[Sinopsis J-Drama] Itazura na Kiss ~ Love in Tokyo Episode 15

Kotoko menerima ajakan Kin-chan untuk pergi di hari minggu, Kotoko bernarasi, “Aku dan Irie-kun mulai melangkah di jalan kami sendiri. Dan kelanjutan dari jalan itu…. masa depan seperti apa yang sedang menanti kami.”

Yuki sedang menikmati sarapannya dengan nikmat saat Naoki datang dan menyapanya di meja makan. Ny. Irie datang dan memberi tahu Naoki bahwa Kotoko pergi berkencan hari ini. Naoki tampak kaget, “Kencan?” Yuki menjelaskan bahwa Kotoko berdandan cantik dan pergi keluar. Ny. Irie duduk dan terlihat lesu karena Kotoko pergi berkencan.

Naoki langsung teringat kata-kata Kin-chan tentang betapa berharganya Kotoko bagi Kin-chan, dia yakin Kotoko pergi berkencan bersama Kin-chan. Naoki terlihat sedih untuk sejenak saja, namun dia kembali ke dunianya dan berkomentar, “Seleranya pasti sangat buruk” Naoki menuangkan kopi dengan tenang. Ny. Irie mencemaskan hal ini, “Onni-chan kau yakin dengan semua ini?” Naoki tahu maksud ibunya dan tak berkomentar. Naoki memilih pergi kembali ke kamarnya sambil membawa kopi.

Ny. Irie kembali protes dengan memanggilnya lagi. Naoki tahu persis apa yang diinginkan sang ibu, tapi dia sudah memilih. Naoki berkata pada Ibunya bahwa dia harus mempersiapkan dirinya untuk meeting di hari senin dengan membaca beberapa dokumen. Naoki kembali ke kamarnya meninggalkan Ibu dan adiknya yang terlihat kecewa dengan tingkahnya.

Di kamarnya, Naoki membaca beberapa dokumen namun saat melihat sinar matahari yang jatuh di dokumen yang dibacanya, dia mulai tak konsentrasi. Naoki akhirnya malah membuka gorden kamarnya dan menatap langit pagi itu yang terlihat sangat cerah dan menikmati sinar matahari yang menerpa wajahnya.

Kotoko dan Kin-chan baru keluar dari bioskop, Kotoko terlihat sangat senang. Kin-chan berkata pada Kotoko bahwa stressnya akan hilang hari ini. Kin-chan pun mengajak Kotoko ke game center. Mereka memainkan berbagai permainan. Mulai dari memukul-mukul taiko, lalu main tembak-tembakan hingga mencoba mengambil boneka dari salah satu mesin permainan. Kotoko berguman, “Waktu yang kuhabiskan bersama Kin-chan sangat menyenangkan lebih dari yang kubayangkan. Untuk sementara… aku bisa melupakan soal Irie-kun”

~Sinopsis Itazura na Kiss Love in Tokyo Episode 15~

Selamat Tinggal Irie-kun

 

Satomi dan Jinko kaget saat mengetahui Kotoko berkencan dengan Kin-chan. Reaksi Kotoko sangat tenang, “Aku dan Kin-chan telah berteman sejak SMA. Tapi kalo dipikir-pikir ini pertama kalinya aku berjalan berdua dengannya”  Satomi dan Jinko jadi semakin penasaran, “Lalu? bagaimana kencannya?” Kotoko mulai berpikir, Satomi jadi berkomentar, “Ternyata, Kin-chan biasa saja kan?” Satomi terlihat kecewa. Kotoko menyangkal, “Tidak Juga,,, kencan kemarin benar-benar menyenangkan lebih dari yang aku pikirkan. Waktu terasa cepat sekali berlalu” Jinko dan Satomi semakin penasaran saja dan bertanya bagaimana kelanjutannya.

Kotoko pun mengingat bagaimana kencannya bersama Kin-chan berakhir. Kin-chan mengantarnya hingga ke depan pintu gerbang rumah keluarga Irie. Kotoko berterimakasih untuk waktu yang menyenangkan. Kin-chan pun merasa  dia tidak pernah sesenang hari ini. Kotoko pun berpamitan dan mulai berjalan untuk masuk ke rumah. Kin-chan memanggilnya, “Kotoko…” Refleks, Kotoko pun segera berbalik, “Maukah… kau pergi jalan-jalan denganku lagi?” Kotoko terlihat kaget, namun Kin-chan membuatnya menjadi simple. “Aku akan mencari tempat yang membuatmu senang lagi. Jangan terlalu dipikirkan dengan serius. Pikirkan saja, kau  akan pergi ke tempat yang bisa menghilangkan stressmu dan aku akan ada bersamamu” Kotoko mengerti niat baik Kin-chan. Kotoko tersenyum dan berkata, “Tentu.  Lain kali kita akan pergi kencan lagi, Kin-chan”

Jinko dan Satomi mencoba menyadarkan Kotoko dari lamunannya, mereka penasaran tapi Kotoko malah melamun. Kotoko akhirnya sadar dan mengatakan pada kedua sahabatnya jika dia dan Kin-chan sudah berjanji untuk pergi kencan lagi. Jinko dan Satomi langsung heboh  mereka merasa ini adalah perubahan besar dalam hidup Kotoko. Satomi dan Jinko segera mengajak Kotoko untuk duduk.

