Eun Gi dan Ma Roo duduk berdampingan di pinggir pantai. “Aku tidak tahu ada tempat seindah ini di Korea. Ini bukan pertama kalinya kau ke sini ya?”tebak Eun Gi. Ma Roo menjawab kalau itu pertama baginya sebelumnya ia ingin mengajak seseorang ke sana tapi batal. Eun Gi bertanya siapa itu.
“Dia orang yang pernah aku cintai.”jawab Ma Roo. Eun Gi kembali bertanya siapa orang itu. Setelah terdiam sebentar Ma Roo menjawab Han Jae Hee, yang membuat Eun Gi sedikit salah tingkah. Ma Roo menatap Eun Gi dan bertanya sejak kapan Eun Gi tahu hubungannya dengan Jae Hee. “Apa itu penting?”tanya Eun Gi tanpa memandang Ma Roo.
“Kenapa kau tidak memberitahuku?”. Eun Gi menjawab kalau ia tak ingin kehilangan Ma Roo.
“Aku yakin sekarang kau pasti sudah menyadari niatku saat aku mendekatimu.”ujar Ma Roo, Eun Gi mengatakan kalau itu tak masalah yang lebih ia pikirkan adalah perasaan Ma Roo padanya.
“Entah kenapa, aku hanya ingin memilikimu. Apa kau ingin tidur denganku? Kenapa kau tidak pernah memintaku tidur denganmu?”tanya Eun Gi. Walau sempat terhenyak dengan pertanyaan Eun Gi, Ma Roo mengungkapkan kalau yang diinginkannya bukan Seo Eun Gi melainkan Jae Hee. Eun Gi terperangah tak menyangka Ma Roo mengatakan hal seperti itu. Kyaaaa, Ma Roo bohong tuh ~_~.
“Jika kau tidak bisa melepaskanku…jika kau pikir kita masih memiliki kesempatan…Aku mungkin bisa berubah pikiran. Bukan Seo Eun Gi yang meninggalkan segalanya demi seorang pria…tapi Seo Eun Gi penerus tahta Tae San.”ungkap Ma Roo. Jika seperti itu mungkin Ma Roo akan mempertimbangkannya.
Setelah mencerna kata2 Ma Roo Eun Gi nampak marah, ia pun bangkit diikuti Ma Roo.
“Apa kau mau aku melakukannya? Jika kau mau, aku akan mempertimbangkannya dengan serius.”tukas Ma Roo. Eun Gi mengatakan kalau ada sesuatu yang ingin ditanyakannya. Eun Gi bertanya apa yang Ma Roo katakan dan lakukan selama ini untuknya semuanya sudah Ma Roo rencanakan dan perhitungkan. “Mungkin”jawab Ma Roo datar.
“Bahkan saat kau mengambilkan bonekaku di tebing?”tanya Eun Gi, Ma Roo menjawab sama seperti tadi. (Kok jawaban Ma Roo kayak ngantung gitu ya).
“Apa kau idiot? Kau bisa saja jatuh dari tebing dan meninggal! Kau melakukan semua itu hanya demi wanita?”tanya Eun Gi lagi. Eun Gi mengatakan itu tak masuk akal entah itu demi Jae Hee atau bukan Ma Roo bisa meninggal, lalu Eun Gi bertanya kenapa Ma Roo berbohong. Karena Kang Ma Roo yang ia lihat dan kenal berbeda dengan orang yang ada di depannya saat ini. Itulah kenapa Eun Gi meninggalkan semuanya dan datang ke Ma Roo.
Eun Gi masih mencoba mempercayai Ma Roo ia memeluk Ma Roo dan mengajak Ma Roo lari, kemana pun Ma Roo pergi Eun Gi akan ikut. “Di manapun yang kau mau, aku akan ikut denganmu. Ayo kita pergi ke tempat di mana tak ada yang mengenali kita”. Tapi Ma Roo malah melepaskan pelukan Eun Gi. Sembari tersenyum miris, Ma Roo merapikan poni Eun Gi lalu mengatakan kata2 yang melukai Eun Gi.
“Itulah kenapa kau tertipu. Aku harus berpura-pura mempertaruhkan nyawaku untukmu. Itulah bagaimana seseorang sepertimu…Seseorang sepertimu yang emosional, skeptis, dan menjengkelkan bisa jatuh cinta padaku. Apa kau tidak tahu aku akan melakukan apa saja untuk mendapatkan Jae Hee noona kembali?”ungkap Ma Roo, yang tentu saja yang diucapkan Ma Roo itu bohong walau tadinya benar. Dengan perasaan terkhianati dan mencoba tegar Eun Gi pergi meninggalkan Ma Roo.
