[Sinopsis J-Drama] Risou no Musuko Episode 3

 
 ~ Sinopsis Risou no Musuko Episode 3~

“Daichi.” panggil Umi sembari membawakan mie pot ke kamar Daichi yang sedang belajar.
“Arigatou, Ibu bisa simpan di sana.” balas Daichi masih belajar.
Umi lalu bertanya tentang belajar tambahan (baca: les) karena tak mampu membayar uang sekolah di SMA Meifu, maka ia tak dapat melanjutkannya. Daichi dengan santai mengatakan bahwa hal itu tidak masalah,karena ia bisa belajar di rumah.

Untuk mencuci otak putraku, aku berakting seolah-olah sebagai ibu yang baik. Tapi untuk membesarkan anak yang hebat, aku takut aku akan mengeluarkan banyak uang, terkadang aku merasa tak tenang.

Umi bertanya kembali tentang Laio Ishikawa yang walaupun bermain golf sejak kecil ia juga berpendidikan baik. Daichi menghentikan belajarnya dan menjawab pertanyaan ibunya itu bahwa Daichi tidak ingin kalah dengan kemiskinan, dan Daichi percaya bahwa dengan kerja keras maka ia akan bisa mengatasi segalanya.

Ternyata bukan itu jawaban yang diinginkan Umi, ia pun teringat gambar yang pernah dibuat Daichi sewaktu TK dan menunjukkannya pada Daichi. Umi meminta Daichi untuk menempelkannya di dinding depan meja belajar Daichi. Daichi bingung dengan tingkah ibunya itu. Umi mengatakan agar Daichi tak lupa dengan tujuan utamanya. Ketika Daichi bertanya tujuan apa. Umi menjawab dalam hati, “kau akan membelikanku rumah!.”
“Oh! agar kita selalu dekat.” jawab Daichi
“Sebagian seperti itu.”
“Apa ada lagi?” tanya Daichi
“Coba lihat lebih dekat lagi!” Umi menunjukkan sesuatu yang ada pada gambar.
Daichi lalu melihat gambar yang ditunjukkan Ibunya, “Ahh, kau menginginkan rumah yang besar, kan?”
“Itu mimpimu kan.” tapi dalam hati Umi mengatakan, “sebenarnya itu adalah mimpiku“.
“Tapi buatku, selama aku bersamamu, aku tak keberatan untuk tinggal di apartemen ini.” ucap Daichi polos.

‘Apa? ia tak ingin membelikan rumah untukku?’ “ tanyanya dalam hati. Umi memandang Daichi sembari mengatakan rumah..rumah..(seperti transfer pikiran xixi).
Daichi sepertinya mengerti maksud ibunya itu ia pun meralat perkataannya, “Hanya becanda, kita harus membeli rumah besar itu.”
“Tapi tentu saja kebahagiaan Daichi selalu menjadi nomer satu.” ucap Umi tersenyum puas dengan jawaban Daichi.
“Jangan terlalu memaksakan diri belajar. Kau pun perlu istirahat.” ucap Umi memberi, dan ia pun meninggalkan Daichi sendirian di kamarnya.

“Aku harus mengatakannya dari waktu ke waktu.
Pada akhirnya membesarkan seorang anak semuanya berdasarkan opini peninjauan.”

Keesokan paginya, di sekolah banyak orang yang berkerumum memandangi balkon depan sekolah, ternyata ada seseorang yang tergantung badannya setengah telanjang di sana. Dan ternyata itu adalah Wanikawa dan di dadanya ada tulisan ‘lemah’ bercat warna merah.

Saat makan di kantin, Umi sengaja menghidangkan makanan yang cukup banyak, semangkuk besar penuh pada Daichi. Untuk menutupi kesengajaannya ia berkata, “ahh tanganku tergelincir lagi, kau sangat beruntung.” Kobayashi senang karena ia juga diberikan semangkuk besar penuh, Daichi dengan santai menjawab karena Kobayashi mengetahui bahwa ia adalah ibu Daichi.