Satomi berkata pada Kotoko meskipun itu hanya kencan atau sekedar pergi berpesta, Jika sesaat saja, Kotoko bisa melupakan Naoki yang tidak punya hati itu dan pergi menikmati hidupnya itu adalah hal yang sangat bagus. Tidak perlu buru-buru untuk mencari pacar, saat ini Kotoko lebih baik bersenang-senang saja, pergi dengan siapapun termasuk dengan Kin-chan. Kotoko jadi merasa tidak enak dan bertanya, “Bukankah itu kejam untuk Kin-chan?” Satomi langsung berkomentar, “Kau tahu? Jika kau berpikir seperti itu, walau sedikit saja, itu artinya kau… menyukai Kin-chan. “ Jinko membenarkan perkataan Satomi. Saat Kotoko lebih peduli pada orang lain daripada dirinya sendiri artinya Kotoko menyukainya, apakah… Kotoko menyukai Kin-chan?

Kotoko jadi bingung sendiri. Dia mencoba menelaah perasaannya, akhirnya Kotoko hanya berkata, “Aku tidak tahu… hmmm… tapi… Kin-chan adalah orang yang baik” Satomi dan Jinko hanya bisa menghela nafas, “Kau baru sadar ya?” Kotoko hanya bisa meringis, dia tampak bingung dengan perasaannya terhadap Kin-chan.

Naoki dan Sahoko baru selesai menonton pertunjukan musik. Sahoko membicarakan bahwa dia sangat menyukai pertunjukan itu, Naoki menanggapi bahwa dia suka pada Stravinsky, Sahoko tampak takjub, karena dia merasa Naoki dan musik Stravinsky memiliki kesamaan, keduanya sama-sama misterius. Itulah daya tarik Naoki. Tapi Sahoko merasa terganggu dengan orang yang tertidur di depan mereka sejak awal pertunjukkan dimulai. Orang itu mengayunkan kepalanya saat dia tertidur.

Bukannya menyimak cerita Sahoko, Naoki malah langsung membayangkan jika dia dan Kotoko pergi menonton pertunjukkan musik. Kotoko pasti akan langsung tertidur dengan mengayunkan kepalanya, hingga akhirnya kepala Kotoko bersandar di pundak Naoki. Memikirkan hal itu, Naoki jadi tersenyum lebar, bahkan membuat Sahoko bingung, “Ada apa Naoki-san?” Naoki sadar dari lamunannya dan baru ingat bahwa dia sedang bersama Sahoko.

Naoki berkata tidak apa-apa. Mereka kembali melanjutkan perjalanan untuk pergi dari gedung pertunjukan untuk makan di restoran yang menampilkan musik opera. Sahoko dan Naoki kemudian membicarakan tentang Tristan yang merupakan salah satu dari musik opera. (Akh,, Naoki dan Sahoko itu berada di dunia yang sama dan mereka cocok satu sama lain, tapi mereka tampak seperti pasangan yang membosankan)

Ny. Irie cemas karena Naoki dan Kotoko sama-sama belum pulang. Naoki pulang duluan. Ny. Irie langsung bertanya mengapa Naoki pulang sangat terlambat? Naoki mengingatkan jika dia sudah mengatakan malam ini dia pergi menonton konser dengan Sahoko. Ny. Irie masih tidak terima, memangnya konsernya selesai jam berapa? hingga Naoki pulang selarut ini. Naoki lagi-lagi mengingatkan ibunya jika dia sudah bilang bahwa dia tidak akan makan malam di rumah karena dia makan malam bersama Sahoko setelah konser.

Ny. Irie jadi khawatir dan bertanya, “Onni-chan, kau belum pernah melakukan ‘hal fisik’ dengan nya kan?” Naoki jadi ingin tertawa, apa yang dimaksud ‘hal fisik’ oleh ibunya? Memangnya dia anak SMP? Mereka berkencan dengan tujuan untuk menikah, sisanya adalah hanya khayalan ibunya saja. Naoki berniat untuk pergi ke kamarnya. Ny. Irie mengejar dan berkata bahwa dia belum memberi restu pada Naoki untuk menikahi Sahoko.