Di ruang kerjanya, Presdir menelepon telepon dari pengacara Park. Presdir menyalankan loud speakernya. Pengacara Park memberitahukan kalau ia telah menyelesaikan tahap pertama rencana Presdir. Di lain tempat Jae Hee menemui Eun Suk yang tertidur, Jae Hee pun melihat keluarga bahagia yang digambar Eun Suk, ada dirinya,presdir dan Eun Gi. Jae Hee terharu dan memegang tangan Eun Suk dengan erat.
Pengacara Park meminta Presdir mempertimbangkan kembali rencananya, Presdir mengingat kalau besok ulang tahun Eun Gi pengacara Park membenarkan. Tetiba Presdir merasakan penyakitnya kembali kambuh, selang beberapa detik Jae Hee masuk. Melihat Jae Hee masuk Presdir segera bertanya ke mana saja Jae Hee pergi tanpa membawa ponsel dan wajahnya terluka. Jae Hee hanya diam memandang Presdir sinis, Presdir berteriak memanggil nama Jae Hee. Dadanya kembali sesak, Jae Hee menyerahkan dokumen berkas yang diambilnya kemarin. Presdir melihat isi berkas itu, ternyata itu bukti salinannya bukan aslinya. Presdir tak menyangka Jae Hee menyimpannya.
“Aku menyimpan salinannya untuk berjaga-jaga. Aku tidak menyangka akan menggunakannya seperti ini.”jawab Jae Hee. Tanpa Jae Hee sadari percakapannya terdengar oleh pengacara Park yang menelepon presdir karena Presdir belum mematikan ponselnya, dan kebetulan ponselnya tertutup berkas Presdir.
Presdir tak menyangka Jae Hee berani mengancamnya, ia pun syok. “Untuk melindungimu…Aku mempertaruhkan nyawaku. Aku bahkan menghancurkan hidup seorang pria yang aku cintai lebih dari diriku sendiri.”
“Han Jae Hee…Bagaimana kau bisa…Kenapa kau lakukan ini padaku?”tanya Presdir tak percaya. Jae Hee menjawab kalau Presdir juga tak pernah mempercayainya, bahkan selalu meragukan dan mengawasinya. Jae Hee bertanya kenapa Presdir melakukan itu.
“Apa karena perbuatan ibu Eun Gi padamu? Orang yang kau cintai…satu-satunya yang masih terus kau pikirkan hingga saat ini…Aku tahu itu adalah ibu Eun Gi.”ungkap Jae Hee. Jae Hee mengatakan ia tak pernah mempermasalahkan hal itu, karena selama ini ia juga memiliki pria lain dalam hatinya. Presdir tak kuasa menahan sakitnya, ia berusaha mengambil obatnya namun terjatuh. Botol obat itu jatuh ke kaki Jae Hee, Jae Hee mengambilnya namun tak segera menyerahkannya padahal Presdir sangat membutuhkan itu.
“Berikan Eun Suk dan Eun Gi bagian yang sama.” pinta Jae Hee. “Jika kau setuju melakukannya…Aku akan meninggalkan semua yang kau berikan padaku dan jika perlu keluar dari sini telanjang. Jika kau ingin menghukumku karena mengkhianatimu. Aku bersedia menerima hukuman itu.” Tangan Presdir mengisyaratkan agar Jae Hee memberikan obatnya, namun Jae Hee terus saja nyerocos.
“Presiden, aku mohon padamu, tolonglah. Aku mohon hanya kali ini saja. Eun Suk itu juga anakmu!”seru Jae Hee memohon diiringi tangisnya.
Sudah tak kuat menahan rasa sakitnya, Presdir terjatuh. Jae Hee segera menghampirinya, mendengar teriakan Jae Hee memanggil-manggil Presdir, pengacara Park terhenyak paham kondisi Presdir saat ini. Jae Hee berusaha membangunkan Presdir.
Di pantai, Ma Roo masih duduk di pinggir pantai merenung sendirian.
Jae Hee berusaha menelepon ambulans,namun ditahan dan ditutup pengacara Ahn. “Apa yang kau lakukan?”tanya Jae Hee. Jae Hee berusaha menghubungi lewat ponselnya namun ponselnya malah direbut pengacara Ahn. Dan lagi2 percakapan ini masih terdengar oleh pengacara Park. Pengacara Ahn mengatakan Presdir sudah sekarat jadi anggap saja ini musibah yang tak bisa dihindari. Jae Hee tak menyangka pengacara Ahn mengatakan hal itu, ia hendak memanggil seseorang namun dihalangi. Pengacara Ahn menambah Presdir selama ini hidup mewah yang belum tentu orang lain dapat menikmatinya jadi Presdir meninggal pun tak ada penyesalan. “Kau gila!”maki Jae Hee, lalu ia berteriak memanggil ahjuma namun segera dibungkam pengacara Ahn.