Daichi melihat Wanikawa sekarang tampak diperlakukan berbeda. Lalu Kobayashi menjelaskan bahwa sejak berhasil dikalahkan Daichi, Wanikawa mulai dijauhi dan mulai di bully oleh teman-teman lain di sekolah, Kobayashi mengatakan bahwa itu salahnya sendiri, dahulu, ketika kuat dia selalu menyakiti  orang lain sekarang gilirannya untuk merasakan apa yang pernah diperbuatnya, apalagi kejadian insiden tadi pagi yang makin memperburuk reputasinya. Daichi masih melihat Wanikawa, yang sedang di bully oleh anak lain di sekolahnya dengan ‘memberikan’ makanan sisa mereka pada mangkok makan siang Wanikawa, seperti sayuran, nasi kari ramen dan buah. Daichi tak tega melihatnya lagi iapun menghampiri Wanikawa dan memberikan makan siangnya untuk ditukar dengan kepunyaan Wakinawa, ia pun memakan makanan Wakinawa yang sudah campur-campur tak jelas itu.
“Ini enak.” ucap Daichi, “Makanan-makanan tambahannya sangat enak. Sayurannya membuat sehat, nasi karinya memberikan banyak rasa, dan jeruk mandarin di dalamnya, membuat rasa dari sup ini menjadi lebih segar. Enak.” lanjutnya. Kemudian, Daichi menawarkan pada teman-teman yang lain yang berada di kantin itu. Dan teman-temannya itu mengerubunginya mencoba makanan yang dimakan Daichi. Wanikawa terharu akan ‘bantuan’ yang diberikan Daichi.

Di dapur kantin, para ibu-ibu kantin bergosip. Kali ini yang dibicarakan tentang para anak mereka yang sangat menyebalkan dan sudah mulai bisa berbohong, dan lebih buruk lagi bila telah mencapai masa pubertas biasanya mulai mengatakan pada ibunya dengan sebutan ‘perempuan tua’ atau ‘diam kau perempuan tua’. Tapi Umi membantahnya karena anaknya tidak pernah mengatakan kata-kata itu terhadapnya, satu kali pun.
Tapi ketika Umi mengatakan hal tersebut, para ibu kantin memandanginya terkejut, dan temannnya malah mengatakan jika seorang anak berpikir bahwa ibu mereka menyebalkan itu membuktikan bahwa mereka sehat, atau membuktikan mereka menuju kemandirian. Dan bahkan salah satu dari ibu kantin itu bercerita tentang tetangganya, yang merupakan anak seorang dokter gigi yang dikenal anak yang baik, dia selalu memberi salam pada setiap orang, tapi kemungkinan ia hanya berpura-pura dan di dalam hatinya pasti ia benar-benar stres. Dan suatu hari ia tiba-tiba membentak sembari memegang sebilah pisau yang di acungkan pada ibunya, ia berteriak, ‘Perempuan tua!’”. Setelah mendengar cerita itu, menurut mereka lebih baik anak mereka hanya berkata kasar saja daripada melakukan kekerasan rumah tangga. Umi sempat khawatir mendengar cerita dari salah satu temannya itu, tapi ia lalu berkata bahwa anaknya tidak mungkin melakukan hal itu. Temannya menimpali mengatakan bahwa dulunya istri dari dokter gigi itu pun pernah mengatakan hal yang sama ketika ia berada di rumah sakit yaitu jika anaknya tidak mungkin berbuat demikian, tapi kenyataanya hal tersebut terjadi.

Di klub tinju, Mifune sedang berlatih jabnya. Ada seseorang yang ingin menemuinya dan berkata bahwa ia adalah Habu Yoshikazu, anak kelas dua, dan berhasil mengalahkan dan menggantung Wanikawa di balkon sekolah tadi pagi dikarenakan ada rumor yang beredar bahwa pengganti Mifune sebagai ketua akan diberikan pada Wanikawa yang masih kelas satu dan mengabaikan keberadaan anak kelas dua.
Tapi Uchiyama, temannya Mifune malah mengatakan bahwa itu tidak akan menghasilkan apapun, karena kekuatan Wanikawa adalah gigi taringnya, dan ada yang telah ‘menghilangkan’ giginya itu. Dan orang itu adalah Suzuki Daichi, anak kelas satu. Mifune bertanya pada Uchiyama apa tidak apa-apa mengatakan hal itu, karena bisa dipastikan orang itu pasti akan mengincar Daichi. Tapi Uchiyama meyakinkan Mifune bahwa tidak apa-apa lagipula ia ingin sekali lagi mengetes Daichi.
Uchiyama bertanya apa pendapat Mifune tentang Habu. Karena menurutnya untuk menggantikan Mifune, ia harus memiliki karisma.
“Jika kau bertemu di jalan, tak seorang pun yang akan mengenalinya!” jawab Mifune santai.
“Jika aku memikirkannya kembali, aku bahkan tak ingat rupanya seperti apa. Dia harusnya memakai kacamata atau semacamnya.” pikir Uchiyama.
Rupanya Habu mendengar percakapan Uchiyama dan Mifune, ia pun terlihat marah dan mengepalkan tangannya.