Naoki berbalik dan berkata bahwa Ayahnya sudah mengatakan bahwa Naoki bebas menentukan wanita mana yang akan dinikahinya, dan saat itupun Ibunya mengangguk, jadi dia anggap itu adalah persetujuan. Ny. Irie berkata, saat itu dia pikir, wanita yang dimaksud Naoki adalah Kotoko. Naoki tidak ingin mendengarkan lagi dan berniat naik ke kamarnya. Naoki berkata, “Aku tidak meragukan keputusanku soal pernikahanku sendiri.” Ny. Irie jadi merasa frustasi.

Kotoko datang dan menyela perdebatan ibu dan anak itu. Ny. Irie langsung menyambut Kotoko dengan pertanyaan yang membuat Kotoko bingung, “Kotoko-chan, kau juga pulang terlambat sekali. Apakah kau juga ada kencan?” Kotoko jadi bingung, juga? Lalu Kotoko melihat Naoki, mengertilah bahwa Naoki yang baru pulang kencan. Melihat reaksi Kotoko, Naoki langsung berkata bahwa dia menonton konser dengan Sahoko. Kotoko tak lagi berkomentar, tapi Ny. Irie masih menatapnya penasaran.

Kotoko pun langsung menjelaskan bahwa dia tidak pulang berkencan, dia membantu di restoran Aihara. Ny. Irie bertanya, apakah Kotoko akan menjadi Koki? tentu saja tidak mungkin tapi dia bisa membantu untuk menerima tamu dan menyajikan makanan. Dengan nada mengejek Naoki berkata, “Bagus. Orang sakit akan berkurang” Kotoko mengabaikan ejekan itu dan tetap berbicara pada Ny. Irie. Kotoko berpikir dia bisa mulai belajar di restoran, apalagi ada Kin-chan di sana. Lagi-lagi Naoki berketus ria pada Kotoko saat mendengar kata Kin-chan. “Sama saja itu kencan”

Kotoko muali kesal dan berteriak pada Naoki, “Jangan campurkan urusan cinta dan pekerjaan seperti yang dilakukan seseorang” Naoki masih tidak merasa bersalah sudah mencampuri masalah Kotoko, “Itu tergantung dari siapa yang kau bicarakan” Kotoko makin kesal, dia sadar Naoki sedang mengejek dirinya dan Kin-chan, Kotoko maju dan kembali berteriak, meminta Naoki minta maaf pada Kin-chan.

Melihat reaksi Kotoko, Naoki malah merasa bahwa dirinya benar, Kotoko semakin meradang dan dengan enteng Naoki berkata, “Sejak awal aku aku tidak tertarik dengan urusan percintaanmu” Tapi toh pada  akhirnya Naoki merecokinya juga. Ny. Irie dibuat stress oleh kelakuan Naoki dan Kotoko. Dia meminta mereka untuk berhenti bertengkar, tapi tiba-tiba dia punya pemikiran lain. “Ya Ampun… kalian bertengkar seperti pasangan yang sudah menikah” Kotoko dan Naoki dengan kompak mengatakan “Tidak” mereka tidak suka dengan pemikiran Ny. Irie, membuat Ny. Irie yang tadinya sudah agak sumringah dengan pemikirannya itu kembali menjadi sedih.

Naoki akhirnya memutuskan naik ke kamarnya lebih dulu. Dia berkata pada ibunya bahwa besok, dia tidak akan pulang untuk untuk makan malam lagi. Apakah Naoki ada kencan lagi. dengan ketus Naoki menjawab, “Bukan urusan Ibu!”

Ny. Irie menghadap Kotoko mengharapkan semangat Kotoko yang tak lelah mengejar Naoki, tapi sayangnya Kotoko sudah menyerah. Kotoko pamit karena dia harus mempersiapkan diri untuk kuliah besok pagi. Dia berkata pada Ny. Irie, mulai malam ini dia tidak akan makan malam di rumah keluarga Irie, dia akan makan malam di restoran. Kotoko pun pamit pada Ny. Irie.

Esoknya Ny. Irie curhat pada suaminya yang masih di rawat di RS. Dia merasa sedih karena semuanya menjadi gawat karena Naoki sudah sangat siap menikahi Sahoko dan sepertinya Kotoko sedang berpacaran dengan Kin-chan, bahkan Kotoko membantunya di Restoran sehingga jarak mereka semakin hari semakin dekat. Tentang hal itu, Tuan Irie menaggapi bahwa kemarin dia mendapat telepon yang mengatakan bahwa Kakek Sahoko ingin segera melakukan acara pertunangan Sahoko dan Naoki saat Tuan Irie sudah keluar dari rumah sakit. Mendengar kabar itu, Ny. Irie tentu saja semakin sedih. Impiannya untuk menjadikan Kotoko menantunya terancam gagal total.

