu aku. Apa kamu benar-benar mencintainya?”
“Ada apa, Yuki?”
“Tolong jawab pertanyaanku. Karena.. Karena perempuan yang kakak cintai itu.. Kotoko, kan? Karena di rumah sakit, kamu dan Kotoko.. berciuman…”
“Lain kali.. Aku akan mengenalkanmu dengan Sahoko-san. Dia cantik. Dia pintar memasak. Aku yakin kamu akan menyukainya. Dia cocok untukku. Aku yakin semuanya akan bekerja dengan baik..” katanya sambil membelai rambut adik kesayangannya. Seakan dia ingin meyakinkan kalau semuanya akan baik2 saja.
Pagi hari Kotoko berjalan sambil melamun di kampus. Sampai2 dia tidak melihat Kin-chan yang sudah menunggunya dan melewatinya begitu saja. Kin-chan mengucapkan selamat pagi. Setelah berbasa-basi soal menu di kafetaria, Kin-chan mengajak Kotoko nonton berdua minggu besok. Kotoko setuju. Kin-chan kembali meyakinkan kalau ini adalah ajakan kencan. Tapi Kotoko tetap menyetujuinya karena dia ingin berterima kasih atas semua bantuan Kin-chan. Hal ini membuat Kin-chan senang bukan main.
Di kantor, Naoki diberitahu sekretarisnya kalau ayahnya akan keluar dari rumah sakit minggu depan. Tentang perjodohan, mereka ingin makan malam dan membicarakan rencana masa depan setelah ayah Naoki sembuh. Naoki tidak keberatan dengan itu. Sekretaris kembali manambahkan kalau Ketua Oizumi menjanjikan bantuan dana untuk membantu keuangan, jadi sekarang perusahaan aman. Naoki sama sekali tidak terlihat bahagia.
“Irie-kun dan aku sekarang.. mulai berjalan di jalan kami sendiri. Dan lewat jalan itu.. aku bertanya masa depan apa yang menunggu kami?”
Pelangi Drama 