Umi meminta bantuan pada Kurahashi, tetangganya yang kebetulan baru pulang bekerja, yaitu membantunya membereskan barang-barang tajam di rumahnya untuk segera disimpan dan disembunyikan. Kurahashi bertanya mengapa. Umi pun menjawab bahwa ia tidak ingin Daichi melakukan kekerasan rumah tangga. Kurahashi pun tertawa dan berkata bahwa Daichi tidak mungkin akan melakukan hal tersebut. Umi menjawab bahwa setiap ibu pasti ingin mempercayai hal itu, lalu Kurahashi berkata bahwa ia pun pernah mengatakan pada ibunya jika ibunya menyebalkan, tapi itu karena ibunya selalu menganggapnya masih anak kecil dan selalu mengomelinya, dan Umi berpendapat bahwa itu karena seorang ibu yang menggantikan baju anaknya karena dahulu anaknya tidak bisa mengganti bajunya sendiri, dan akan selalu khawatir jika anaknya akan terluka, tapi kemudian tiba-tiba mengatakan ‘aku telah dewasa sekarang’ pada akhirnya Umi tetap khawatir jika Daichi akan melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Umi berpikir bahwa usia antara anak berusia SMP menuju SMA merupakan zona berbahaya, dimana seorang anak akan selalu membangkang. Kurahashi kemudian bertanya apa Daichi pernah mengatakan hal-hal seperti itu pada dirinya. Dan Umi menjawab bahwa Daichi tidak pernah mengatakan hal tersebut padanya, mungkin karena aku membesarkannya seorang diri sehingga dia lebih baik dari pada yang lainnya.

Daichi pun pulang dari sekolah dan Umi berkata pada Kurahashi untuk segera cepat membereskannya. Daichi menyapa Kurahashi dan bertanya tentang istrinya. Kurahashi menjawab bahwa istrinya belum pulang. Daichi lalu bertanya siapa yang akan meminta maaf duluan, “karena jika salah satu di antara kalian tidak ada yang bersikap dewasa, maka semuanya menjadi tidak nyaman.” Kurahashi membenarkan karena sekarang situasinya menjadi aneh. Lalu Umi meminta Kurahashi untuk makan bersama mereka, Daichi hendak makan tapi yang dilihatnya di meja makan tidak seperti biasanya, piring, sendok dan garpu semuanya terbuat dari plastik. Umi menutupi maksudnya dengan mengatakan bahwa akan terasa menyenangkan jika kita makan dengan gaya berkemping.
Ketika Daichi bertanya di mana mayonaise, Umi dengan khawatir bilang bahwa ia lupa untuk membelinya. Daichi lalu mengatakan tak apa. Namun, Umi merasa khawatir dan berkata, “Kumohon! Meskipun kau marah, jangan memotongku!.
Kurahashi menawarkan ia akan pulang ke rumah dan membawa mayonaise dari rumahnya. Tapi dilarang oleh Umi karena ia tidak ingin ditinggal berdua dengan Daichi.

Daichi merasa aneh dengan sikap ibunya, ia pun dengan nada kesal bertanya, “Sebenarnya ada apa di sini?” Lalu ada suara, yang ternyata peralatan belajar Daichi jatuh dari tasnya. Saat Daichi hendak membereskannya, seperti penggaris dan jangka. Umi berpikir jika Daichi akan memukulnya dengan penggaris atau memotongnya dengan jangka. Umi pun lemas memikirkan itu dan terduduk di kursi. Daichi yang merasa khawatir lalu menawarkan pijatan bahu pada Umi. Sedangkan Umi berpikir jika Daichi mungkin akan mencekiknya.

Umi tak bisa tidur semalaman karena ketakutan Daichi akan memukulinya. Umi lalu mendapatkan ide, ia akan membuat Daichi untuk mengatakan ‘dasar kau perempuan tua’ padanya.
Umi mengajak Daichi untuk pergi berdua di hari minggu, seperti kencan. Umi berharap Daichi akan mengatakan bahwa berkencan dengan ibunya adalah sesuatu yang sangat memalukan dan akhirnya ia akan berkata ‘itu sangat menjijikan’. Walaupun awalnya Daichi sempat menolak karena ia harus belajar. Tapi kemudian akhirnya Daichi pun menyetujuinya. Umi terkejut karena jawabannya tak sesuai yang diharapkan.

Mereka berkencan ke taman hiburan, Umi berpikir Daichi pasti tidak akan mau pergi ke tempat seperti itu apalagi dengan dirinya. Tapi Daichi malah terlihat bersemangat. Saat menunggu salah satu arena permainan.  Umi lalu mencoba untuk memegang tangan Daichi, Umi berpikir bahwa Daichi tidak akan menyambut pegangan tangannya, tapi ternyata sebaliknya Daichi malah memegang tangannya dengan erat.

Lalu Umi dan Daichi bermain dari satu permainan ke permainan yang lainnya seperti roller coaster dan rumah hantu. Umi juga membelikan Daichi sebuah balon. Umi yang malah terlihat menikmati kebersamaan mereka. Lalu Umi membelikan minuman dimana satu gelas dengan dua sedotan, seperti pasangan kekasih. Umi berpikir Daichi tidak mungkin akan meminumnya, tapi ia salah, Daichi malah meminumnya dengan perasaan senang. Umi kembali terkejut dan telah hilang kesabarannya, iapun pergi meninggalkan Daichi.
Tak sengaja balon yang dibelikan Umi terlepas dan terbang, Daichi berusaha mengambilnya tapi tak berhasil. Karena tak melihat jalan, ia pun terjatuh di permainan ambil bola dan basah.