Naoki pergi ke RS untuk menjenguk Ayahnya, saat berjalan di lorong Rumah sakit Naoki mendengar seorang dokter yang memberi semangat pada pasien anak-anaknya yang akan segera pulang. Naoki langsung teringat saat Kotoko bertanya tentang impiannya menjadi dokter, apakah pada akhirnya Naoki akan menyerah begitu saja? Naoki meneruskan perjalanan menuju kamar Ayahnya. Saat berjalan Naoki berpapasan dengan seorang dokter (yaaaayy itu Kassy, Naoki kita dari Itakiss tahun 96) Naoki menatap dokter itu bahkan setelah sang dokter menjauh, apakah Naoki kembali memikirkan impiannya?

Naoki masuk ke kamar Tuan Irie dan langsung bertanya apa yang ingin dibicarakan ayahnya dengannya. Tuan Irie memberitahu Naoki bahwa jantungnya sudah tidak seperti dulu lagi, sepertinya dia harus kembali di operasi lagi. Naoki tampak kaget dan cemas mendengarnya. Tuan Irie berkata sebelum operasi dia akan kembali ke perusahaan dan menuntaskan segala masalahnya.

Menurut Naoki itu malah akan membuat jantung Ayahnya kembali berada di bawah tekanan. Tapi Tuan Irie tidak bisa membuat Naoki menikahi wanita yang tidak dicintainya. Tidak dicintainya? Naoki kesal, lalu meminta ayahnya untuk tidak membuat kesimpulan sendiri. Tuan Irie berkata, Naoki adalah putranya, di atas perusahaan atau apapun, kebahagiaan Naoki adalah yang paling penting. Naoki semakin kesal dan membentak Ayahnya, “Ayah tidak perlu mengatakan itu padaku. Aku yang putuskan pilihan hidupku sendiri!” Naoki meminta Ayahnya untuk memikirkan dan menjaga kesehatannya dengan baik saja.

Naoki pulang ke rumah dan mengumpulkan buku-buku kedokteran di kamarnya. Naoki memasukan buku-buku itu ke dalam sebuah kantung kertas sampah dan menyimpannya di dekat meja di dalam kamar. Apakah ini artinya Naoki telah benar-benar mengubur impiannya untuk menjadi seorang dokter?

Kotoko sedang membersihkan meja di restoran Aihara, saat akan membawa piring kotor ke dapur Ayahnya menyuruhnya mengantarkan makanan ke meja no.3. Kotoko siap melakukannya, namun dia malah jadi agak kerepotan. Untungnya ada Kin-chan yang mengambilkan piring kotor yang sedang dipegang Kotoko dan berkata dia akan membersihkan piring-piring itu dan meminta Kotoko mengantarkan saja makanan yang di pesan meja nomor 3 itu. Kotoko pun berterimakasih pada Kin-chan. Odawara yang melihat adegan itu berbisik pada Ayah Kotoko, sepertinya mereka berdua sangat akrab. Ayah jadi bingung sendiri, dia tak tahu harus bagaimana menanggapi komentar itu.

Tuan Irie akhirnya pulang ke rumah, semua keluarga menyambutnya termasuk Kotoko dan Ayahnya. Saat mereka mengejutkannya Tuan Irie kembali terkena serangan jantung lagi yang membuat cemas semua orang, tapi ternyata dia hanya bercanda saja. Dia berkata dia merasa sudah sangat sehat.

Semuanya berkumpul di ruang keluarga dengan masakan Ayah Kotoko yang telah tersaji dengan indah di atas meja. Mereka semua bersulang untuk kesembuhan Tuan Irie, kemudian semua orang duduk dan mulai mengambil makanan. Tuan Irie senang sekali bisa kembali makan makanan yang enak buatan Ayah Kotoko, dia sudah bosan dengan makanan rumah sakit. Naoki mengingatkan Ayahnya untuk tetap berhati-hati dengan makanan karena Tuan Irie belum sembuh benar, Ny. Irie pun menyetujuinya.

Kedua keluarga itu memulai acara makan keluarga tersebut. Ny. Irie yang paling senang dengan hal ini, karena mereka bisa kembali berkumpul seperti keluarga lagi. Saat mereka mulai makan, tiba-tiba terdengar bel rumah keluarga Irie berbunyi. Tuan Irie heran siapa yang datang? Ny. Irie berkomentar, karena hari ini adalah hari keluarga dia tidak merasa mengundang siapapun. Akhirnya Naoki angkat bicara, dia berkata dialah yang mengundang tamu yang datang tersebut. Naoki pun pergi untuk membuka pintu.

Semua orang jadi penasaran, siapa yang sebenarnya diundang Naoki? Ny. Irie jadi tidak hati, sepertinya dia sudah menebak siapa yang diundang oleh putranya itu. Tuan Oizumi dan Sahokolah yang Naoki undang. Tuan Irie menyambut dengan senang kedatangan Tuan Oizumi yang sudah jauh-jauh datang untuk mengunjunginya. Ny. Irie langsung menarik Naoki dan berbisik kenapa dia mengundang mereka, padahal hari ini adalah acara keluarga. Naoki beralasan karena hari ini adalah acara keluarga, karena itulah dia mengundang mereka.

