[Sinopsis J-Drama] Itazura na Kiss ~ Love In Tokyo Episode 4

 
Sinopsis Itazura na Kiss~Love In Tokyo Episode 4 
~ Apakah Coklat itu Jimat Untuk Cinta?~

“Tak ada yang spesial di musim panas terakhir di SMA. Tapi aku tidak akan pernah lupa aroma kopi yang aku minum bersama Irie di pagi hari. Waktu berjalan cepat. Dulu musim panas, lalu musim dingin datang, setelah musim dingin, musim salju datang… Aku senang aku diterima di universitas. Tapi hubunganku dengan Irie-kun tidak menunjukkan progres”

Jinko dan Satomi sudah berada di festival tahun baru, lalu Kotoko datang berlari. Mereka kaget melihat Kotoko memakai kimono tahun ini. Kotoko menjelaskan kalau ibunya Irie-kun yang membantunya, mereka pun memuji penampilan Kotoko yang terlihat imut. Mereka bertiga sangat senang dapat diterima di Universitas Tonan, yang berarti musim semi tahun ini mereka akan menjadi mahasiswa. Mereka pun bertekad untuk membuat tahun ini menjadi tahun yang baik.

Setelah mengantri, tiba giliran mereka berdoa di depan. Masing2 memanjatkan doa, Satomi mengucapkan harapannya untuk punya kehidupan mahasiswa yang luar biasa. Sedangkan Jinko berharap dapat pacar. Bagaimana Kotoko?? Dia serius serius sekali berdoa dalam hati bahkan penuh ekspresi untuk waktu yang lumayan lama hahahaa..

Kemudian mereka mengambil kertas keberuntungan yang berisi ramalan2. Mereka semua mendapatkan ‘keberuntungan terbaik’ namun di dalamnya terdapat tulisan yang berbeda2.
Kotoko : “Tulisannya ‘orang yang kamu tunggu akan datang’..” mereka pun bersorak kegirangan.
Satomi : “Orangnya tidak akan datang, tapi kamu akan dengar darinya”.. mereka tertawa bersama
Jinko : “Dia tidak akan datang jika kamu punya ambisi”

Kin-chan sedang bersedih sendiri di sebuah kafe, sampai akhirnya 2 pengikutnya datang. Kin-chan minta pada teman2nya itu supaya tidak mengatakan apa2 pada Kotoko. Sepertinya Kin-chan tidak lulus masuk universitas.

Di rumah keluarga Irie.. semuanya merayakan keberhasilan Kotoko diterima di Universitas Tonan. Kotoko sangat berterima kasih kepada mereka semua.
“Kamu masih gadis kecil belum lama ini. Tapi kamu akan jadi mahasiswa musim semi ini. Aku yakin ibumu sangat senang di surga” ujar ayah Kotoko penuh haru.
Ayah Naoki berkata kalau sekarang giliran Naoki untuk masuk perguruan tinggi. Lalu Yuki menyela kalau Naoki tidak bodoh seperti Kotoko jadi dia bisa masuk Universitas Tokyo tanpa usaha. Mereka pun tertawa (hadeeh, Yuki.. berani bener ngatain anak orang bodoh di depan bapaknya ckck)

 

Kotoko memberikan kado untuk Naoki, “Aku bisa masuk perguruan tinggi karena kamu membantu belajarku”. Yang dikasi kado Naoki, yang senang malah ibunya. Bahkan ibunya mendesak Naoki untuk segera membukanya.
“Apa ini?” tanya Yuki.
“Itu pemijat kepala. Irie-kun akan mengikuti ujian masuk Universitas Tokyo, kan? Dia masih harus belajar keras, jadi…”
“Seperti alat pengocok. Ini untuk orang tua” ledek Yuki. Tentu saja orangtuanya menegur Yuki
“Tidak apa. Mengapa tidak kamu pakai, Naoki?” kata ibunya.

“Ini tidak apa. Lagipula, bukan hanya Universitas Tokyo… Aku belum memutuskan ingin masuk perguruan tinggi” perkataan Naoki ini membuat orangtuanya shock. Tapi mungkin karena tidak ingin merusak suasana, mereka mengalihkan pembicaraan.
Ternyata Kotoko pun kaget mendengar perkataan Irie barusan “Irie-kun bisa masuk Universitas Tokyo tanpa masalah. Tapi dia bilang mungkin tidak masuk perguruan tinggi? Apa yang terjadi?”