Umi terduduk di sebuah bangku taman. Mifune tak sengaja melihat Umi dan menyapanya.
“Ada apa? Apa yang kau lakukan di sini, mendesah seperti itu?” tanya Mifune, Umi kemudian menceritakan kekhawatirannya. “Karena aku tak ingin dia menjadi seorang ‘anak baik yang memendam stresnya dan kemudian memulai kekerasan rumah tangga. Aku ingin ia melampiaskan semuanya.”
Umi lalu meminta bantuan pada Mifune untuk memberikan nasihat pada Daichi. Tapi Mifune tak tahu harus berbuat apa karena ia tidak memiliki seorang ibu. Dan Umi meminta maaf, ketika bertanya apa yang terjadi pada ibu Mifune karena sakit atau kecelakaan, Mifune tak bisa menjawabnya dan Umi meminta maaf lagi.
Mifune mengatakan bahwa dari pandangannya, ia merasa cemburu, karena Umi begitu mengkhawatirkan putranya. Jika dia benar-benar melakukan kekerasan padamu maka aku akan memukulinya. Tapi Umi melarangnya. Dan Mifune menawarkan bahwa ia hanya akan mengancamnya saja. Dan itu disetujui oleh Umi.

Di tempat lain, Daichi masih berusaha untuk mengambil balon yang tersangkut di sebuah pohon. Tak lama kemudian Daichi datang. Daichi kaget melihat Mifune~senpai bersama ibunya. Begitu pun Mifune, ternyata anak yang diceritakan tadi adalah Daichi. Daichi menjelaskan pada Umi bahwa Mifune~senpai adalah seniornya di klub tinju yang sedang dibina untuk menjadi profesional. Dan dia bahkan mungkin menjadi juara dunia. Umi lalu berseloroh, “jika begitu, mungkin aku harus meminta tanda tangannya sekarang.” Mifune pun pamit. Umi bertanya pada Daichi mengapa ia basah, dan Daichi pun menjelaskannya sambil memegang balon yang dibelikan ibunya.

Saat tengah makan Kobayashi Mitsuko bertanya pada anaknya, tentang sekolahnya. Kobayashi pun menceritakan bahwa di sekolah ada seorang yang selalu menindas yang lemah bernama Wanikawa, dan Kobayashi berhasil mengalahkannya. Tapi karena hal itu ia lalu dijauhi oleh teman-temannya. Kobayashi merasa kasihan padanya, ia pun memutuskan untuk menolongnya. ‘Kemarin musuh hari ini teman’, aku hanya tak bisa meninggalkannya sendirian”. Ibunya lalu memuji Kobayashi dan berkata bahwa Kobayashi memiliki karisma, seperti kakeknya dan kau terlahir untuk menjadi pemimpin di sana. (padahal itukan bukan Kobayashi tapi Daichi…weww)

Keesokan harinya, Wanikawa dan Daichi bersama-sama pergi ke sekolah, Daichi bertanya apa Wanikawa ingat siapa yang telah menggantungnya kemarin, tapi Wanikawa tak mengingatnya, ia pun tak ingat dengan jelas siapa namanya walaupun orang itu memperkenalkan dirinya terlebuh dahulu.
Ketika sampai di gerbang sekolah ada yang mencegatnya, itu ternyata Tanba, Daichi pun dibopong untuk ikut bersamanya.

Rupanya Daichi diminta untuk bercosplay sekali lagi. Daichi menolaknya. Tapi Tanba memohon karena kali ini demi adiknya, Sayaka yang cedera punggungnya akibat latihan ice skating. “Operasinya memang berhasil dengan sukses. Tapi, apapun yang terjadi, adikku tetap tak mau berdiri. Adikku yang selalu ceria, sekarang ia selalu muram. Sekali saja, aku ingin ia kembali ceria.” jelas Tanba.
“Aku turut bersimpati. Tapi aku bukan seorang dokter.” tolak Daichi.
“Ini masalah mental! seorang dokter tak mampu menyembuhkannya. Aku yakin hanya kau yang bisa” pinta Tanba.
“Ini pertama kali aku bertemu dengannya. Apa yang bisa kulakukan? Aku yakin kau bisa mengerti”
“Aku mohon padamu. Aku ingin bermain ice skating lagi.” pinta Sayaka.
Lalu Daichi pun mengikuti apa yang diminta. Ia diminta bercosplay dan memberi semangat pada adiknya untuk berdiri. Ketika Daichi melakukannya, Sayaka tetap tidak bisa berdiri karena ia masih tidak memiliki keberanian. Lalu Daichi diminta untuk melakukannya lagi lain waktu, karena kali ini ia belum berhasil.
“Seperti aku akan mau melakukannyanya lagi, dasar bodoh!” Daichi kesal sembari pergi ke kelasnya.