Ny. Irie tak bisa berkata apa-apa lagi, dia pun pasrah saja menyambut tamu barunya itu. Naoki memperkenalkan Sahoko kepada Ayahnya dan Sahoko tampak malu-malu dan canggung. Tuan Irie pun mempersilahkan Sahoko dan kakeknya untuk duduk. Ayah Kotoko meminta Kotoko untuk menyingkir dari tempatnya dan memberikan tempat mereka pada Sahoko dan Kakeknya. Sementara dengan tanggap Ny. Irie meminta Ayah Kotoko untuk duduk di sampingnya, sementara itu Kotoko jadi kebingungan karena tidak kebagian tempat duduk. Dia berinisiatif untuk mengambil kursi dari ruang makan dan duduk di antara Tuan dan Ny. Irie.

Tuan Irie memperkenalkan Istri dan anak bungsunya Yuki yang tampak canggung saat memperkenalkan dirinya di depan Sahoko. Lalu Sahoko memberikan sedikit oleh-oleh yang dibawanya. Tuan Irie membuka bungkusan oleh-oleh itu dan kaget melihat isinya, begitu juga Kotoko dan Ny. Irie yang duduk di dekatnya. Mereka kaget karena melihat makanan rumah yang dibuat Sahoko dengan sangat indah.

Makanan yang disajikan di meja pun berubah menjadi makanan yang dibawa Sahoko. Tuan Irie mencicipi makanan itu dan rasanya memang luar biasa. Tuan Irie tak segan memuji masakan Sahoko tesebut, Ny. Irie berkomentar agar suaminya tidak berlebihan karena mereka juga makan  makanan yang dibuat oleh Ayah Kotoko yang merupakan koki professional. Kotoko yang tadinya kebingungan dengan makanan Sahoko ditangannya langsung tersenyum lebar mendengar Ny. Irie memuji ayahnya.

Ayah Kotoko mengomentari masakan Sahoko yang dibuat tanpa minyak dan gula. Sahoko bilang dia membuatnya seperti itu karena mendengar Tuan Irie punya masalah dengan jantung. Tuan Irie memperkenalkan Ayah Kotoko sebagai pemilik restoran Jepang dan juga Koki professional pada Sahoko dan kakeknya. Sahoko jadi merasa malu karena makananya dicicipi oleh Koki professional. Ayah Kotoko malah tampak takjub pada bakat memasak Sahoko yang mengganti gula dengan sake manis. Ayah Kotoko jadi penasaran darimana Sahoko belajar memasak, Sahoko bilang dia hanya belajar dari ibunya.

Mendengar itu Kotoko jadi terlihat semakin bingung juga ketika memakan masakan Sahoko yang memang enak. Ayah Kotoko memuji ibu Sahoko yang sepertinya sangat professional. Yuki memuji makanan Sahoko sementara Naoki menegaskannya pada Yuki, “Benarkah?”. Yuki tampak sangat menyukai masakan Sahoko. (Aduh,, kesian liat Kotoko diabaikan semua orang seperti itu).

Kemudian Tuan Oizumi bertanya jadi Ayah Kotoko adalah sahabat Tuan Irie yang tinggal bersamanya ya? Ayah Kotoko memperkenalkan diri, dan Tuan Oizumi bertanya tentang Kotoko, Kotoko pun memperkenalkan dirinya, “Aku Aihara Kotoko” Tuan Oizumi senang bertemu dengan Kotoko dan menatapnya takjub.  Dia berkata dia sangat penasaran pada Kotoko yang sangat disukai oleh Ny. Irie. Sahoko mengingatkan Kakeknya agar tidak menatap Kotoko seperti itu. Untngnya Kotoko tidak merasa terganggu dengan hal itu

Tuan Oizumi berkata, Kotoko sangat cantik jadi tanpa sadar dia terus memandangi Kotoko seperti itu, dia pun minta maaf sementara Kotoko hanya senyum-senyum saja. Sahoko lalu berkata pada Kotoko, “Um, Kotoko-san. Bisakah kita keluar dan bicara sebentar? Aku ingin bicara sesuatu denganmu.” Kotoko mengangguk, tanda dia setuju untuk berbicara dengan Sahoko.