 

Kotoko, Jinko dan Satomi berjalan di koridor sekolah. Mereka merasa seperti di surga karena tidak perlu belajar untuk ujian masuk. Mereka menatap ngeri melihat kelas A yang masih serius belajar karena tes ujian masuk nasional akan datang sebentar lagi. Mereka bahkan memperhatikan Naoki yang membaca buku yang tidak ada kaitannya dengan ujian. Jinko bertanya pada Kotoko apakah Universitas Tokyo adalah pilihan pertama Naoki. Kotoko pun melamun teringat perkataan Naoki sebelumnya soal dia belum memutuskan ingin masuk perguruan tinggi. Setelah disadarkan oleh Jinko, Kotoko hanya mengatakan kalau Naoki akan masuk jika dia diterima. Tentu saja Jinko sangat yakin kalau dia akan diterima. Tapi Satomi berkata kalau Kotoko pasti akan sedih karena mereka akan masuk ke universitas yang berbeda.
“Tapi itu untuk masa depannya. Aku akan mendukungnya” ujar Kotoko dengan gaya imutnya ^^

 

Di rumah, saat Nyonya Irie sedang mengeringkan cucian piring, Kotoko meminjam alat menjahit Nyonya Irie. Dengan ditemani Nyonya Irie, Kotoko mulai menjahit.
“Apa itu jimat untuk Naoki?” tanya Nyonya Irie kepo hehee, Kotoko tersenyum mengangguk.
“Terima kasih ya, Kotoko-chan. Kamu yang paling peduli dengan ujian masuknya”
“Dia tidak bermaksud untuk tidak masuk perguruan tinggi, kan?”
“Aku pikir bukannya dia tidak mau masuk perguruan tinggi. Bisa saja ayahnya punya terlalu banyak harapan. Ayahnya masuk Universitas Tokyo, jadi dia ingin Naoki untuk masuk ke sekolah yang sama dan akhirnya mengambil alih perusahaan. Mungkin harapannya membuat banyak tekanan pada Naoki” terang Nyonya Irie. Kotoko memandangi jimat hasil jahitannya yang bertuliskan “lulus”.

 

Lalu Kotoko mengetuk pintu kamar Naoki. Dia menyerahkan jimat yang barusan dibuatnya.
“Ujian Nasionalnya besok kan. Jadi… Kamu ikut ujian, kan?” tanya Kotoko.
“Aku memasukkan surat aplikasinya”
“Baguslah. Kecuali jika ada universitas yang ingin kamu masuki… Aku pikir orang tuamu akan sangat senang jika kamu masuk Universitas Tokyo. Aku selalu memberikan kesulitan kepada ayahku. Aku harap aku punya kesempatan sepertimu untuk membuat ayahku senang” ujar Kotoko. Karena Naoki diam saja, dia pun pamit. Tapi Naoki segera memanggilnya.

“Apa yang kamu… rencanakan di perguruan tinggi?” tanya Naoki.
“Apa yang aku rencanakan? Aku akan belajar dan berteman…” jawab Kotoko praktis.
“Kamu masuk ke sana untuk belajar yang kamu tidak santai melakukannya. Aku tidak mengerti mengapa orang-orang sangat ingin masuk perguruan tinggi”
“Aku tahu perguruan tinggi seharusnya untuk orang-orang sepertimu untuk belajar”
“Aku tidak mau masuk perguruan tinggi. Aku tidak butuh seseorang untuk mengajariku di perguruan tinggi. Aku bisa belajar sendiri”
“Tapi supaya dapat ijazah untuk sesuatu yang ingin kamu lakukan di masa depan…”
“Apa yang ingin kamu lakukan?” potong Naoki.
“Aku tidak tahu. Tapi… Oh itu! Kamu menemukan apa yang ingin kamu lakukan saat kamu di perguruan tinggi. Apa yang ingin kamu lakukan di masa depan. Kamu tidak harus menggunakan otak cerdasmu untuk dirimu sendiri. Kamu harus memanfaatkannya untuk pembangunan Jepang”
“Kamu hebat ya. Aku selalu berpikir… ‘Mengapa dia menempatkan seluruh dirinya di semua hal?’ Dan ‘Dia menempatkan seluruh dirinya untuk sesuatu… namun mengapa dia tidak bisa melakukannya?’ Aku kagum” kata Naoki tulus.
“Apa kamu mengejek?”
“Aku harap aku bisa seperti itu. Aku harus bangun pagi besok. Aku sebaiknya tidur sekarang”
“Benar, selamat tidur. Aku taruh ini di tasmu ya”