Di depan kelas ada yang bertanya tentang Daichi, ia mengatakan bahwa namanya Habu Yoshikazu dan ia ingin bertemu dengan Daichi, karena menurut rumor yang beredar, sebuah fans klub dibuat dan ingin mendapatkan tanda tangannya..
Kobayashi mengaku-ngaku bahwa ia adalah Daichi, ia pun dibawa ke dalam sebuah ruangan, lalu akhirnya Kobayashi dipukuli oleh Habu dengan jurus ularnya.

Di rumah, setelah makan malam, Umi memberikan hadiah pada Daichi yaitu berupa t-shirt pasangan kekasih. Umi mengira Daichi tidak akan menyukainya dan tidak akan mau memakainya, tapi justru yang terjadi kebalikannya, Daichi senang dan mengatakan bahwa lain waktu jika mereka pergi kencan lagi kita memakai kaos pasangan ini. Umi tak kehilangan akal, Umi lalu mengajak Daichi untuk mandi bersama berharap Daichi akan mengatakan ‘Kau sangat menyebalkan, perempuan tua.” tapi Daichi terdiam dan hanya menganggukkan kepala.
Ahh, kau ingin mandi bersamaku?! Aku lelah aku tak peduli lagi. Gunakan apapun yang kau suka!” ucap Umi dalam hati sembari membuka kardus yang berisi benda-benda tajam yang disimpannya.

Keesokan harinya, ketika Daichi hendak pergi sekolah, ia bertemu dengan Kurahashi yang juga akan pergi bekerja. “Jadi seperti itu. Tak heran jika ia bersikap aneh akhir-akhir ini. Dia bahkan mengajakku mandi bersama” ucap Daichi ketika bersama Kurahashi berada dalam bis.
Daichi berpikir kenapa ibunya bisa berpikir dirinya akan melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Kurahashi menjelaskan bahwa Umi khawatir Daichi akan membangun tingkat stresnya. Daichi membantahnya, dan walaupun iya, ia takkan mengeluarkan kemarahannya pada ibunya. Kurahashi berpikir jika memang di usia seperti ini, wanita memang muncul insting kewanitaannya, apalagi jika mengatakan, ‘Kau bukan pacarku atau istriku, sangat menyebalkan!’, Kurahashi berpikir hal itu karena terdorong oleh hormon pria. Daichi bertanya apa maksudnya, apa menurut Kurahashi Daichi terlambat menjadi dewasa. Tapi Kurahashi tak menjawabnya, ia malah berkata bahwa sebenarnya para ibu lebih memilih anak mereka untuk mirip dengan Daichi, mengatakan bahwa ketika menjelang tua akan kesepian. Daichi menimpali, tapi bukankah itu sama saja bahwa aku baik saja seperti aku yang sekarang. Tapi, Kurahashi membalasnya bahwa walaupun mungkin Daichi benar, tapi jika dilihat di sisi lain, itu tidak normal dan pasti ada yang salah. “Kau bisa lihat, para ibu khawatir jika berhubungan dengan putra mereka. Itu mengapa kau harus bisa memanggilnya dengan sebutan itu, paling tidak sekali, ‘Diam kau perempuan tua’. ” Tapi Daichi bersikeras tak ingin mengatakannya, walaupun dibujuk oleh Kurahashi. Daichi akhirnya sampai di halte dekat sekolahnya, dan ia pun turun. Kurahashi memanggil Daichi dari atas bis. Daichi berpikir bahwa Kurahashi mencoba untuk membujuknya lagi, tapi ternyata Kurahashi menanyakan apakah Daichi mandi bersama ibunya.

Di dalam kelas, Daichi mencari-cari Kobayashi yang tidak berada di dalam kelas. Ternyata Kobayashi berada dalam sebuah loker, badannya kaku dan dibadannya ada tulisan ‘benar-benar lemah’ bercat merah seperti yang pernah terjadi pada Wanikawa.