“Kau meminta bantuanku kan? Kau bilang kau ingin tinggal di sini selama mungkin.”ujar pengacara Ahn mengingatkan, Jae Hee juga bilang kalau tak ingin kembali ke kehidupannya dulu, kini mereka tak punya pilihan lain selain membiarkan Presdir mati. Pengacara Ahn melepaskan bekapannya, Jae Hee hanya bisa menangis. “Pikirkan seseorang yang harus kau lindungi saat ini. Bagiku, orang itu kau. Pikirkan Eun Suk saja. Pikirkan Eun Suk sebagai satu-satunya alasan kau melakukan ini.”pesan pengacara Ahn.
Di lain tempat nampaknya pengacara Park merekam pembicaraan mereka, Jae Hee hanya bisa terduduk menahan tangis di samping mayat presdir.
Eun Gi kembali menuju Seoul, ia tak mengindahkan ponselnya yang berbunyi. Beberapa saat kemudian sms masuk dari pengacara Park memberitahukan kalau Presdir telah meninggal. Eun Gi hampir menabrak karena fokus membaca sms namun ia segera membanting stirnya.
Eun Gi nampak syok dengan berita yang didapatnya. Di lain tempat Ma Roo juga bersiap kembali ke Seoul.
Eun Gi kembali menyetir namun tetiba ia berbalik arah memutar mobilnya kembali ke pantai. Di lawan arah Ma Roo juga dalam perjalanan kembali ke Seoul. Keduanya bertemu dalam terowongan, Ma Roo tersenyum melihat mobil Eun Gi. Sedangkan Eun Gi menahan amarah dan duka. Tetiba Eun Gi mengambil jalur mobil yang dilalui Ma Roo, Eun Gi hendak menabrakkan mobilnya ke arah Ma Roo. Melihat itu Ma Roo bukannya menghindar tapi Ma Roo malah tersenyum menunggu Eun Gi menabraknya. Kecelakaannya pun tak bisa hindari.
Berita kematian Presdir Taesan tersiar di berita TV. Jae Shik yang sedang makan di kedai melihatnya, tadinya Jae Shik tak begitu tertarik walau nama Jae Hee disebut. Tapi begitu berita kecelakaan Eun Gi anak Presdir Taesan mengalami kecelakaan juga tersiar, ia pun mulai tertarik. Mendengar putri satu2nya almarhum yang diperkirakan menjadi penerus Taesan kecelakaan, nampaknya Jae Shik berpikir Jae Hee pasti akan menguasai semuanya.
Di lain tempat, Jae Gil hadir di pemakaman ayahnya. Jae Gil hendak pergi, anak buah ayahnya yang juga pernah bertemu dengan Jae Gil di toko tempat Cho Ko bekerja bertanya apa Jae Gil tak mampir ke rumah. Jae Gil menjawab tidak, padahal kakak beserta istrinya menunggu Jae Gil di rumah. “Mereka takut aku akan kembali ke rumah. Aku tak perlu menemui mereka untuk mengetahui hal itu.”kata Jae Gil. Jae Gil juga tahu kakaknya lebih parah dari almarhum ayahnya. Jae Gil bertanya-tanya kenapa kakaknya seperti itu padahal uang tidak bisa dibawa saat kita mati. #setuju dengan Jae Gil ^^
Berita selebaran hilangnya Eun Gi disebar para pekerja yang pernah bertanding minum dengan Eun Gi. Jae Shik yang dengan sengaja datang ke kantor Taesan melihatnya. Jae Shik mencari informasi apa mereka belum menemukan Eun Gi. Pekerja itu mengatakan kalau mereka belum menemukan Eun Gi sejak 11 bulan yang lalu saat Eun Gi mulai hilang dari rumah sakit. Jae Shik berpikir siapa yang akan mengambil alih Taesan jika Eun Gi tak segera kembali.
Dan tentu saja yang memegang kendali saat ini Jae Hee dan pengacara Ahn. Semua orang kini memberi hormat pada Jae Hee saat Jae Hee lewat. Jyah Jae Hee potong rambut untuk mengubah penampilannya,kalau rambutnya pendek gini kayak emak2 hahaha.
Pengacara Ahn memandang sinis saat melewati pengacara Park, sementara pengacara Park menahan emosi dan kekesalannya. Ia teringat hari kematian Presdir Seo.
