Sebelum Ma Roo bertemu Eun Gi di balapan motorbike di episode 2 kemarin, nampaknya Ma Roo sudah mencari tahu tentang Eun Gi.
“Seo Eun Gi…putri tunggal dari pemilik Taesan group, Presdir Seo Jeong Gyu. Direktur Eksekutif Tae San Group sekarang ini. Pewaris utama Taesan group. Sombong, kasar, kritis, dingin dan gila kerja. Tidak memiliki teman ataupun hobi. Tidak ada catatan kunjungan ke department store, bioskop, galeri seni, lapangan golf, salon kecantikan. Sama sekali tidak memiliki hiburan. Satu-satunya kegiatan hiburannya adalah naik motor.”
“Jika kujelaskan semuanya, bisakah kau memahaminya? Seberapa menyilaukan? Bagaikan sebuah mimpi yang indah, sehingga nafas terasa sesak. Jika kujelaskan semuanya, bisakah kau membayangkannya?”tanya Jae Hee balik. Ma Roo makin memacu motornya mengingat semua itu.
“Bonekaku ada di sana!”teriak Eun Gi. Tapi Ma Roo malah menyeret Eun Gi menjauh dan mengajak Eun Gi ke rumah sakit karena sepertinya otak Eun Gi cedera ringan. Eun Gi menangis keras dan memanggil-manggil ‘ibu’.
Dokter pun bertanya apa hubungan Eun Gi dengan Ma Roo. Eun Gi menjawab kalau ia tak mengenalnya.
“Jika benar-benar terjadi sesuatu, siapa yang akan kau salahkan?”
“Bagaimana orangtuamu mendidikmu?”tanya Ma Roo menanggapi. “Jika kau memiliki hal yang kau syukuri atau sesali, kau akan menjadi lebih marah, emosi, keras kepala, dan menyalahkan orang lain? Pada saat merasa bersyukur, kau cukup mengucapkan terima kasih. Pada saat bersalah, kau cukup meminta maaf.”cerocos Ma Roo.
Eun Suk memanggil Jae Hee ‘ibu’ dan menghambur ke pelukan Jae Hee.
“Dia bilang kita adalah ahli warisnya. Dia bilang dia akan memberi kita kesempatan.”ucap Jae Hee senang. Eun Suk yang masih kecil tentu saja tak mengerti ucapan ibunya.
“Memberikan semuanya kepadamu. Sebuah dunia yang untuk membayangkannya saja ibu tidak berani. Jangan sampai dimusuhi… Jangan sampai diusir dari sana. Jangan sampai direbut oleh siapapun juga. Agar kau bisa memiliki segalanya.”jelas Jae Hee dan kembali memeluk Eun Suk dengan erat. Tak jauh dari sana berdiri pengacara Ahn.
“Pengacara Park menyuruhmu melakukan sesuatu dengan diam-diam, bukan?”tanya pengacara Ahn langsung. Supir Jo berpura-pura tak tahu maksudnya.
“Hubungan antara orang yang memeras nyonya muda waktu itu dengan nyonya muda topiknya sepertinya belum berakhir.” Supir Jo mengatakan sepertinya terjadi kesalahpahaman jika pengacara Ahn mengajaknya bertemu untuk membicarakan masalah tersebut ia pamit undur diri. Pengacara Ahn segera mengiming-iminginya dengan promosi yang bagus, kesempatan itu tak akan ada 2 kali dalam hidupnya dan keputusan ada di tangan supir Jo. Setelah mengatakan itu pengacara Ahn mempersilahkan supir Jo pergi, baru beberapa langkah supir Jo menghentikan langkahnya dan mempertimbangkan tawaran tadi. Ia pun memutuskan di pihak pengacara Ahn.
Supir Jo mengatakan kalau ia tak menemukan hubungan apa2 antara Ma Roo dan Jae Hee.
Tapi pengacara Park tak mudah percaya, karena informasi yang ia dengar saat di pesawat keduanya terlihat saling mengenal. Suir Jo beralasan hal itu bisa saja terjadi pada situasi panik berdasarkan informasi yang didapatnya dari pramugari yang memberitahukan masalah itu pada Eun Gi. Pengacara Park pun menyuruhnya menyelidiki Ma Roo lebih jauh. Supir Jo mengiyakan dan memberitahukan kalau Ma Roo keluar dari fakultas kedokteran di tengah jalan dan sekarang bekerja sebagai bartender di sebuah bar. Tidak ada hal menarik lainnya kecuali Ma Roo yang tinggal bersama dongsaeng yang sakit2an.
