[Sinopsis J-Drama] Nobunaga no Chef episode 6

Setelah masuk ke puri Odani dan diketahui sebagai anak buah Nobunaga, Ken dipenjara dan hampir dibunuh. Namun karena Ichi memohon pada suaminya untuk menggunakan kemampuan Ken sebagai juru masak Chacha, nyawa Ken selamat. Saat Azai Nagasama berangkat bertempur melawan kakaknya, Ichi mengelabui anak buah suaminya dan mengantar Ken hingga perbatasan agar Ken bisa menyusuri jalan menuju tempat Nobunaga berada. Apakah Ken berhasil menemukan keberadaan Nobunaga?

~Sinopsis Nobunaga no Chef episode 6~

Di sebuah kuil, seorang biksu mendengar peperangan di Anegawa telah dimulai. Pelayannya seorang wanita, menyuguhkan hidangan Raspberry Sauce Panna Cotta (platingnya bernuansa modern ^^). Biksu tersebut terlihat senang dengan hidangan yang disajikan.

Kembali ke tempat Ken. Ia masih berfikir ke arah mana ia harus melanjutkan perjalanannya. Tiba-tiba sebilah katana diletakkan di lehernya. Ternyata orang yang menyerang Ken adalah Kaede. Ken heran bagaimana Kaede bisa berada di tempat itu? Kaede teringat janjinya pada Natsu, namun ia tidak mengatakannya pada Ken. Ia justru bertanya bagaimana bisa Ken berada di sana karena setahu Kaede, Ken dipenjara. Ken membenarkan, namun ia diselamatkan. Ken lalu menanyakan keadaan Nobunaga dan apakah perang sudah dimulai? Keduanya kemudian terlihat berlari menuju tempat Nobunaga berada.

Sepanjang perjalanan, Ken memikirkan tentang Nobunaga, Azai Nagamasa dan juga Oichi. Tiba-tiba Kaede berhenti. Ken heran melihat Kaede, namun Kaede seperti merasakan sesuatu. Ternyata mereka masuk dalam jebakan perampok. Saat Ken berjalan, ia menyenggol benang yang sudah disiapkan perampok. Kaede mengetahuinya. Ia segera menarik Ken yang pasti akan terkena pisau terbang yang sudah disiapkan penjahat itu. Namun karena Kaede menarik Ken, pisau tersebut mengenai lutut Kaede. Para perampok mulai bermunculan. Mereka mengolok-olok Kaede. Meskipun terluka, Kaede masih bisa melawan gerombolan perampok itu. Namun karena ia hanya sendirian, posisinya terdesak. Ia menyuruh Ken untuk lari meninggalkan dirinya. Ken tidak bisa meninggalkan Kaede sendirian. Ia kemudian mengambil kayu sebagai senjata dan berdiri di samping Kaede. Kaede marah karena Ken tidak menuruti perintahnya. Ia mengingatkan Ken bahwa dirinya pernah meninggalkan Ken saat di puri Odani. Jika sekarang Ken meninggalkannya maka mereka impas. Namun Ken tidak mau. Ia tidak mengingat apa yang pernah dilakukan Kaede padanya dan berusaha semampunya membantu Kaede. Mendengar apa yang dikatakan Ken, Kaede melemparkan sebilah katana untuk dipakai Ken sebagai senjata dan menyuruhnya untuk membunuh penjahat tersebut. Namun Ken tidak sanggup membunuh lawannya. Melihat Ken yang malah menyingkir, Kaede bergerak cepat. Ia menikam lawan yang terdekat dengannya. Melihat rekannya dibunuh, perampok lainnya lari menyelamatkan diri.

Ken meminta maaf pada Kaede karena tidak bisa membunuh. Kaede yang sudah kehilangan banyak darah berdiri sempoyongan. Ken kemudian mengeluarkan kain untuk menghentikan pendarahan di luka Kaede. Saat Ken hendak membebatnya, Kaede menarik kain tersebut dan membebat lukanya sendiri.

Setelah tentara Tokugawa dan Asakura saling berhadapan, peperangan di Anegawa dimulai. Tentara Azai memulai penyerangan.

 

Kaede berusaha berjalan, namun ia justru terjatuh. Ken mengajak Kaede untuk beristirahat terlebih dahulu untuk memulihkan tenaga Kaede. Jika Kaede tetap bersikeras untuk berjalan, mereka tidak akan sampai ke tempat Nobunaga lebih cepat. Kaede beralasan Nobunaga membutuhkan Ken saat ini. Setelah berkata demikian, Kaede pingsan. Akhirnya Ken menggendong Kaede dan berjalan kembali.

