[Info] Sejarah di Balik Drama Time Slip Dr. Jin

Sejarah di Balik Drama Time Slip Dr. Jin
Time Slip Dr. Jin


Hallo readers! Jumpa lagi dengan saya. Udah setaon nih gak nulis di PD. Kali ini kita akan sedikit belajar tentang sejarah. Sejarah? Mungkin di benak sebagian readers enek denger kata sejarah. Sejarah identik dengan hapalan tahun-tahun yang jelimet. Apalagi kalau guru sejarah di sekolah galak. Hayo ngaku?

Tapi belajar sejarah dari sebuah drama sangat menyenangkan. Meskipun aspek fiksi gak bisa terlepas dari sebuah drama. Tapi paling tidak kita tahu sedikit-sedikit fakta sejarah dari sebuah cerita fiksi. Makanya yuk jadi penikmat drama yang cerdas. Yang gak hanya having fun aja saat nonton drama tapi juga menambah pengetahuan kita. Kata Bung Karno Jas Merah – jangan sekali-kali melupakan sejarah.

Nah, pasti dah nonton donk Time Slip Dr. Jin yang sinopsisnya juga ada di blog tercinta kita ini. Salah satu tokoh sentralnya adalah Heung Seon Daewonggun aka P. Heung Seon aka Yi Ha Weung. Dia adalah penguasa Joseon selama kurun waktu 10 tahun (mulai dari tahun 1863/1864) meskipun dia sendiri bukan seorang Raja. Sebab putranya yaitu Yi Myeong Bok aka Raja Gojong saat naik tahta masih berusia 12 tahun. Jadi belum dianggap mampu untuk memerintah sehingga diangkatlah Heung Seon sebagai wakil raja dengan gelar Daewonggun.

Trus kok bisa Myeong Bok yang masih bau kencur diangkat jadi raja? Bagi yang nonton TSDJ pasti tahu bahwa pada masa itu sebelum Myeong Bok jadi raja, klan yang menguasai Joseon adalah klan Kim Ah Dong bukan klan Yi yang memang keturunan raja. Maksudnya menguasai di sini adalah hampir semua posisi strategis di pemerintahan yang memegang adalah klan Kim Ah Dong. Selain itu, mereka sering melakukan perkawinan antar klan terutama klan Yi untuk menancapkan pengaruh. Salah satunya yaitu Ratu Cheolin -putri dari klan Kim Ah Dong- yang merupakan istri dari Raja Cheoljong yaitu raja sebelum Myeong Bok (itu lho raja yang meninggal karena sakit, kalau di TSDJ diceritakan bahwa raja Cheoljong ini tidak punya permaisuri tapi punya selir atau simpanan yang banyak, dan dia juga jadi raja boneka klan Kim Ah Dong). Alhasil meskipun tidak naik tahta klan ini menguasai hampir semua kebijakan pemerintahan. Di tangan mereka pemerintahan Joseon menjadi pemerintahan korup yang mementingkan kepentingan bangsawan dan menindas rakyat kecil.

Raja Cheoljong wafat tahun 1864 dan tidak meninggalkan penerus tahta. Sehingga terjadi potensi konflik sebab hampir semua klan mengklaim dialah yang berhak menentukan penerus tahta. Termasuk Ratu Cheolin dari klan Kim Ah Dong dan Ibu Suri Sinjeong dari klan Jo Pyungyang.
Nah, Ibu Suri lah yang meminta Ha Weung/Heung Seon untuk mencuri stempel kerajaan agar legitimasi kerajaan ada di tangan Ibu Suri sehingga dia berhak untuk memilih penerus tahta. Ibu Suri memanfaatkan situasi ini untuk meluaskan pengaruh klannya yaitu klan Jo Pyungyang. Klannya menjatuhkan pilihan pada Yi Heung Seon sebagai satu-satunya keturunan raja yang tersisa. Heung Seon sendiri adalah keturunan tidak jelas dari Putra Mahkota Sado (cucunya Dong Yi, bagi yang nonton Dong Yi pasti tahu). Tapi Heung Seon tidak bisa naik tahta karena peraturan istana yang tidak bisa memilih penerus dari generasi sebelumnya. Jadilah putranya Myeong Bok yang diangkat menjadi raja. Klan Jo Pyungyang menganggap bahwa Myeong Bok hanyalah seorang anak yang belum dewasa dan tidak bisa memerintah sehingga mereka bisa mengatur kerajaan lewat tangan Heung Seon sebagai ayah raja.

Pada akhirnya sesuai cerita di dramanya Heung Seon Daewonggun menjalankan kekuasaannya sendiri tanpa pengaruh klan Jo Pyungyang namun fakta sejarah menunjukkan bahwa dia memberikan hak-hak istimewa bagi klan tersebut. Dia banyak mereformasi kebijakan-kebijakan pemerintahan dengan merevisi undang-undang dan peraturan rumah tangga kerajaan, menghapus peraturan-peraturan yang menguntungkan klan tertentu, mereformasi militer dll. Salah satunya adalah reformasi pajak yang selama ini menguntungkan bangsawan dan merugikan petani.

Heung Seon berkeyakinan bahwa untuk menguatkan kerajaan maka seluruh komponen rakyat harus bersatu dan mengalahkan semua musuh-musuhnya. Sehingga semua rakyat harus memiliki satu keyakinan yang sama yaitu kongfusianisme dan menolak keyakinan lain termasuk Khatolik yang dianggap dapat menimbulkan pembangkangan. Sehingga terjadilah pengeeksekusian besar-besaran untuk umat Katolik. Dia juga menolak kekuatan asing dengan tidak membuka pintu hubungan perdagangan dan budaya dengan dunia luar. Kebijakannya yang mengisolasi dunia luar ditentang oleh banyak pihak termasuk putranya sendiri yaitu Myeong Bok aka Raja Gojong. Pada tahun 1973 Raja Gojong memaksa ayahnya pensiun dan mengambil alih pemerintahan.


Itu tadi sekelumit fakta sejarah pada masa pemerintahan Heung Seon. Menurut saya ada kelebihan dan kekurangan dari kebijakan Heung Seon. Di satu sisi bagus juga untuk Joseon untuk melindungi diri dan identitasnya dari kekuatan asing. Terbukti setelah pihak asing masuk Joseon kehilangan statusnya di dunia internasional dengan intervensi Jepang, Tiongkok dan Rusia yang penuh dengan tekanan. Namun di sisi lain Joseon kan jadi kuper dan ketinggalan di bidang teknologi. Sebab memang tidak bisa dipungkiri teknologi maju pesat di dunia barat. Nah, seyogyanya kita bersikap moderat/pertengahan yaitu mengambil hal-hal yang baik dari barat/asing dan membuang yang jelek-jelek. Karena memang tidak semua dari barat itu bagus.

Kebijakan Heung Seon untuk menolak semua keyakinan menyebabkan banyaknya kematian dan hilangnya HAM di kalangan rakyatnya. Hendaknya kita saling bertoleransi. Untukmu agamamu untukku agamaku. OK?

Oh, iya hampir lupa. Sebenarnya sumber yang saya ambil sangat sedikit jadi jika teman-teman punya tambahan informasi silahkan di share!

Written by Ganis
Thanks to doramax264
Posted on @pelangidrama

Tinggalkan komentar