 

Pagi hari, semua sudah berada di meja makan untuk sarapan. Tapi hanya Naoki yang belum hadir, membuat Nyonya Irie sangat khawatir. Tuan Irie menduga kalau Naoki sengaja menghindar, karena kadang2 Naoki bisa keras kepala. Akhirnya Naoki datang, ibunya langsung memberikan kotak makan untuknya. Saat Naoki batuk2, mereka semua khawatir lagi. Apalagi saat Naoki bilang kalau badannya agak panas, mereka semua jadi panik. Ibunya panik mengambil sake telur, sementara ayahnya ingin mengambil daun bawang untuk melegakan tenggorokan. Kotoko datang membawa obat, membuat semuanya lega. Setelah Naoki minum obat, dia baru sadar apakah obat itu ada efek mengantuknya? Kotoko kaget saat membaca ‘Dilarang menyetir setelah minum obat ini’. Spontan mereka semua minta supaya Naoki memuntahkan obatnya. Bahkan ayah Kotoko akan memegangi Naoki supaya ayah Naoki bisa menaruh jarinya di mulut Naoki. Sang ibu menyuruh Yuki untuk cepat mengambil baskom yang langsung dilaksanakan Yuki dengan sigap.. LOL banget deh scene yang ini
“Cukup. Aku berangkat” sahut Naoki kesal melihat kekonyolan keluarganya.
Kotoko sangat khawatir sekaligus merasa bersalah. “Aku harap Irie-kun tidak apa-apa”

 

Naoki bertemu Watanabe di stasiun kereta api. Temannya itu melihat jimat yang menggantung di tas Naoki. Dia bertanya apakah perempuan yang tinggal dengannya (Kotoko) yang membuat itu. Naoki menjawab kalau dia akan membuangnya di tempat ujian. Temannya menegur jangan begitu, karena menurutnya Kotoko seperti wanita tipenya, lalu mereka masuk lift. Saat akan keluar lift, tas Naoki tersangkut di pintu lift. Lebih tepatnya jimat yang menggantung itu yang tersangkut. Susah payah Naoki menariknya tapi masih belum berhasil. Akhirnya dia menyuruh Watanabe pergi duluan. Naoki memencet tombol emergency untuk minta bantuan.

Watanabe gelisah menunggu kedatangan Naoki di tempat tes, dia lega begitu melihat kedatangan Naoki. Saat menaiki tangga Watanabe menanyakan keadaan jimat itu yang ternyata masih ada di tas Naoki. Dia berkata mungkin itu yang menyebabkan kesialan Naoki. Naoki pun sependapat dan segera mencopotnya lalu membuangnya. Tapi entah kenapa Naoki kembali ingin memungutnya, seseorang berlari turun dari atas menabrak tubuh Naoki. Mereka pun jatuh berguling2. Watanabe bergumam “jimat yang mengerikan”.

 

Waktunya test, Watanabe menatap bangku Naoki di depannya yang masih kosong. Lalu Naoki datang dengan bantuan tongkat. Pengawas memberitahu kalau waktunya tinggal 30 menit lagi, jadi sebaiknya Naoki cepat2. Naoki ingin mengambil pensilnya, tapi semua pensilnya patah akibat terjatuh tadi. Watanabe segera meminjamkan pensilnya.

 

Jam istirahat, Watanabe menanyakan bagaimana keadaan Naoki.
“Aku tidak baca pertanyaannya, aku hanya membayangkan jawabannya”
“Ya, karena ini kamu, kamu pasti mengerjakannya dengan baik”
Makan siang Naoki berisi tulisan “Kamu bisa melakukannya!” dia jadi teringat Kotoko dan segera menutup kotak makannya.
“Ada apa? Jangan-jangan dia juga yang membuat bekalmu? Lebih baik jangan dimakan. Kamu tidak mau kena diare. Kamu bisa makan ini (roti miliknya)” kata Watanabe paranoid hahahaa..