Di UKS, Kobayashi diobati oleh Kanbe, karena badannya yang kaku. Di sana juga ada Wanikawa dan Daichi yang menemani Kobayashi. Ketika Kobayashi ditanya siapa yang melakukan hal ini. Kobayashi menjawab bahwa ia tidak terlalu ingat. Dan Kobayashi pun mengatakan bahwa sebenarnya orang itu mencari Daichi. Kobayashi pun menjelaskan bahwa menurutnya orang itu mencari Daichi karena Daichi berhasil mengalahkan Wanikawa, dan jika orang itu berhasil mengalahkan Daichi maka ia akan bisa menjadi penerus Mifune-senpai. Kanbe pun penasaran bagaimana Kobayashi bisa sampai dipukuli. Dan Kobayashi menjawab bahwa karena ia mengaku-ngaku menjadi Suzuki Daichi.  Daichi pun terharu dan bertanya apa Kobayashi melakukannya karena ingin melindunginya. Kobayashi membantahnya dan menjelaskan itu karena Kobayashi merasa cemburu pada Daichi, sebab Kobayashi ingin seperti Daichi. Kanbe menimpali bahwa kecemburuan seorang pria adalah sesuatu yang buruk. Kobayashi pun meminta maaf. Kanbe merasa khawatir dan menyuruh Daichi untuk pulang. Namun Daichi menolaknya, karena sebenarnya ia tidak ingin menjadi penerus Mifune~senpai. Wanikawa menjelaskan bahwa hal itu bukan Daichi yang memutuskannya.

Di taman sekolah, Umi duduk sendirian. Dan guru seni rupa yang mirip ayah Daichi itu pun menyapanya dan bertanya padanya. Umi mengatakan bahwa ia takut terbunuh oleh putranya. Guru seni rupa itu menimpali bahwa itu merupakan cerita yang menakutkan. Tapi Umi berpikir bahwa mungkin ia terlalu melebih-lebihkan. Guru seni rupa itu pun mengajak Umi untuk minum teh bersama.

Habu pun mendatangi Mifune yang sedang berlatih. Ia mengatakan bahwa ia berhasil mengalahkan Daichi dengan mudah, bahkan ia berpikir bahwa Daichi itu sangat lemah tidak seperti apa yang dibicarakan. Mifune dan Uchiyama pun sempat tidak mengenali Habu, dan bertanya lagi siapa dia. Dan Uchiyama mengatakan bahwa tadi ia melihat Daichi di kantin dan Daichi terlihat baik-baik saja. Mifune bertanya apa mungkin Habu memukuli orang yang salah dan mengatakan apa yang dilakukan Habu adalah hal yang bodoh. Uchiyama memberi pendapat pada Mifune, bahwa Habu sepertinya sangat serius ingin menjadi penerusnya, dan karena keseriusannya kita bisa memikirkan ulang. Mifune menimpali, bahwa ia tidak peduli apa yang akan terjadi pada sekolah ini setelah kelulusannya.

Tak lama kemudian, Daichi datang ke tempat latihan Mifune~senpai untuk mengatakan bahwa ia tidak tertarik menjadi penerus Mifune~senpai. “Bisakah kau menyerahkannya pada Kobu, atau siapapun namanya.” pinta Daichi
“Bukan Kobu! Aku adalah Habu Yoshikazu!” ralat Habu setengah marah.
“Maaf, tapi baru pertama kali bertemu, kau tak pernah bisa untuk mengingatnya, kan…” Daichi meminta maaf. “Jangan tertawa!” kata Habu marah, “Kenapa ini selalu terjadi padaku. Bahkan sejak aku masih bayi selalu seperti ini. Bahkan ibu kandungku sendiri tidak bisa mengenaliku. Aku selalu ingin mengatakan, ‘jangan memeluk anak itu, putramu berada di sebelah sini!’, aku selalu ingin berteriak dari dalam hatiku!”ujar Habu bercerita.
“Ketika aku mendengarnya, aku merasa kasihan padamu. Baiklah, aku mengerti. Penerus Mifune adalah kau, Rob.” potong Uchiyama~senpai dan mendekati Habu.
“Bukan Rob, tapi Habu. Apa aku berada di klub tennis atau semacamnya.” ujar Habu marah.
“Maaf, aku melakukannya dengan sengaja.” ucap Uchiyama~senpai.
“Selamat, Habu-senpai.” Daichi memberi selamat.
“Tidak, tunggu sebentar. Jika kau tak bisa mengalahkan Suzuki, maka aku tak bisa menerimamu.” potong Mifune, ia teringat pertemuannya dengan Umi saat itu. Uchiyama sempat bingung dengan ucapan Mifune, begitupun Daichi. Dan Habu pun bersiap untuk menyerang Daichi dengan jurus ularnya.

Di tempat lain, Umi sedang bersama dengan guru seni rupa di ruangannya. Guru seni rupa itu berpikir bahwa itu adalah bukti bahwa anakmu sangat mencintaimu.
“Tentu saja pubertas adalah salah satu tanda bahwa tubuh manusia berubah menjadi dewasa. Terlebih lagi, jika pikiran tumbuh melambat, maka salah satu akan tersakiti. Secara normal, kau akan merasa kesal pada seseorang yang terdekat denganmu.” jelas guru seni rupa itu.
“Itu sehat, kan?” tanya ibunya Daichi.
“Secara umum kau benar.”
“Tapi, daripada anakmu yang merasa kesal, baginya, hanya selalu dekat denganmu itu memberikannya kebahagiaan. Seperti anak anjing yang merasa nyaman berada dengan pemiliknya.”
“Anakku bukan seorang anjing.”
“Tak apa untuk berpikir seperti itu.”