Flashback; Tetiba telepon ruangan kerja pengacara Park berbunyi, ia pun segera mencabut kabelnya namun pengacara Ahn terlanjur mendengarnya. (Lho ruangannya emangnya berdekatan ya? Hmmmm aneh bin misterius XD.) Pengacara Ahn pun segera memeriksa meja Presdir dan menemukan ponsel Presdir yang masih menyala. Melihat nama yang tertera di ponsel, pengacara Ahn tahu ia berhadapan dengan siapa. Pengacara Ahn mengambil teleponnya dan berbicara pada pengacara Park.
“Joon Ha!”sapa pengacara Ahn. Pengacara Park segara menanyakan keadaan Presdir.
“Aku tahu kita memiliki tujuan yang sama.”jawab pengacara Ahn. Pengacara Park berseru kalau ia bertanya apa Presdir meninggal, ia juga menambahkan kalau semua percakapan sudah direkamnya dan akan membawanya ke kantor polisi.
Pengacara Ahn tak takut dengan ancaman pengacara Park. “Silakan saja lapor ke polisi. Ada satu dokumen lagi yang perlu kau bawa ke kantor polisi.”tantang pengacara Ahn. Dokumen itu adalah bukti keterlibatan ayah pengacara Park dalam kecelakaan mobil ibu Eun Gi. Pengacara Park tak percaya dengan omongan pengacara Ahn. Pengacara Ahn menegaskan kalau itu benar, karena dirinya karyawan paling dipercaya oleh ayah pengacara Park ia pun ikut dilibatkan. Pengacara Ahn mengungkapkan kalau ayah Joon Ha melakukannya karena pengabdiannya sebagai pelayan yang setia. Saat itu ibu Eun Gi mengancam Presdir Seo akan membawa Eun Gi bersama. Pengacara Park tak percaya dengan cerita yang didengarnya ini. Percaya atau tidak pengacara Ahn mengancam akan mengirim buktinya langsung ke Eun Gi. “Dia cukup pintar untuk memutuskan. Jika dia tahu bahwa ayahmu terlibat dalam kecelakaan ibunya…menurutmu, bagaimana perasaannya?”ujar pengacara Ahn memperingatkan. Flashback End.
Pengacara Park hanya bisa menahan kesal mengingat semua itu.
Jae Hee ditemani pengacara Ahn pergi ke sebuah mall untuk menemui Nyonya Cho. Istri Presdir Park dari Mi Rae group yang menjadi lawan Taesan untuk lelang terbuka Seoul Duty Free Store. Jae Hee menyapa Ny. Cho namun Ny. Cho tak mengenalinya. Jae Hee pun memperkenalkan diri, sebagai perwakilan dari Taesan. Keduanya saling memuji, Ny. Cho pun teringat sesuatu. “Kudengar Tae San akan melakukan apa saja demi memenangkan lelang Duty Free Store. Bagaimana kalau kita bermain secara adil?”ujar Ny. Cho. Keduanya berjabat tangan, Jae Hee pun menyetujuinya.
Keduanya kembali bertemu di restroom. Namun wajah Ny. Cho menunjukkan tak bersahabat. Ny. Cho bertanya apa Jae Hee mengajukan permohonan menjadi anggota VVIP di hotelnya. Jae Hee mengiyakan, Ny. Cho pun mengatakan kalau ia memberitahu ke karyawannya agar menolak Jae Hee bergabung dalam klub. “Jika kami membiarkan orang rendahan dan tidak berkelas seperti kau…anggota lain pasti tidak akan senang.”ungkap Ny. Cho. Jae Hee tak mengerti maksud Ny. Cho. Nyonya Cho mengatakan kalau hal itu dikarenakan Jae Hee wanita simpanan Presdir dan jelas kalau harta kekayaan Presdir bukan milik Jae Hee seutuhnya. Jae Hee tak terima dirinya dihina, ia pun mengatakan kalau Ny. Cho keterlaluan. Ny. Cho melakukan itu karena ada alasannya, ditambah ia berpikir kalau Jae Hee hanya berusaha membuktikan kalau dirinya mampu memenangkan lelang karena orang2 menjelek-jelekkannya. Ny. Cho menyarankan agar Jae Hee tak membodohi dirinya sendiri, diam lebih cocok untuk Jae Hee. Jadi hingga pemilik sebenarnya Seo Eun Gi kembali Jae melakukan tugasnya dan menjaga Taesan. Sebelum beranjak pergi Ny. Cho memberitahu kalau ibu Eun Gi sahabat baiknya hingga akhir hayatnya. Jae Hee tampak menahan kesal dan amarah tak terima dirinya dihina.