Kini keduanya duduk mengobrol berdua di teras samping rumah. Sahoko meminta maaf karena dirinya dan kakeknya tak sopan pada Kotoko. Kotoko menimpali kalau ia tak terganggu. Dengan gamblang Sahoko mengakui kalau dirinya dan kakeknya iri pada Kotoko. Kotoko tak mengerti. Sahoko menjelaskan ia iri karena Kotoko tinggal dengan Naoki lebih dari dua tahun dan Ibu Naoki menyukai Kotoko. Mendengar itu seulas senyum tersungging di wajah Kotoko, ia pun memberanikan diri bertanya pada Sahoko. Kenapa Sahoko suka dengan Naoki?.
“Hari saat kakek memintaku datang ke perusahaannya untuk membicarakan hal yang penting. Sebenarnya itu soal pertemuan perjodohanku dengan Naoki-san.”jawab Sahoko malu2, ia pun teringat saat Naoki menahannya karena ia hampir jatuh begitu keluar dari lift.
“Dia pria yang baik…Aku jatuh cinta pada pandangan pertama padanya. Tapi aku tidak menyangka pria itu adalah Naoki-san. Jadi saat aku bertemu dia lagi di pertemuan itu,aku terkejut sekali. Kurasa itu takdir.”lanjut Sahoko.

 

“Aku, juga jatuh cinta pada Irie-kun di pandangan pertama. Dari situ cintaku hanya bertepuk sebelah tangan. Dan akhirnya kami tinggal di rumah yang sama. Tapi aku tidak sempat merasakan itu adalah takdir. Waktu berlalu tanpa ada kemajuan dari hubungan kami.”ucap Kotoko dalam hati seraya mengingat pertemuan pertamanya dengan Naoki saat upacara murid baru dan kebersamaannya dengan Naoki sampai sekarang. “Kuharap aku bertemu dia dengan cara yang sama sepertimu.”celetuk Kotoko.
“Kau berharap kau menemuinya?”tanya Sahoko, Kotoko segera meralatnya kalau ia berharap bertemu seseorang. Sahoko curhat kalau sebenarnya ia ingin  membatalkan pertemuan perjodohan itu karena ia merasa terlalu cepat dan ia masih kuliah.  Namun kakeknya
memintanya  menghandiri pertemuan itu untuk  menemui ‘calon suaminya’.
“Meskipun…aku tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi. Hidup itu sangat aneh, ya?”pikir Sahoko, Kotoko membenarkan. Sahoko nampak sedih, ia pun mengaku kalau ia takut. “Kenapa?”tanya Kotoko.
“Setiap Naoki-san berbuat baik padaku, aku merasa Naoki-san yang sebenarnya semakin jauh. Aku merasa aku tidak bisa mengatakan apa yang benar-benar ia pikirkan. Aku kehilangan kepercayaan diri.” Sahoko berpikir kalau dirinya aneh. Kotoko yang menyimak curhat Sahoko menenangkannya, ia beranggapan hal itu terjadi karena Sahoko sangat mencintai Naoki.

 

“Sama sekali tidak aneh. Saat kau jatuh cinta pada seseorang, kau akan merasakan hal itu. Meski kau bertekad tidak menyerah…sedikit demi sedikit kau akan kehilangan percaya dirimu. Kau cantik dan pendiam. Jika gadis sempurna sepertimu merasakan itu, gadis biasa akan lebih merasakannya.”papar Kotoko yang teringat saat Naoki menolak surat cintanya. Ia juga teringat saat Naoki membopongnya karena kakinya terkilir saat bertanding tennis, kencan bersama Naoki di Odaiba dan kebersamaannya keduanya saat Yuki sakit.

“Tapi, jika dia baik padamu sedikit saja…kau akan bahagia dan berharap hal lebih akan terjadi. Kau akan jadi orang paling bahagia di dunia.Tapi, saat dia cuek padamu lagi…kau akan takut, kau merasa dia membencimu. Begitulah perputarannya tanpa akhir.”jelas Kotoko, Sahoko nampak memikirkan sesuatu saat menyimak penjelasan Kotoko.

Sahoko menebak kalau Kotoko pernah jatuh cinta dengan seseorang. Kotoko mengelak, namun Sahoko nampaknya tak sepenuhnya yakin. Ia pun nampak sedih, untuk mencairkan suasana Kotoko bilang ia yakin kalau Naoki sungguh mencintai Sahoko. Sahoko bertanya kenapa Kotoko bisa begitu yakin.
“Aku tidak tahu. Aku tidak bisa jawab. Tapi kurasa begitu. Jadi, yakinlah.”jawab Kotoko seraya memberi semangat.

Saatnya Sahoko dan kakeknya pulang, Naoki dan kedua orang tuanya mengantar sampai mobil. Tuan Oizumi berpesan agar Tuan Irie tak kerja terlalu keras dulu. Tuan Irie mengiyakan, lalu bilang kalau ia akan mengunjungi tuan Oizumi sebelum ia kembali bekerja.
Tuan Oizumi juga memperingatkan agar mereka tak lupa dengan pertunangan Naoki dan Sahoko. Naoki mengiyakan dan mengucapkan terimakasih atas bantuan tuan Oizumi.
Tuan Irie mengiyakan pembicaraan jadwalnya nanti, lalu mengucapkan terima kasih atas kedatangan tuan Oizumi. Sahoko meminta waktu untuk berbicara dengan Naoki sebentar.
Naoki menyetujui, dan menenangkan tuan Oizumi kalau ia memastikan Sahoko pulang dengan selamat.