“Kau punya foto orang tersebut?”tanya pengacara Park, supir Jo pun memberikan foto Ma Roo pada padanya.
“Ada apa sebenarnya? Pasti bukanlah penipu biasa yang memeras uang sebanyak 1 milyar won.”ucap pengacara Park bertanya-tanya melihat foto Ma Roo tersebut. Flashback End.
“Sedang bicara apa ini sekarang? Apa maksudnya dengan donor yang cocok? Apa yang dimaksud dengan operasi transplantasi?”tanya presdir Seo tak mengerti.Eun Gi menjawab kalau ia tahu penyakit yang diderita ayahnya selain operasi transplantasi, tidak ada jalan lain lagi. Dan cara yang paling efektif mencari donor dari antara anggota keluarga yang ada. (Oh jadinya Eun Gi melakukan tes untuk menjadi donor ginjal bagi ayahnya). Eun Gi pun menyuruh pengacara Ahn menentukan hari operasinya setelah 2 minggu ke depan ia tak ada jadwal penting jadi jika ayahnya ada waktu bisa langsung di atur.
Mendengar semua itu, presdir Seo marah. Ia memaki-maki Eun Gi, dan juga mengingatkan seharusnya pengacara Ahn juga menghentikan tindakan Eun Gi.
“Toh umurku juga sudah tidak panjang lagi. Hanya dikarenakan bisa memperpanjang umur setahun, masa depan Tae San harus menjadi taruhan?”seru presdir Seo.
“Apa yang dikatakan oleh ayahmu adalah benar. Dengarkan omongan ayahmu.”sela Jae Hee sok perhatian. “Kesehatan dan semangatmu itu bukan hanya milikmu seorang. Kelangsungan hidup ratusan ribu karyawan Taesan, jika ditambah anggota keluarga mereka menjadi jutaan jiwa orang adalah menjadi tanggung-jawabmu sepenuhnya, Seo Eun Gi.” Jae Hee terus mengatakan kata2 bijak yang sok mempedulikan kesehatan Eun Gi dan masa depan Taesan grup, Eun Gi hanya tersenyum sinis mendengarnya. Setelah itu Jae Hee memberitahukan kalau ia juga sudah menjalani tes donor organ tubuh sebelumnya dan hasilnya ia adalah
donor yang paling cocok untuk presdir Seo. Presdir Seo dan Eun Gi nampak terkejut.
“Aku juga merasa sangat beruntung. Aku hanyalah seorang yang keberadaannya sama sekali tidak penting. Jika Presdir tidak berada lagi di dunia ini, aku juga tidak memiliki keinginan untuk hidup lagi. Jangan menggoyahkan masa depan Taesan.”ungkap Jae Hee. Lalu meminta izin agar ia diijinkan menjadi donor untuk presdir Seo. Lalu Jae Hee mengajak melanjutkan makan namun nampaknya Eun Gi sudah tak berselera.
“Hatiku… bukanlah sesuatu yang harganya dapat dikompensasi dengan sebuah shopping mall. Hatiku adalah sesuatu yang sangat berharga, Presdir. Jika kau ingin membalas budi dikarenakan aku bersedia menjadi donor bagimu, tidak akan cukup sekalipun kau berikan Taesan padaku.” Jae Hee menambahkan hal yang dilakukannya sekarang adalah kewajiban seorang istri terhadap suaminya, terhadap keluarganya, dan melakukan apa yang sanggup dia lakukan bagi mereka.
“Aku adalah anggota keluargamu, Presdir. Walaupun keberadaanku sama sekali tidak diakui, sama sekali tidak dihargai…Tapi bagiku, aku merupakan sebuah bagian dari keluarga Presdir, ibu dari anakmu. Meskipun semua orang memandangku rendah, dan menganggapku tidak ada…Tapi perasaanku tidak akan berubah. Tidak akan.” Presdir Seo makin terenyuh dengan kata2 manis Jae Hee apalagi ditambah derai air mata buaya Jae Hee. Presdir Seo pun memutuskan sebelum ia meninggal akan mengumumkan secara resmi kalau Jae Hee adalah istrinya.