Di sebuah perjudian jalanan, tabib Heo eh bapak2 ikut bertaruh. (Ini bapak2 dipecat jadi kasim sama Hwon trus gagal jadi tabib mau jadi penjudi kali ya wkwkkw.) Namun sayang taruhan bapak itu gagal, di ronde kedua bapak itu nampak ragu ia pun beranjak pergi. Namun sang bandar mengiming-imingi kalau tebakannya benar ia akan membayar 20 kali lipat dari taruhan. Bapak itu pun mempertaruhkan semua uangnya,namun sayang sekali ia salah tebak. Sang bandar pun akan mengumpulkan semua uangnya, namun tetiba datang pahlawan kita menghalaunya. Siapa lagi kalau bukan Ma Roo dengan penampilan barunya. Ma Roo pun mengambil bola yang terselip di tangan sang badar, yang seharusnya di dalam gelas. Ma Roo juga mengenali kalau pemasang taruhan yang lain bersengkokol dengan sang bandar.
Ma Roo mengembalikan uang bapak tadi. Ma Roo memperingatkan agar bapak itu tak melakukannya lagi karena ia bukanlah tipe orang yang beruntung dalam memenangkan uang, bagaimanapun caranya. Ma Roo juga mengakui kalau almarhum ayahnya pernah menjadi penipu. “Maaf, tapi siapa kau?”tanya bapak itu. Sembari melepaskan kacamatanya Ma Roo menyebutkan namanya, lalu mengajak bapak itu makan.
Keduanya makan di restoran. Bapak tadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Ma Roo, jika ia kehilangan uangnya pasti ia sudah gantung diri. Ma Roo bertanya kenapa bapak itu melakukan hal seperti dengan uang pinjamannya. “Itu karena…Kupikir aku bisa mendapat tambahan uang. Tagihan obat istriku saja menghabiskan 2 hingga 3 juta won sebulan.”jawab bapak tadi. “Oya…darimana kau tahu bahwa itu adalah uang pinjaman?”tanyanya. Bukannya menjawab Ma Roo malah memperingatkan agar bapak itu harus berhenti berjudi karena semua itu telah diperhitungkan sang bandar.
“Siapa kau?”
“Sekarang aku akan membuat penawaran yang tidak mungkin kau tolak. Apa kau ingin mendengarnya? Tuan Chung Mok Il, kepala Laboratorium Joo Oh Elektronik.”ujar Ma Roo.
“Kau bahkan tahu namaku? Siapa kau?”tanya bapak tadi yang ternyata bernama Chung Mok Il. Ma Roo menjawab kalau itu tak penting saat ini. Tuan Chung hendak pergi, namun kata2 Ma Roo menghentikan langkahnya. Ma Roo mengungkapkan kalau ia tahu kondisi tuan Chung yang membutuhkan banyak uang untuk biaya pengobatan istrinya, membayar hutang di bank dan rentenir, biaya sekolah anaknya.
Tuan Chung bertanya siapa yang menyuruh Ma Roo, Ma Roo menjawab kalau itu juga tak penting. Ma Roo mengeluarkan sebuah flashdisk dan menaruhnya di meja,tuan Chung terduduk di kursi kembali. “Ini soal teknologi obat kanker yang sedang dikembangkan oleh laboratoriummu. Jika kau memberikannya padaku kau tidak perlu khawatir soal uang lagi seumur hidupmu.”tawar Ma Roo. Tuan Chung gelagapan mendengarnya.
“Aku tidak tahu perusahaan pesaing mana yang menyuruhmu melakukan ini, tapi…berapa banyak yang kau dapat setelah kau melakukan hal ini?”tanya tuan Chung.
“Banyak. Aku dapat banyak.”jawab Ma Roo, Ma Roo bersiap menenguk air putih di gelasnya namun tetiba gelasnya terlepas dan ia merasakan sakit kepala. Ma Roo pun muntah-muntah di toilet.
Di rumah, Cho Ko kedatangan seseorang anak yang mengaku ayahnya telah ditipu Ma Roo. Cho Ko berbaik hati memberinya minum namun anak itu malah menghempaskan nampan yang dipegang Cho Ko hingga susunya tumpah. “Kenapa kau lakukan itu? Dia melakukan itu karena peduli.”seru Jae Gil memperingatkan, Jae Gil tak terima Cho Ko diperlakukan seperti itu namun Cho Ko mengisyaratkan kalau ia tak apa2. Cho Ko menenangkan kalau kakaknya pulang ia akan bertanya padanya.
“Kurasa kau salah. Kakakku tidak akan pernah melakukan hal seperti itu. Aku bisa bersumpah.”ucap Cho Ko. Cho Ko yang tak percaya dengan tuduhan yang dijatuhkan pada kakaknya, mengajak anak itu bertaruh. Anak itu hanya bisa menahan amarah.