Watanabe memberikan saran supaya Naoki membuang jimat itu. Naoki menjawab kalau saat dia sadar di rumah sakit, jimat itu sudah tidak ada. Watanabe lega, jadi Naoki tidak akan dapat masalah lagi.

Test yang kedua, Naoki sangat berusaha keras menahan kantuk. Tapi akhirnya dia tidak tahan lagi karena efek obat begitu kuat sampai membuatnya ketiduran. Watanabe prihatin melihat keadaan Naoki.

Setelah tes selesai, mereka berdua jalan keluar. “Kamu melewati hari yang sulit, Irie. Tapi dengan semua masalah, nilaimu akan tetap seperti nilai orang-orang yang lain. Bukankah itu membuatmu merasa lebih baik” ujar Watanabe.

 

Di bawah tangga mereka bertemu dengan dokter wanita yang tadi membantu Naoki. Naoki berterima kasih atas bantuannya. Dokter itu mengatakan kalau dia menemukan jimat di tangga, jadi dia menaruhnya di kantong Naoki, dia pikir itu sangat berarti bagi Naoki karena buatan tangan. Dokter itu berharap jimatnya akan membawa keberuntungan, dia sangat iri. Naoki segera merogoh kantong nya. Dia memandangi jimat itu dengan lesu.
“Aku punya perasaan kalau kamu dan  perempuan itu akan tetap bersama selamanya” sahut Watanabe
“Jangan bilang begitu!“

Di rumah, Nyonya Irie, Kotoko dan Yuki menunggu kedatangan Naoki. Akhirnya yang ditunggu tiba, mereka kaget dan khawatir melihat kondisi Naoki yang berjalan dengan tongkat. Nyonya Irie bertanya apa yang terjadi, Naoki hanya menjawab kalau dia jatuh. Kotoko sedih bahwa jimatnya tidak bekerja. Dengan kesal Naoki menjawab kalau jimatnya sangat bekerja, kemudian dia langsung naik ke atas.

Di sekolah, Kotoko masih mengkhawatirkan Naoki. Jinko bilang jangan khawatir dengan Irie, karena Naoki itu genius yang dapat nilai tertinggi.
Satomi datang dengan hebohnya “Kotoko, Jinko, kalian sudah dengar? Irie akan ikut ujian untuk masuk Universitas Tokyo”
“Benarkah? Kamu dengar darimana?” tanya Kotoko.
“Di ruang santai guru. Nilainya tertinggi dari semua siswa yang ikut  ujian untuk Universitas Tokyo” jawab Satomi.
“Dia benar-benar jenius” sahut Jinko. “Hei Kotoko. Mengapa kamu menangis?”
“Aku hanya sangat senang. Aku akan memberinya selamat” kemudian dia pergi mencari Naoki.

“Dia terluka tapi masih membuat hasil bagus. Laki-laki yang aku suka memang sangat keren. Mungkin jimatnya bekerja sedikit ?”

 

Kotoko kegirangan mengetahui jimatnya membawa keberuntungan bagi Naoki. Di jalan dia berpapasan dengan Naoki.
“Terima kasih karena jimatmu, aku bisa ikut ujian masuk Universitas Tokyo, Terima kasih” kemudian Naoki memegang lengan Kotoko, hendak menciumnya.
Ternyata itu hanya bayangan Kotoko semata, ahahaa..

 