Flashback;
“Maaf sekali karena tidak sanggup menjaganya dengan baik. Selalu ada perasaan bersalah terhadapmu.”ucap ibu Eun Gi. Lalu memberikan boneka itu pada Eun Gi seraya mengatakan Eun Gi cukup seperti boneka itu memakai pakaian dan sepatu yang bagus dan bertemu pria yang menyayanginya seperti gadis seumuran Eun Gi. Ibu Eun Gi, ingin Eun Gi hidup seperti itu lalu menanyakan apakah Eun Gi mau ikut dengannya meninggalkan rumah yang semakin lama ditinggali bisa membuat mereka mati sesak nafas.
“Sekalipun aku harus mati karena sesak nafas, aku harus mati di sini…Mati di tempatku. Aku mau tetap tinggal di sini”jawab Eun Gi penuh tekad. Hidup seperti yang ibunya bilang seperti boneka tersebut memakai pakaian dan sepatu bagus. Eun Gi melempar boneka barbienya.
“Aku akan tinggal di sini dan menang. Aku harus menang, kemudian menginjak mereka satu persatu di bawah telapak kakiku. Aku tidak akan menjalani hidup seperti ibu. Melarikan diri, menghindar, dan menyerah.Seperti seorang pecundang. Aku Seo Eun Gi, tidak akan pernah menjalani hidup seperti itu.”
Flashback End.
Eun Gi pun membawa sendiri bingkisan tadi ke rumah sakit. Namun sayang Ma Roo sudah tak ada di sana. Eun Gi pun menanyakan alamat Ma Roo.
“Dia ganteng sekali.”puji Yoo Ra begitu Ma Roo masuk ke dalam rumah. Jae Gil pun mengatakan kalau semua itu berkat operasi plastik.
“Oppa, serius itu semua hasil operasi plastik?”tanya Yoo Ra tak percaya.
“Semua giginya dicabut dan diganti dengan gigi palsu. Sampai-sampai tulangnya pun di rekonstruksi.”jawab Jae Gil, Yoo Ra pun menanyakan wajah asli Ma Roo seperti apa. Jae Gil pun memperlihatkan wajah asli Ma Roo dengan memperagakannya.
“Apa lagi yang harus dioperasi? Semua orang bilang kalau wajahku sudah ganteng dari sananya.”jawab Jae Gil. Lalu balik bertanya bagaimana dengan Yoo Ra. Yoo Ra dengan gugup mengatakan tidak. Ia cantik alami berdandan sedikit daja sudah seperti bintang film, pakai BB cream saja tidak. Ma Roo begitu tak peduli dengan tingkah keduanya ini, ia beranjak keluar rumah. Jae Gil pun memastikan menyetuh wajah Yoo Ra namun ia merasakan pelembab menempel di wajahnya hahaha.
“Berkat engkau, aku jadi tahu jika ada daerah seperti ini di Seoul.”jawab Eun Gi lalu beristirahat karena kakinya pegal2. Seharusnya kalau ia tahu jalan yang akan dilaluinya ia akan mengenakan sepatu panjat gunungnya. Eun Gi terus menyerocos mengenai kondisi jalanan rumah Ma Roo, tapi Ma Roo hanya tersenyum menanggapinya.
“Memangnya aku salah ngomong? Kau marah?”tanya Eun Gi. “Kalau kau marah, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud apa-apa, aku hanya tertarik dan takjub.”
“Kau tertarik padaku?”tanya Ma Roo the point yang membuat Eun Gi kaget.
“Kalau kau tidak tertarik kepadaku secara diam diam, kenapa cara bicaramu ngelantur seperti ini?” Eun Gi berusaha mengelak namun Ma Roo memotongnya.
“Apakah kau tipe wanita yang gampang terharu? Apakah tipe cowokmu adalah cowok yang ganteng?”
“Sepertinya rasa percaya dirimu agak keterlaluan.”sindir Eun Gi, dan ingin menjelaskan kalau tujuannya datang ke tempat itu untuk menemui Ma Roo yang dipanggil ahjusi namun dipotong Ma Roo lagi.
“Itu kan menurutmu. Menurut pandanganku tidak seperti itu. Aku bukan tipe orang yang suka berhutang budi.”elak Eun Gi.