Badan Daichi masih dipiting oleh jurus ularnya Habu. Lalu ada suara seperti ada tulang rusuk yang patah. Tapi ternyata itu adalah suara balon meletus, yaitu balon yang diberikan Umi sewaktu pergi kencan ke taman hiburan.
“Ah, balon warna merah yang berisi kenanganku dan ibuku. Karena semakin mengecil, maka aku menyimpannya dalam sakuku. Dasar kau!” ujar Dachi kesal.
“Semakin kau bergerak, maka pitinganku akan semakin kuat! Sirkulasi udara akan berhenti, seperti racunku mengalir dalam darahmu, kau akan mulai kehilangan kesadaran.” jelas Habu.
“Ini menyakitkan, Oka-chaann.” Daichi merasa kesakitan.

“Tidak pernah mengkhianati pemiliknya, seorang putra yang tidak akan bisa mengkhianati ibunya. Seperti cinta seorang anak anjing. Bukankah setiap ibu berharap putranya seperti itu? Yang telah melahirkan putra mereka. Dan dari bayi menjadi anak, lalu remaja dan akhirnya menjadi seorang dewasa. Tidak pernah berubah dan selalu mengagumi ibunya sebagai nomer satu, seperti mencintai.”ujar guru seni rupa menjelaskan lagi.
“Benar.”
“Aku tidak mengerti pikiran setiap orang. Bagaimanapun, jika putramu mirip dengan anak anjing itu maka…Itu adalah impian setiap ibu, pada tingkat ini dipastikan..bukankah bisa dikatakan bahwa itu adalah seorang putra yang sempurna (perfect son)?” jelas Guru Seni rupa itu.
“Ah, tapi itu berarti mereka tidak pernah meraih kebebasan. Seperti mereka akan menjadi seorang mama boy.” Umi terlihat khawatir.
“Tak apa menjadi seorang mama boy. Banyak dalam masyarakat sebenarnya yang seperti ini.”  Guru seni rupa menenangkan.
“Jadi, maksudmu bahwa seorang anak yang sempurna seperti anak anjing dengan seorang ibu yang rumit?” tanya Umi.
“Tepat sekali.”
“Aku merasa mengerti dan tidak mengerti.” ucap Umi.

Yang tak dapat kumengerti bukan jika ia bisa saja menggali lubang atau menggonggong. Tapi seekor anjing tak bisa membelikan sebuah rumah.

“Tutup tanganmu. Buka tanganmu. Tepuk. Tutup tanganmu.” ucap Daichi berulang-ulang.
“Hey! Kami mengerti! Lepaskan dia!” ucap Uchiyama~senpai.
“Tunggu saja, ia akan segera tak sadarkan diri.” jelas Habu.
“Buka tanganmu lagi. Ketika aku masih kecil ketika aku terluka dan mematahkan tulangku. Bahkan setelah itu, aku masih kaku dan tak benar-benar tak bisa menggerakkannya. Ibuku sangat khawatir. Dan supaya aku dapat menggerakkannya, dengan suara yang ceria ia mulai bernyanyi.”
“Ada apa dengan pria ini, berbicara tentang ibunya! Apa kau seorang mama boy?!” tanya Habu.
“Aku bukan seorang mama boy! Aku hanya mencintai ibuku! Apa pun yang terjadi, aku takkan pernah memanggilnya ‘menyebalkan’.” ucap Daichi.

Wanikawa, Kobayashi dan Kanbe mendatangi tempat latihan Mifune. Mereka tak bisa membantu Daichi karena Habu mengancam akan mengencangkan pitingannya terhadap Daichi. Uchiyama~senpai mencoba untuk mengakhiri pertarungan Daichi dan Habu dengan mengatakan bahwa Habu yang akan menjadi penerus Mifune. Tapi Habu tak melepaskan pitingannya, ia heran mengapa Daichi masih sadar, belum pingsan.
“Bernyanyi dan terus bernyanyi, hingga suara ibuku menjadi serak. ‘tutup tanganmu, buka tanganmu’, Oka-chan, terima kasih. Aku baik saja sekarang! Angkat tanganmu! Lihat Oka-chan, aku bisa menggerakannya!” ucap Daichi sembari melepaskan diri dari cengkeraman Habu.
“Suzuki-kun, jika kau mempunyai uang, kau benar-benar ingin pergi ke Australia, kan?” ujar Kobayashi memberi semangat.
“Tentu saja. Dasar kau ular sialan! Sekarang aku bebas, dan giliranku. Aku memanggil ini, ‘Pukulan Koala mama Boy!’. teriak Daichi sembari melakukan gerakan pukulan koala dan mengarahkannya pada Habu. Dan Habu pun terlempar hingga dimana Kobayashi dan yang lainnya berada. Sedangkan Daichi lemas dan pingsan begitupun Habu.