Naoki mengajak Sahoko pergi, Sahoko pamit pada kedua orang tua Naoki. Ny. Irie nampak bête melihat anaknya jalan dengan wanita yang tak diinginkan jadi menantunya.  Ny. Irie mengeluh capek begitu masuk dan berniat menabur garam untuk membersihkan rumahnya dari kesialan (lha bukannya garam buat ngusir ular ya? Eh tapi kayaknya bisa juga untuk hantu #ingat Kasuka Kanojo :P).
Tuan Irie menimpali  agar istrinya tak bersikap seperti itu, Ny. Irie pun bertanya apa suaminya yakin dengan semua ini.  Tuan Irie menjawab mau bagaimana lagi Naoki sudah memutuskannya. Ny. Irie masih nampak tak terima dengan kenyataan itu.

Ny. Irie menemui Kotoko yang sedang mencuci piring di dapur.  Beliau menyuruh Kotoko menyelesaikannya besok saja karena Kotoko pasti lelah. Kotoko bilang kalau ia belum mengantuk, jadi ia akan menyelesaikannya. Ia juga mempersilahkan Ny. Irie tidur lebih dulu karena sudah pasti lelah dengan kesibukan hari ini. Namun Ny. Irie merasa tidak enak,  Kotoko menenangkan ia tak apa2 lagian cuciannya tinggal sedikit lalu melanjutkan mencuci piring. Setelah memandangi Kotoko beberapa saat, Ny. Irie menghampirinya dan meminta maaf. “Aku minta maaf. Aku selalu bilang kita akan jadi satu keluarga. Tapi beginilah yang terjadi. Aku mencoba untuk mendukung kalian berdua. Tapi akhirnya aku melukai perasaanmu. Aku merasa tidak enak atas apa yang terjadi.” Dengan sedih Kotoko mengatakan kalau itu bukan salah Ny. Irie. “Aku masih belum menyerah padamu, Kotoko-chan.”ungkap Ny. Irie.
Kotoko mengucapkan terima kasih karena Ny. Irie memikirkan dirinya sejauh itu.
“Aku menganggap anda sebagai ibu kandungku. Dari awal hingga seterusnya. Walaupun Irie-kun menikah.”ucap Kotoko membuat Ny. Irie terharu karena tak kuasa menahan tangisnya beliau pun segera berlari masuk kamar. Sepeninggal Ny. Irie, Kotoko menunjukkan kesedihannya.

Kotoko menyambut Naoki yang kembali dari mengantar Sahoko. Naoki bertanya apa orang tuanya sudah tidur, Kotoko mengiyakan. Naoki pun pamit, lalu beranjak menuju kamarnya.
“Hey. Sahoko-san benar-benar orang yang baik.” ujar Kotoko yang menghentikan langkah Naoki.  “Dia cantik, kan? Dia juga hebat memasak.”sahut Naoki yang malah tambah memuji Sahoko.
“Bukan hanya itu, saat aku bicara dengannya, aku bisa bilang dia sangat mencintaimu. Jika wanita seperti dia mencintaimu…tidak mungkin kalau kau tidak jatuh cinta padanya.”terang Kotoko lalu membelakangi Naoki karena tak kuasa membendung air matanya.
“Kau juga harus cari pacar yang baik.”ujar Naoki menimpali lalu melanjutkan langkahnya.

Pagi2 Kotoko sudah datang ke restoran ayahnya, dengan semangat 45 Kotoko menyapa ayahnya. Melihat sekeliling tak ada orang, Kotoko bertanya apa ayahnya sendiri di mana Kin-chan dan Odawara-san?. Ayah Kotoko menjawab kalau ia menyuruh mereka membeli sesuatu.
Kotoko pun bersiap bersih2 namun ayahnya menahannya, ada yang ingin ia bicarakan sebelum mulai bekerja. Kini keduanya duduk bersama. Ayah Kotoko pun memberitahu kalau mereka harus pindah dari rumah keluarga Irie.
“Kau sadar kemarin, kan? Naoki-kun serius soal pernikahannya. Jika sudah begitu, tidak pantas kita tinggal di rumahnya. Kurasa Oizumi-san pasti juga merasa tidak enak. Jika kita masih di sana, mereka mungkin tidak bisa menikah.”jelas ayah Kotoko, jadi mereka harus pindah dari rumah itu ke rumah baru.

Walau berat hati Kotoko mengerti, itulah yang harus mereka lakukan. Odawara dan Kin-chan sampai, namun begitu melihat bosnya sedang berbicara penting dengan putrinya Odawara mengajak Kin-chan menjauh. Namun Kin-chan tak peduli, ia malah berdiri dekat pintu.