“Kau tidak berhutang budi kepadaku.”ucap Ma Roo lalu mendekat ke arah Eun Gi yang membuat Eun Gi salting padahal Ma Roo hanya mau mengatakan lunas hahaha. Ma Roo pun melangkah pergi.
Cho Ko menceritakan kondisinya yang malang bertemu dengan ibunya yang terpisah selama 20 tahun namun keadaannya tak seperti yang diharapkan. Ternyata ayah tiri Cho Ko orangnya kasar dan suka berjudi. Sekarang ia mengamuk mencari uang untuk berjudi. Cho Ko pun menegaskan kalau ia telah melaporkan ayah tirinya atas tuduhan perjudian dan tindakan kekerasan. Ayahnya marah, Cho Ko pun berteriak. Mendengar teriakan Cho Ko, Ma Roo nampak khawatir ia segera menelepon balik Cho Ko namun sayang ponselnya kembali tak aktif.
“Tingkah laku yang seperti itu tadi diajarkan oleh orang tuamu? Memotong pembicaraan orang dan tidak membiarkan orang menyelesaikan omongannya. Kau hanya menilai, menafsirkan, dan menghakimi seenak hatimu.”maki Eun Gi, Ma Roo pun menyuruh Eun Gi keluar. Namun Eun Gi menolak karena ia belum selesai menjelaskan semuanya. Ma Roo mengatakan kalau saat ini ia sedang ada kepentingan lain dan terburu-buru. Eun Gi pun menyuruh Ma Roo jalan kalau terburu-buru karena mereka bisa jalan sambil bicara. Eun Gi terus mengumpat, seraya membenarkan seatbeltnya. Ma Roo pun memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi.
“Kita bisa berbincang-bincang sebelum kita sampai ke tempat tujuan.”jawab Eun Gi, lalu menyerahkan bingkisan yang dibawanya pada Ma Roo. Namun Ma Roo mengembalikannya dan bertanya apa Eun Gi tak tahu kalau ia menolak.
“Tahu.”jawab Eun Gi setengah kesal karena hadiahnya dikembalikan lagi hahaha. Dan bertanya kenapa Ma Roo menolaknya karena dari tampangnya Ma Roo tak terlihat seperti seorang malaikat. Bagaimana pun juga demi dirinya Ma Roo hampir kehilangan nyawanya, jadi ia harus member Ma Roo sedikit kompensasi.
“Sekarang ini aku…ingin sekali mendaki sebuah gunung yang tinggi dan aku benar-benar membutuhkan sebuah tangga. Kau, sanggupkah menjadi tangga itu bagiku? Jika aku membulatkan tekad untuk mendapatkanmu, apa yang akan kau lakukan?”tanya Ma Roo dengan nada serius.
“Kau butuh ke rumah sakit sekali lagi? Jatuh dari gunung, yang terluka bukan tulang rusuk tapi sepertinya malah kepalamu.”jawab Eun Gi.
“Sekalipun kau tidak berkata demikian, aku sudah berencana untuk melakukannya. Setelah kecelakaan, penilaianku terhadap wanita sepertinya makin memburuk. Tadi begitu melihatmu, hatiku sedikit berkecamuk.”kata Ma Roo dengan pandangan lurus ke depan. Ma Roo menambahkan sebelum kecelakaan terjadi Eun Gi bukanlah tipe wanita yang menjadi seleranya. Eun Gi meminta Ma Roo menghentikan mobilnya, Ma Roo mengingatkan bukankah tadi ia sudah mengatakan sebelum sampai di tempat tujuan ia tak akan berhenti.
Jadi sebaiknya kau siap-siap lahir batin.”pesan Ma Roo lalu keluar mobil. Ma Roo berjalan menuju rumah makan, ia memperhatikan ibu pemilik rumah makan itu membersihkan meja bekas tamu.
“Masih tidak mau pergi?”tanya Ma Roo.
“Melihatmu berkelahi seperti itu, sepertinya keren sekali. Dua lawan satu.”
“Orang itu hanya gede bacot saja. Pukulannya sama sekali tidak membahayakan.”elak ibu Cho Ko. Pukulan suaminya hanya memar tapi sebenarnya tidak sakit.