Kotoko kaget saat berpapasan dengan Watanabe. Dia mengenali Watanabe sebagai murid kelas A. Tapi Watanabe segera berlari ketakutan menghindari Kotoko. Membuat Kotoko penasaran dan terus mengejarnya. Kotoko bertanya jangan2 soal hasil ujian nasional.
Watanabe berhenti.“Seperti yang kuduga… Irie tidak mengerjakan Ujian Nasional dengan baik?”
“Apa yang kamu bicarakan? Irie-kun tidak apa-apa kok. Dia bisa ikut ujian masuk Universitas Tokyo”
“Eh, hebat. Dengan kondisi itu?”
“Kondisi apa?” tanya Kotoko bingung.
“Itu bencana. Aku tidak pernah lihat Irie seperti itu. Walaupun itu karena jimat itu…”
“Jimat itu?” tanya Kotoko makin bingung tidak mengerti arah pembicaraan Watanabe. Sadar kalau dia kelepasan bicara, Watanabe segera kabur menghindari Kotoko membuat gadis itu semakin penasaran. Dengan posisi di pinggir tangga dan takut jatuh seperti Naoki akhirnya Watanabe menyerah dan akan mengatakannya. Kotoko yang melihat posisi berdiri Watanabe dalam keadaan nyaris jatuh segera minta maaf. “Aku menyiapkan ujian untuk pilihan pertama, Universitas Waseda” ujar Watanabe ketakutan menghadapi Kotoko. “Sungguh. ‘Kekuatan mematikan’ mu sangat hebat” lanjutnya masih dalam keadaan ketakutan 😀
“Kekuatan mematikan?”
“Sekarang kita bisa menertawainya, tetapi hari itu… Terima kasih karena kekuatan jimat itu, banyak kesialan terjadi”

Di perjalanan pulang, Kotoko memikirkan kembali perkataan Watanabe barusan.

“Semua masalah disebabkan oleh jimat itu. Aku menyebabkan banyak masalah pada Irie”

Kotoko berjalan sambil menahan tangis.

 

Kotoko sedang membuat coklat di dapur.

“Aku harap Irie-kun akan lolos ujian masuk Universitas Tokyo. Dan mimpi keluarga Irie-kun akan jadi kenyataan”

Coklat buatan Kotoko sudah jadi, dia menuliskan “Selamat lolos ujian Universitas Tokyo” di atas coklat berbentuk hati.

“Ini akan jadi kenyataan. Aku tahu ini terlalu cepat… Tapi sehari setelah ujian… di hari Valentine, aku akan memberikannya ini. Hari yang sangat penting tiba…”

Saat melihat ke jendela, Kotoko kembali melihat bintang jatuh. Dia tersenyum senang dan berdoa.

 

Hari ujian masuk Universitas Tokyo tiba. Semua orang mengantar keberangkatan Naoki sampai depan pintu.
“Tapi kalian semua tidak perlu  datang dan bilang sampai jumpa” ujarnya.
“Tapi kami sangat khawatir…” kata Nyonya Irie.
“Apa kamu mau aku antarkan?” tanya Tuan Irie
“Tidak apa. Kakiku sudah baikan kok. Aku berangkat”
Kotoko masih mengkhawatirkan Naoki, apalagi dia kembali teringat perkataan Watanabe. Dia segera mengambil jaketnya. “Aku akan lihat Irie-kun sampai dia masuk gerbang Universitas Tokyo. Aku sangat khawatir mungkin ada sesuatu terjadi. Aku berangkat!”

Mungkin sebenarnya Kotoko mau membuntuti Naoki diam2, tapi caranya terang2an banget hahaa
“Sangat kelihatan kalau kamu mengikutiku”
Kotoko tertawa “Aku ingin lihat kamu sampai gerbang Universitas Tokyo” tapi kemudian dia terpeleset kulit pisang. “Oh, aku kepleset!” sekuat tenaga Kotoko menahan badannya supaya jangan sampai jatuh (kocak banget gayanya). Ketika Naoki berbalik dia segera berdiri memperbaiki posisinya yang emang aneh banget 😀  “Maaf karena aku terpleset di depan peserta ujian. Mengapa ada pisang…” Kotoko mengambil kulit pisang itu dan segera berlari mengejar Naoki. Tapi kemudian dia merasa sakit di perut bagian bawahnya. “Aduh!”

Saat hampir tiba di tujuan, Kotoko takjub melihat semua orang di sana yang kelihatan pintar. Naoki bertanya kenapa Kotoko berjalannya kelihatan lucu. Kotoko menjawab kalau dia baik2 saja, semuanya normal. Tapi menurut Naoki dia kelihatan sakit.
“Aku hanya gugup” jawab Kotoko.
“Mengapa kamu gugup? Aku yang ikut ujian kok”
“Apa yang harus kulakukan? Aku tidak pernah sakit perut seperti ini. Tapi aku tidak bisa. Tidak sampai aku melihat Irie-kun masuk gerbang Universitas Tokyo… Aku tidak mau membuatnya khawatir” gumam Kotoko di belakang Naoki.
Mereka kembali berjalan, Kotoko berusaha terlihat senormal mungkin, menahan rasa sakit di perutnya.
“Hei, kamu benar tidak apa2?”
“Tentu saja! Semoga berhasil ujiannya. Sampai jumpa!”