Beberapa menit kemudian Ma Roo tiba di rumah. Ma Roo merasa tak mengenal anak laki2 yang ada di hadapannya. Cho Ko menjelaskan anak itu datang memberitahukan kalau ayahnya bangkrut karena Ma Roo sehingga ayahnya berusaha bunuh diri dan sekarang ada di rumah sakit.
“Itu bukan gara-gara Oppa kan?”tanya Cho Ko, Jae Gil hanya bisa menghela nafas mendengar pertanyaan Cho Ko. Ma Roo bertanya pada anak itu siapa nama ayahnya.
Anak itu diam saja, Cho Ko pun memberitahu kakaknya siapa ayah anak itu dan kembali menanyakan kalau Ma Roo tak ada hubungannya dengan semua itu.
Ma Roo beranjak pergi, namun Cho Ko menahannya. Cho Ko meminta Ma Roo menjelaskan pada anah itu kalau kakaknya tak terlibat. “Kenapa kau menyalahkanku padahal ayahmulah yang bodoh dan lemah?”ujar Ma Roo, Cho Ko terhenyak mendengarnya. Ma Roo pun semakin mengeluarkan kata2 sinis dan tak simpati. “Aku tidak menyuruhnya untuk tertipu. Kenapa dia mudah percaya sama orang? Apa dia sudah mengenalku dengan baik sehingga mempercayaiku? Kenapa dia bisa mempercayaiku padahal dia cuma tahu sedikit tentangku? Ayahmu bodoh sekali percaya padaku.” Anak itu mencoba menahan emosinya, Cho Ko syok mendengar kakaknya benar berbuat seperti itu. Ma Roo menyarankan anak itu kembali setelah ia siap melawan Ma Roo. “Jika kau ingin balas dendam, persiapkanlah dulu dirimu.”saran Ma Roo.
Ma Roo beranjak masuk ke dalam rumah, namun kata2 Cho Ko menghentikannya.
“Lebih baik kau mengencani wanita dan menguras uang mereka. Aku lebih suka melihatmu mengencani wanita demi uang mereka, Kang Ma Roo.”ujar Cho Ko, Ma Roo tak menanggapinya ia pun masuk ke dalam rumah.
Ma Roo termenung sesaat, kemudian merebahkan dirinya lantai tanpa alas. Jae Gil masuk menemuinya,”apa kau sudah tidur?”tanyanya. Tak ada jawaban, Jae Gil pun membangunkan Ma Roo namun Ma Roo tetap di posisinya. Jae Gil pun berbicara sendiri, ia mengatakan kalau Cho Ko berpikir bahwa orang asing merasuki tubuh Ma Roo sejak kecelakaan.
“Kang Ma Roo yang kami kenal meninggal saat itu dan…jiwa seseorang yang asing datang merasuki dan hidup dalam tubuhmu.” Jae Gil juga bilang kalau Cho Ko berniat ke dukun untuk mengusir roh jahat.
“Kau tadi kaget kan? Seseorang hampir mati karenamu. Sebenarnya kau kaget kan?”tebak Jae Gil. Jae Gil merasa kalau Ma Roo melakukan semua itu karena ia ingin mati. Ma Roo membuka matanya, Jae Gil bertanya apakah Ma Roo akan memilih mati jika dirinya yang menanggung biaya hidup dan tagihan rumah sakit Cho Ko selamanya. Kini Ma Roo bagai hidup segan mati tak bisa. “Jika kulihat kau akhir-akhir ini, kau seperti gurun yang kering. Kau seperti tidak punya keinginan untuk hidup. Kau tidak memiliki tujuan dan hanya ingin mati jika bukan karena Cho Ko.” papar Jae Gil. Jae Gil melanjutkan kalau mereka sangat mengkhawatirkan Ma Roo, Jae Gil menguatkan Ma Roo kalau dulu Ma Roo bisa melaluinya saat Jae Hee meninggalkannya, sekarang pun Ma Roo pasti bisa melaluinya. Sembari menangis Jae Gil meminta Ma Roo tak bersikap seperti itu, Ma Roo hanya diam tanpa berbalik.
Sesampainya di rumah, Jae Hee telah ditunggu kakaknya di depan pintu karena tak dibukakan pintu oleh pembantu rumah Jae Hee. Jae Hee mengingatkan kalau kakaknya sudah berjanji tak akan kembali setelah ia memberinya uang. Jae Shik mengatakan kalau ialah satu2nya keluarga Jae Hee, Jae Shik mengajak masuk ke dalam rumah namun Jae Hee menahannya. Jae Hee bertanya apa kakaknya menghabiskan semua uangnya untuk berjudi. “Itukah alasanmu datang ke sini merangkak seperti gelandangan lagi?”seru Jae Hee.