Di atap, Mifune sendirian menatap matahari sore ia berbicara pada dirinya sendiri, “Aku tak bisa mempercayainya. Aku cemburu pada hal semacam itu.”

Sementara itu di rumah, Daichi, Umi dan Kurahashi sedang makan malam. Mereka sudah makan tidak ala kemping lagi. Namun Daichi terus diam. Merasa ada yang salah Kurahashi memutus kebuntuan dengan meminta maaf karena makan malam di sana lagi. Daichi tiba-tiba mengatakan bahwa ia akan mengatakan apa yang diinginkan Ibunya, Daichi meminta maaf terlebih dulu pada ibunya.
“Kau bisa melakukannya.” Umi memberi semangat.
“Kau sangat mengganggu dasar menyebalkan!” ucap Daichi.
“Katakan lebih keras!”
“Kau menyebalkan! Perempuan tua!”
“Apa yang kau katakan barusan!”
“Perempuan tua!” Daichi menggebrak meja.
“Katakan sekali lagi.”
“Diam kau, perempuan tua!”
“Apa?” Ibunya Daichi menampar Daichi tanpa sengaja.
“Oka-chan, ini hanya akting.” ucap Daichi sembari memegang pipinya. Dan Umi meminta maaf pada Daichi.
“Jangan menggangguku, perempuan tua!” ucap Daichi lagi.
“Setelah melahirkanmu dengan penuh kesakitan dan mendengarkan anak kandungku mengatakan hal ini, sungguh menyakitkan!” balas Umi.

Karena melihat tingkah aneh antara ibu dan anak itu, Kurahashi pamit pulang.

Kenyataannya. Pada akhirnya, meskipun ini melepaskan kekhawatiran, memiliki Meskipun kita hanya berakting, ini mengagetkaku seberapa banyaknya aku mendengarnya ini tetap membuatku marah. Ini pasti lebih buruk ketika seorang ibu mendengarnya dalam seorang anak yang sehat akan membat kesal.

Oka-chan, bisa kita sudahi sekarang.”
“Yeah, maaf Daichi!” Umi memeluk Daichi.

Meskipun ini tidak sehat, dia seperti anak anjing dimana sangat lucu! Maka itu berarti. Memiliki seorang mama boy artinya bahwa aku adalah seorang anak yang sempurna! Tapi akan menjadi masalah jika ia menjadi seorang parasit maka.. Karena ia seorang mama boy yang berarti ia anak yang sempurna artinya dia akan membelikan sebuah rumah!

Keesokan harinya, Habu menghadang Daichi, Wanikawa dan Kobayashi yang hendak pergi ke sekolah. Mereka saling bertatap. Dan kemudian Habu mengajak salaman Daichi sembari mengatakan, “Aku telah kalah.” Tapi Daichi malah bingung dan menanyakan kembali siapa yang berada di hadapannya. Begitupun dengan Wanikawa dan Kobayashi tampak tak mengenali orang yang didepan mereka. Dan pergi meninggalkan Habu seorang diri.

Lalu Daichi menunjukkan kaos pasangan yang pernah diberikan ibunya, ia pun berlari sembari mengacungkan tangannya ke atas, tersenyum.

Di rumah Umi mengenakkan kaos pasangan itu, ia pun berkata, “Aku pikir ini bagus,” kemudian menguap dan meneruskan, “Terserahlah.”

Thanks to doramax264
Represented by SanRi
Written by Susan ( Blog )
Capture image by Ari ( Twitter | Blog )
Posted only on PelangiDrama
DO NOT REPOST TO OTHER SITE/FP !!!
Please be patient!!! don’t ask next episode! OK!

7 pemikiran pada “[Sinopsis J-Drama] Risou no Musuko Episode 3

  1. haha. lucu bgt ini umi.. pikirannya aneh2 aja. walau begitu Daichi selalu mengerti umi.. aish. jadi pgn punya anak kyk daichi ntr tua nanti. hehe. :)ups. kk semangat yah bwt sinop nya..

    Suka

  2. hahaha kadang jadi sering ngerasa kalau yg lebih pantes jadi orang tuanya itu bkan Umi tp Daichi nya. Soalnya kayaknya Daichi lebih dewasa daripada Umi. Ibunya Daichi labil kayak anak ABG

    tpi lucu liat mereka berdua……

    Suka

Tinggalkan komentar