Naoki langsung menyeberang dan akan masuk ke Universitas Tokyo. Namun Kotoko sudah tidak bisa lagi menahan rasa sakitnya, dia ingin mencari toilet. Tapi belum sempat dia jalan Kotoko keburu jatuh pingsan di tempat. Orang2 di sekitar sana panik teriak2 minta pertolongan. Naoki segera berlari kembali dan menggendong Kotoko dan panik menanyakan dimana letak rumah sakit. Setelah ditunjukkan, Naoki segera berjalan membawa Kotoko yang dalam kondisi pingsan (aaahh, Yukiiiii.. i love you)

“Irie-kun… Pergilah ikut ujian. Kamu akan telat, Irie-kun. Tolong pergilah ikut ujian. Tuan Irie, Nyonya Irie, dan Yuki… Mereka semua… mendukungmu”

Ayah Kotoko, Tuan dan Nyonya Irie sudah berada di rumah sakit. Mereka semua memanggil2 Kotoko supaya cepat sadar. Akhirnya Kotoko sadarkan diri. Kotoko bertanya kenapa dirinya bisa ada di rumah sakit. Ayahnya menjelaskan kalau dia kena radang usus buntu mendadak, tapi dokter sudah memberinya obat jadi dia akan baik2 saja dan bisa pulang hari ini juga. Kotoko menanyakan bagaimana dengan Naoki. Nyonya Irie menjawab kalau saat mereka tiba dia sudah tidak ada, jadi pasti dia sudah pergi ke universitas setelah menelepon tadi, dia pasti sedang ujian sekarang. Kotoko lega mendengarnya, dia takut Naoki tidak bisa ikut ujian karena dirinya. Dia khawatir kalau hidup Naoki akan kacau. Nyonya Irie sangat terharu atas kepedulian Kotoko pada Naoki padahal dia sendiri sedang sangat menderita saat ini.
Tiba2 orang yang sedang dibicarakan muncul.

“Bukankah seharusnya kamu ikut ujian?” seru ayahnya marah.
“Aku lapar, jadi aku keluar mencari makan” jawabnya enteng.
“Lalu bagaimana ujiannya? Bagaimana dengan Universitas Tokyo?” tanya ibunya.
“Universitas Tokyo? Aku tidak ikut ujian”
Orang tua Naoki shock mendengarnya. Ayah Kotoko segera berlutut di hadapan kedua orang tua Naoki.
“Iri-chan, Nyonya Irie dan Naoki.. Aku benar-benar minta maaf”
“Ai-chan!”
“Karena anakku, anakmu jadi susah…”
“Tolong angkat kepalamu. Naoki yang memutuskan tidak ikut ujian” jawab Tuan Irie
“Benar. Dan kalau dia ke Universitas Tokyo… Aku akan sangat kecewa jika dia meninggalkan Kotoko-chan dalam keadaan sakit” Nyonya Irie menambahkan.
“Benar. Benar. Ini takdirnya. Jangan khawatir. Tolong angkat kepalamu” pinta Tuan Irie

“Karena aku… hal paling buruk terjadi pada keluarga Irie-kun”

Malam hari, Kotoko berencana meninggalkan kediaman Irie. Dia sudah membawa kopernya dan meninggalkan surat di meja. “Kepada keluarga Irie… Terima kasih banyak atas semuanya”
Kotoko memandangi rumah keluarga Irie dari luar sebelum kepergiannya “Selamat tinggal, Irie-kun”

“Aku tidak mau menambahi masalahmu. Aku akan tinggal di mana saja, kau tidak perlu melihatku”

 

Di jalanan Kotoko akhirnya kebingungan sendiri ingin pergi kemana, apalagi udara di luar sangat dingin.
“Lalu kamu mau pegang sekaleng kopi?” ujar seseorang yang suaranya sudah sangat dihapal Kotoko. Dia berbalik kaget melihat Naoki sudah ada di belakangnya.
“Irie-kun… Tapi mengapa?”
“Aku tidak bisa tidur. Jadi aku jalan-jalan” ujarnya sambil menyerahkan sekaleng kopi hangat
“Hangat” ujar Kotoko sambil menggenggam kaleng kopi hangat. “Tolong jangan hentikan aku. Aku tidak mau mengganggumu lagi”.
“Aku tidak menghentikanmu”
“Jadi selamat tinggal” Kotoko jalan pergi menyeret kopernya.
“Apa kamu pergi karena aku tidak masuk Universitas Tokyo?” tanya Naoki.