“Gelandangan? Apa-apaan?”balas Jae Shik, lalu bersiap memukul Jae Hee.
“Awas kalau kau berani memukulku! Jika kau berani, kali ini aku akan memastikan kau membusuk dalam penjara minimal dua puluh tahun.”tantang Jae Hee. Jae Shik pun mengurungkan niatnya memukul adiknya, Jae Hee mengusir dan memperingatkan Jae Shik kalau ia tak akan memberi Jae Shik uang sepeser pun.
Jae Hee yang menahan emosi sedaritadi menumpahkannya dengan membanting gelas yang selesai diminumnya lalu masuk ke kamar Eun Gi. Jae Hee teringat kata2 Ny. Cho yang menghinanya. Jae Hee memanggil ahjuma menyuruhnya mengeluarkan barang2 Eun Gi karena ia akan mengubah kamar Eun Gi menjadi tempat bermain Eun Suk. Ahjuma nampak ragu, karena mungkin saja Eun Gi bisa kembali. Jae Hee berseru kalau Eun Gi tak akan kembali. Betapa keras mereka mencoba mencari Eun Gi, tetap saja Eun Gi tak ditemukan.
Di dalam kamarnya Ma Roo termenung sendirian memandangi selebaran info menghilangnya Eun Gi. Ma Roo teringat pengakuan Eun Gi saat Eun Gi datang malam hari dalam keadaan basah kuyup. Ia juga teringat kata2 terahir Eun Gi saat keduanya berpisah di pantai.
“Kang Ma Roo, laki-laki yang aku lihat…Kang Ma Roo, laki-laki yang aku kenal…berbeda dengan orang yang ada di depanku saat ini, yang mengingkari janjinya. Itulah kenapa aku meninggalkan semuanya dan memilihmu. Apa kau tidak mengerti?”seru Eun Gi.
Keesokan harinya Jae Hee kembali menemui Ny. Cho yang sedang melakukan perawatan dengan senyum mengembang. Sebelum dirinya diusir Jae Hee menunjukkan sebuah foto pada Ny. Cho, foto suaminya dengan seorang wanita. Ny. Cho terlihat cuek, Jae Hee pun memberikan foto lain. Dan itu foto Jae Hee bersama suami Ny. Cho. Jelas Jae Hee ada maksud menemui suami Ny. Cho karena ingin mendapatkan dukungan untuk lelang tunggal. Jae Hee mengingatkan kalau ia mampu merayu suami Ny. Cho. Ny. Cho hendak menampar Jae Hee, namun Jae Hee menahannya dan kembali mengingatkan kalau sangat mudah menaklukan suaminya. Jadi Ny. Cho harus hati2, untuk mencegah semua itu Jae Hee mengungkapkan keinginannya. Yaitu memberikan hak hak lelang tunggal padanya, menghentikan penolakan testil Taesan yang disupply ke Mi Rae departemen store milik Ny. Cho. Jae Hee juga menyuruh Ny. Cho berlutut dan mohon maaf padanya atas penghinaan yang membuatnya tersinggung.
Di tempat kerjanya, Cho Ko teringat kenangan masa kecilnya bersama kakaknya. Kakaknya yang mencucikan bajunya, mengikat rambutnya dan menggendongnya saat ia sakit. Cho Ko tak kuasa menahan air matanya mengingat semua itu. Dengan wajah sedih ia kembali melanjutkan bersih-bersihnya. Tetiba datang Jae Gil dari balik kaca, Cho Ko pun menghapus airmatanya. Jae Gil mencoba menghibur Cho Ko dengan memberi semangat lewat tulisan yang diperlihatkannya dari balik kaca.
“Ayahku meninggal. Ternyata aku lebih sedih dari yang kukira. Tapi aku masih berusaha tersenyum seperti ini. Jadi kau harus berhenti marah.Tersenyumlah! Jika kita percaya, Ma Roo akan kembali pada kita lagi.” Cho Ko terharu dengan kata2 yang ditulis Jae Gil, ia pun keluar dann menghambur ke pelukan Jae Gil. Karena saking eratnya, Jae Gil menjadi berdebar-debar. Ia pun melepaskan pelukan Cho Ko hahaha.
Ma Roo mendapat telepon dari Tuan Chung, ia mengabarkan kalau ia menerima tawaran Ma Roo. Keduanya pun janjian bertemu.