Ibu Cho Ko menyiapkan makanan untuk Cho Ko, namun Cho Ko tak mau makan. Melihat sikap Cho Ko ibunya pun membawa Cho Ko mencari Ma Roo.
“Sudah kubilang mulai sekarang aku mau tinggal di sini saja. Dulu oppa, demi aku harus menjalani hari-harinya dengan berat.”tolak Cho Ko.
“Benar tidak keberatan? Tidak keberatan Cho Ko kubawa pergi?”tanya Ma Roo.
Tapi Cho Ko bersikeras menolak. “Setelah 20 tahun lebih menelantarkan, sudah saatnya kau menunjukkan rasa tanggung-jawabmu terhadapku.”ujar Cho Ko pada ibunya. “Hampir tiap hari sakit dan pingsan, aku menghabiskan hampir semua uang oppa-ku. Mulai sekarang ibu-lah yang harus bertanggung-jawab terhadapku.” Ibunya menegaskan kalau ia tak yakin sanggup menjaga Cho Ko, jika ia harus memilih antara Cho Ko atau suaminya ia pasti memilih suaminya. “Aku bisa mati kalau dia tidak ada. Seberapa bencinya aku padanya, dia adalah orang yang telah hidup bersamaku lebih dari 20 tahun lamanya.” Cho Ko hanya bisa terperangah mendengar semua itu.
“Makanya kusuruh kau ikut dan tinggal bersama oppa-mu. Dia toh bukan orang lain. Kalian ini adalah saudara lain ibu tapi satu ayah. Kau sudah merawatnya lebih dari 20 tahun lamanya. Sudah seharusnya kau bertanggung-jawab hingga akhir.”cerocos ibu Cho Ko. Ma Roo pun kembali menyuruh Cho Ko segera membereskan barangnya. Cho Ko dengan menahan sedih beranjak pergi.
“Kau tidak akan kuberitahu. Tidak akan!”jawab Ma Roo dingin. Ibu Cho Ko pun paham ia melangkah pergi dengan menahan tangis. Sebenarnya ibunya itu sayang sama Cho Ko tapi suaminya suka menganiaya orang jadi takutnya kalau Cho Ko bersamanya ia akan menderita. Eun Gi yang sedari tadi mendengar semuanya hanya bisa memandang iba pada Ma Roo.
“Atau, ini adalah ini pacar oppa?”tebak Cho Ko.
“Bukan pacar, hanyalah kenalan biasa.”jawab Ma Roo. Ma Roo menyuruh mereka memakai sabuk pengaman,sakit terkejutnya melihat kejadian tadi Eun Gi hanya diam saja. Ma Roo pun memakaikan seatbelt Eun Gi lalu memacu mobilnya menuju Seoul.
Sembari minum, Jae Hee menceritakan kehidupannya dulu. “Aku dulu pernah tinggal di tempat itu lebih dari 25 tahun lamanya. Ibuku adalah seorang pelacur. Identitas ayahku tidak jelas. Oppa-ku adalah seorang penjudi dan preman. Oppa dan ibuku, begitu ada kesempatan selalu ingin menjualku ke klub malam…demi uang.”kata Jae Hee memulai ceritanya. Walaupun ia tak tahu hidup bisa sepahit aa, dari bagian terkumuh dari kawasan kumuh itu, selama 25 tahun lamanya ia melewati hidupnya bagaikan seekor kecoak di dalam selokan. Tapi Ma Roo lah yang memberinya kekuatan untuk bertahan hidup.
“Pengacara Ahn seharusnya sudah tahu dengan jelas semuanya. Lelaki yang pada suatu masa dalam hidupku pernah kucintai dengan segenap jiwaku,Kang Ma Roo”ungkap Jae Hee, diiringi dengan background Ma Roo terus mengendarai mobilnya menuju Seoul mengantar Cho Ko dan Eun Gi. Cho Ko pulas tertidur.
“Bagiku, Ma Ru…bagaikan sebuah rumah. Setiap saat lampunya akan selalu nyala. Sebuah rumah di mana kutemukan adanya cahaya dan kehangatan. Dia bagaikan sebuah rumah yang melindungi seorang Han Jae Hee dari segala hal menakutkan yang terjadi dalam hidup.”