Kotoko menghentikan langkahnya “Aku pikir aku membawa kesialan untukmu. Bukan hanya di Universitas Tokyo, tapi juga di Ujian Nasional… Aku dengar dari Watanabe dari kelas A. Mungkin aku orang yang buruk untukmu”
“Mungkin kamu benar. Memang, sesuatu yang bagus tidak pernah terjadi saat ada kamu di dekatku. Kamu selalu mengacaukan langkahku. Orang-orang di sekolah menyebarkan rumor tentang kita. Kamu membuatku membantumu belajar. Dan akhirnya, kamu mengacaukan ujian masukku… Aku benar-benar buruk… Tapi… Itu lumayan menyenangkan. Ini pertama kalinya aku menjadi segugup ini. Untuk pertama kalinya di hidupku,  aku takut dengan hasil tes. Pengalaman yang luar biasa”
“Tapi bagaimana dengan Universitas Tokyo?”
“Itu bukan karena kamu aku tidak ikut ujian masuk Universitas Tokyo”
“Apa?”
“Setelah aku mengantarmu ke rumah sakit, Aku punya cukup banyak waktu untuk bisa ikut ujian” jawab Naoki.
“Lalu mengapa?”
“Kamu bilang kalau kamu masuk perguruan tinggi untuk menemukan apa yang ingin kamu lakukan. Aku senang bersamamu menjadi gugup dan tertarik. Aku pikir itu bukan ide buruk masuk ke Universitas Tonan tanpa ikut ujian. Aku penasaran apa yang akan aku lakukan jika aku masuk ke Universitas Tokyo”
“Maksudmu kamu memilih sekolah yang sama karena aku?”
“Tidak, maksudku bukan itu.
“Tapi…”
 “Sudah, pergilah. Selamat berjuang” Naoki memotong pembicaraan, dia ambil kembali kaleng kopi yang sedang digenggam Kotoko lalu jalan pergi.

“T-tunggu! Apa aku boleh tinggal di rumahmu sedikit lebih lama? Aku tidak akan menyebabkan masalah lagi”
“Apa kamu bercanda? Tidak mungkin kamu tidak akan menyebabkan masalah lagi”
“Benar ya. Jadi aku janji akan membuat hidupmu lebih menarik!”
“Merubah pikiranmu sangat cepat” sahut Naoki lalu pergi.

Salju turun, Kotoko sangat bahagia. Sambil menyeret kopernya dia segera mengejar Naoki.
“Hari ini hari Valentine”
“Terus kenapa? Apa kamu akan memberiku coklat?”
“Maaf. Apa kamu mengharapkan satu?”
“Tidak juga” membuat Kotoko manyun hehee, Naoki pura2 jual mahal nih.

 

Di rumah, Naoki segera membuka kulkas. Dia melihat kotak pink dengan pita. “Ada satu” Naoki segera membukanya. Dia memakannya dan dari ekspresinya sepertinya rasanya sangat aneh (wow, 3 nya berturut2 hahahaa). Naoki memandangi coklat hati bertuliskan “Selamat atas keberhasilan lolos ujian Universitas Tokyo”

 

Sementara Kotoko sudah berada di kamarnya kembali, dia berdiri di depan jendela, memandang keluar. Naoki juga berdiri di depan jendela kamarnya sambil memandangi coklat hati buatan Kotoko. Mereka berdiri bersebelahan dalam kamar masing2..
 “Hari Valentine… Tahun ini, perasaanku berputar-putar. Tapi aku harap… perasaanku akan sampai padanya suatu hari nanti”

Thanks to IDWS

Head Image : Google images

Written by Niken [Twitter]

Capture image by +ari airi [Twitter]

DON’T REPOST TO OTHER SITE/Fanpage FB!!

 Please be patient!!! don’t ask next episode! OK!