Ayah, tahu apa yang dirasakan Kotoko. Ia pun berkaca-kaca merasakan kesedihan yang dialami putrinya.  “Tidak…Aku sungguh lemah, ya? Betapapun sakit yang kurasa, aku sudah berjanji pada diriku akan terus mencintai Irie-kun. Tapi…”ucap Kotoko terhenti, Ayah menimpali kalau penting untuk tahu kapan saatnya berhenti. “Itu kesempatan besar membuat Naoki-kun merasa kau gadis yang menarik. Kau sebaiknya segera melupakan Naoki-kun.”ujar Ayah yang membuat airmata Kotoko tak tertahankan. Dengan jelas Kin-chan mendengar Kotoko menangis, ia pun terlihat bersimpati pada apa yang dirasakan Kotoko.

Dalam perjalanan pulang, Kotoko terus menengadah ke langit. Berharap melihat bintang jatuh.“Sudah berapa banyak harapan yang ku ucapkan pada bintang jatuh. Tapi mulai sekarang, aku harus berhenti membuat harapan.” Kotoko pun memantapkan langkah dan jalan ya ng akan ia ambil.

Pagi hari di kediaman keluarga Irie, Ny. Irie nampak lesu dan tak bersemangat. Tuan Irie meminta agar istrinya tak memasang wajah seperti itu.
“Tapi aku harus bagaimana. Hari ini hari pertunangan Naoki. Ini hari terburuk yang pernah ada dalam hidupku.” Tuan Irie mencoba menghibur istrinya, ia tak ingin istrinya tertekan karena mereka akan mengadakan upacara pernikahan dan resepsi. Ny. Irie tak ingin mendengar hal itu, rasanya ia akan menangis.  Tuan Irie meminta maaf, Naoki telah selesai bersiap-siap lalu mengajak kedua orang tuanya berangkat ke acara pertunangannya dengan Sahoko.

Kotoko memandangi kepergian mereka dengan sendu, lalu ia pun mengambil foto Sahoko yang terpampang di pintu kulkas.

Naoki dan kedua orang tuanya sampai di tempat acara, namun Ny. Irie masih enggan masuk. Ia menghela nafas berat. Naoki memanggil ibunya, dengan terpaksa Ny. Irie menyusul suami dan anaknya.

Kotoko yang telah berdandan cantik nampak menunggu seseorang, orang yang ditunggu yang tak lain Kin-chan datang mengagetkannya.  Namun reaksi Kotoko biasa saja, seolah tak terjadi apa-apa Kotoko menyapa Kin-chan dengan ceria. Kin-chan pun mengajak Kotoko jalan.

Di acara pertunangan Naoki dan Sahoko, kedua keluarga saling memberikan seserahan. Raut wajah Ny. Irie masih menunjukkan kesedihan.
“Aku menerimanya dengan senang hati. Aku bahagia menerima ini selamanya.”ucap Sahoko bahagia.
“Aku terima dengan senang hati. Aku bahagia menerima ini selamanya.”balas Naoki.

Kin-chan menawari Kotoko mau makan apa. Kotoko menjawab ia ingin makan Okonomiyaki.
“Buatanku?”tanya Kin-chan. Kotoko menjawab ia belum pernah coba. Kin-chan juga menawarkan takoyaki buatannya. (kyaaa Takoyaki my favorite Japanese food hihi).
Langkah Kotoko terhenti saat melihat gaun pengantin di etalase.
“Saat ini, Irie-kun…”guman Kotoko, Kin-chan yang tahu apa yang dilihat Kotoko memanggil namanya dan menanyakan keadaannya. Kotoko pun mengalihkan pertanyaan Kin-chan dengan bilang kalau ia ingin main arkade lagi. Kotoko menambahkan kalau ia ingin Kin-chan mengambilkan boneka yang diinginkannya.
“Cantik sekali. Bertopi merah dan ada ceri kecilnya.”jelas Kotoko sembari terus melangkah namun terhenti begitu mendengar Kin-chan mengajak menikah.

Kin-chan menghampiri Kotoko dan melamarnya. Kin-chan mengeluarkan boneka yang diinginkan Kotoko dari balik jaketnya.
“Ini… bagaimana kau tahu?”tanya Kotoko terkejut melihat boneka yang diinginkannya kini dihadapannya.
“Sudah kubilang. Aku tahu yang kau pikirkan. “jawab Kin-chan. “Aihara Kotoko-san… Maukah kau menikah denganku?”teriak Kin-chan yang to the point melamar Kotoko.  Kotoko pun terhenyak sakit syoknya.

Di lain tempat, Naoki nampak berpikir, belum tahu dia kalau wanita yang dicintainya sedang dilamar pria lain.#evil smile.

 +++bersambung+++

Thanks to IDWS and islandsubs

 Written by Irfa  (Blog) dan +ari airi

Image by +ari airi [Twitter]

Only Posted on pelangidrama.net

DO NOT REPOST TO OTHER SITE!!! 
Dont’t ask next episode, ok!