“Dulu, aku pernah membunuh seseorang. Ma Roo jugalah yang telah menggantikanku menjalani hukuman. Karena itu jugalah, seluruh masa depan dia menjadi hancur. Tapi…aku demi untuk bisa bertahan hidup, tidak ragu-ragu memancung kepalanya.”ungkap Jae Hee. Semua itu ia lakukan agar bisa menikmati hidup yang dipenuhi dengan kemewahan dan barang2 mahal. “Semua kemewahan ini, layaknya sebuah mimpi. Setiap hari, lebih dari sepuluh kali aku harus mencubit lenganku. Aku ingin selamanya berada di sini. Jika semua ini hanyalah mimpi belaka, aku tidak ingin terbangun sekalipun aku harus mati.”lanjut Jae Hee lalu meminta pengacara Ahn menolangnya.
Di rumahnya presdir Seo terbangun karena mimpi buruk dan melihat Jae Hee tak di sampingnya. Nampak presdir Seo merasakan sakit di dadanya.
“Kau percaya padaku? Kenapa kau mempercayaiku?”tanya pengacara Ahn yang menghentikan langkah Jae Hee. “Aku telah bekerja pada Presdir lebih dari 25 tahun lamanya. Bagiku, Presdir itu bagaikan dewa penolongku. Lebih mempercayaiku dibandingkan keluargaku sendiri. Apa yang baru kau ceritakan padaku, jika kuteruskan kepada Presdir…”
“Tidak akan kau teruskan padanya, bukan?”tebak Jae Hee. Pengacara Ahn bertanya kenapa Jae Hee bisa berpikir seperti itu.
“Karena kau menyukaiku. Sudah dari dulu kau menyukaiku. Kau lebih dulu menyukaiku dibandingkan Presdir.”jawab Jae Hee penuh percaya diri lalu mencium pengacara Ahn dan semua itu di depan mata Ma Roo langsung hahaha.
Jae Hee mempersilahkan pengacara Ahn memberitahukan itu semua pada presdir Seo. Pengacara Ahn tak menjawab ia malah pulang.
“Aku tertidur? Aneh sekali. Seo Eun Gi bisa jatuh ketiduran begitu saja di mobil orang.”guman Eun Gi tak percaya. Jae Hee makin kaget melihat yang turun dari mobil Eun Gi, ekspresinya itu lho hahaha.
“Mendadak aku merasa penasaran terhadapmu. Mari kita ketemuan lagi. Besok juga, lusa juga.”ujar Eun Gi, Ma Roo hanya tersenyum mendengarnya.
===Bersambung===
Huhuhu episode yang menguras jolang, itu lho perhatian Ma Roo ke Cho Ko, walaupun mereka bukan saudara kandung tapi rasa sayangnya itu patut diajungi 10 jempol.
Tadinya ku kira itu Jae Hee melakukan semua itu karena terdesak ternyata oh ternyata harta telah membutakan mata hatinya. Sejak awal perhatian yang ditunjukkan ada Eun Gi hanyalah kepura-puraan semata?. Dan lagi untuk mencapai semua itu Jae Hee berani merayu pengacara sekaligus sekretaris kepercayaan presdir Seo. Akankah pengacara Ahn berpihak pada Jae Hee?.
Eun Gi mulai menyukai Ma Roo yang misterius, perhatian, penyayang namun dingin hahaha. Sudah kayak pangeran es balok #eh?. Tapi bagaimana jika nanti Eun Gi tahu kalau Ma Roo pernah ada hubungan dengan Jae Hee. Dan untuk apa Ma Roo mendekati Eun Gi? Apakah Ma Roo dengan sengaja mendekati Eun Gi? Temukan jawabannya di episode2 berikutnya hoohoho.
wahhh terimakasih buat sinopsisnya..sangat membantu
SukaSuka
Jongki kiyuuuut bs juga peran gituuu, nakalan yaaa *cubit pipi jongki* ~saa
SukaSuka
walau hanya ngebaca, tak bisa kubendung air mata ini
thanks buat semua yg telah membuat ini jd begitu indah
SukaSuka
thanks buat sinopsisnya srasa lagi nonton aja…
SukaSuka
Nonton drama ini setelah kepincut JongKi di Descendants of The Sun.. Ternyata dia pernah main jadi orang jahat..uuuhh gemes deehh..nakal.nakal.nakal *pukul manja dada JongKi* 😀
SukaSuka