Jae Shik sedang dalam perjalanan menanjak menuju rumah Ma Roo, namun dirinya sedang sakit perut. Di depan tak jauh darinya berjalan dua orang wanita yang tak lain sekretaris Hyun dan Eun Gi. Sebelum jauh, sekretaris Hyun pamit kembali karena kunci mobilnya ketinggalan dan berpesan agar Eun Gi tak pergi kemana-mana. Beruntungnya Jae Shik tak melihat Eun Gi, karena Jae Shik keburu masuk ke dalam toilet saat Eun Gi berbalik tersenyum manakala mendengar anak kecil yang dipukul dengan gulungan tissue oleh Jae Shik menangis.
Ma Roo bersiap keluar rumah menemui Tn. Chung sementara Eun Gi melanjutkan langkahnya menuju rumah Ma Roo. Eun Gi tersenyum melihat anak2 yang sedang menulis di tembok. Eun Gi ikut mengambar dan menulis di tembok, Eun Gi hendak menulis nama Kang Ma Roo di samping gambarannya namun ia malah menulisnya Kang Roo Ma. Untung bukan Roma Irama wkwkkw.
Kedua anak kecil tadi membaca tulisan Eun Gi sebagai Kang Roo Ma. Ma Roo yang terus berjalan menghentikan langkahnya begitu mendengar Eun Gi mengatakan kalau ia bukan menulis Kang Roo Ma tapi Kang Ma Roo. Kedua anak kecil itu pun mengejek Eun Gi yang tak bisa menulis Hangeul dengan benar padahal udah gede.
Merasa prihatin dengan ejekan anak2 kecil itu Ma Roo mengambil krayon dan menuliskan namanya di tembok. Kedua anak kecil itu pergi dipanggil ibunya, Eun Gi memperhatikan tulisan yang ditulis Ma Roo.
“Sekarang aku ingat…Kang Ma Roo… Aku tahu itu.”ucap Eun Gi tersenyum memandang tulisan yang ditulis Ma Roo. Ma Roo menatap Eun Gi, Eun Gi pun berbalik dan memandang Ma Roo. Eun Gi menyadari sesuatu, Ma Roo merasa ada yang aneh dengan Eun Gi.
“Kau kenal aku kan? Ini benar kau, Kang Ma Roo.”tanya Eun Gi, Ma Roo makin merasa aneh dengan sikap Eun Gi. Eun Gi mengambil sesuatu dalam tasnya, sebuah kamera. Eun Gi melihat isi dalam kamera itu yaitu foto dirinya dan Ma Roo saat berkencan di Aomori.
Eun Gi menunjukkan foto itu pada Ma Roo dan mengaku kalau dirinya hilang ingatan.
“Aku… hilang ingatan. Aku diberitahu bahwa aku mengalami kecelakaan mobil. Karena itu, aku tidak ingat apapun. Namaku Seo Eun Gi, cukup sulit bagiku untuk mempelajarinya. Yang kupunya hanyalah kamera ini.”ungkap Eun Gi, Ma Roo terhenyak mendengarnya. Eun Gi menambahkan kalau ia diberitahu unni-nya (sekretaris Hyun) kalau laki2 yang ada di foto itu Kang Ma Roo. Jadi oleh sebab itulah ia datang mencari Ma Roo.
“Sampai beberapa menit yang lalu, aku tidak ingat siapa itu Kang Ma Roo. Aku tidak ingat siapa orang yang ada di foto ini. Aku mengingatnya semua saat melihatmu.” Eun Gi makin mendekat ke arah Ma Roo. “Sekarang aku ingat siapa kau. Kita dulu saling mencintai. Benar kan?”tanyanya. Ma Roo hanya terdiam terharu Eun Gi masih hidup dan berkaca-kaca.
Sebenarnya kasian juga Jae Hee sih memohon segitunya pada Presdir demi Eun Suk anak semata wayangnya. Sekejam-kejamnya Jae Hee, ia masih memiliki rasa sayang pada anaknya, namun sayang ia mudah terhasut oleh pengacara Ahn untuk melakukan kejahatan lainnya. Ma Roo merasa kehilangan Eun Gi, perasaan bersalah dan cinta menjadi campur aduk. Ia pun terlihat lega melihat Eun Gi kembali namun juga syok melihat Eun Gi hilang ingatan. benar2 drama yang memainkan emosi penonton hahaha.
Pelangi Drama 
salam mbak…
aku lg nonton dvdnya nice guy,pas lg episode ini,kok aku gak suka eun gi ya..egois bgt tuh org…sakit hati sih sakit hati..tp jgn bikin celaka org dong..berani jth cinta ya hrs bersiap2 buat sakit dong,liat mimik mukanya ma ru pas tabrakan ooh kasian bgt mbak..hiks..hiks..
SukaSuka