Kekuatan pasukan Azai dalam pertempuran Anegawa luar biasa. Bahkan mereka mendekati Nobunaga yang berada di markas tentara Oda. 

Kaede terbangun karena bau terbakar. “Baunya seperti rumah terbakar… Aku benci bau ini.” Kaede membuka matanya dan ia melihat Ken ada di depannya dan memanggil-manggil namanya. Saat Kaede membuka mata, Ken gembira. Kaede segera bangkit dan bertanya dimana mereka. Ken menjelaskan Kaede tadi pingsan dan ia membawanya ke tempat itu. Sambil menunggu Kaede, Ken memasak. Ia segera mengambilkan masakannya untuk Kaede .
“Ini miso bubur nasi dengan kerang shijimi dan bawang. Aku membuatnya menggunakan bahan-bahan yang tertinggal di sini.” Ken mempersilahkan Kaede untuk segera menikmati masakannya dan melanjutkan perjalanan mereka kembali. Kaede merasakan hangatnya masakan Ken. “Aku bertanya-tanya sudah sejak berapa lama aku makan sesuatu yang hangat seperti ini?”

Selesai makan, keduanya bercakap-cakap sejenak. Kaede memastikan apakah Ken benar-benar tidak ingat identitasnya? Ken membenarkan. Ia hanya mengingat dengan jelas bagaimana caranya memasak, sedangkan hal lain seperti orangtua, saudara atau teman… Tiba-tiba Ken mengingat sedikit tentang Youko, yang ternyata bekerja di tempat yang sama dengan Ken. Melihat Ken diam, Kaede bertanya ada masalah apa? Ken menjawab singkat tidak ada masalah. Ia hanya benar-benar tidak mengingat apapun.
“Itu mungkin lebih membahagiakan. Orangtuaku tewas dan dibakar dihadapanku. Itu terjadi saat perang 10 tahun lalu.”

=Flashback=
Kaede kecil menangis di dalam rumahnya yang sudah berantakan. Nobunaga mendekati Kaede dan bertanya kepadanya.
“Nak, apakah kau ingin menjadi kuat?” tanya Nobunaga.
“Maukah Anda menyelamatkan saya?” tanya Kaede kecil.
“Aku tidak butuh orang yang tidak akan berperang. Bisakah kamu? Jangan mempercayakan hidupmu pada orang lain. Berdirilah sendiri. Pilih sendiri. Majulah sendiri.”
“Tunggu! Bawa saya bersama Anda!” teriak Kaede.
=Flashback End=

“Saat itu, aku memutuskan untuk terus berjalan di atas kaki sendiri. Waktu aku tidak bisa berjalan lagi adalah saat aku mati.”

Ken berusaha menghibur Kaede. Ia membelai kepala Kaede, namun Kaede menyentakkan tangan Ken dan marah karena Ken menyentuhnya. Ken malu dan berkata ia pikir Kaede menangis.
“Jika itu yang kau inginkan, bahkan ketika kedua kakimu rusak aku tidak akan menghentikanmu. Tapi bukankah baik untuk memberikan dorongan ke arah yang benar, bukan?” ujar Ken sambil mengulurkan tangannya ke arah Kaede. Kaede menyambut uluran tangan Ken dan keduanya mulai kembali berjalan. Sikap Ken yang sangat bersahabat sepertinya menyentuh Kaede, meskipun Kaede menutupinya dan mengatakan Ken orang yang aneh.

Keduanya berhasil sampai ke medan pertempuran. Ken memperhatikan sekelilingnya di mana banyak prajurit bertempur. Di dekatnya, ternyata Natsu sedang mengobati para prajurit yang terluka. Natsu akhirnya melihat Ken yang berdiri tak jauh darinya. Ia segera berlari dan memeluk Ken. Ken memandang sekelilingnya. Ia berfikir berapa lama ia akan melihat pemandangan seperti ini? Kaede memanggil Ken dan mengingatkannya agar segera melapor pada Nobunaga. Ken mengiyakan perkataan Kaede dan mengikuti Kaede. Natsu melihat Kaede dan berterimakasih atas bantuannya.

Keduanya menghadap Nobunaga. Nobunaga sudah tidak sabar menunggu keduanya yang menurutnya terlalu lama sampai ke markas. Ia memerintahkan Ken untuk segera bekerja. “Sekarang buat sesuatu untuk dimakan prajurit Azai dan Asakura.” Tentu saja semua yang mendengar perintah Nobunaga heran. Ken memastikan apakah ia harus memasak untuk musuh?
“Benar. Kebanyakan dari mereka adalah petani. Lebih baik membuat masakan yang disukai petani,” jelas Nobunaga.
“Aku ingin perang berakhir secepatnya dengan kemampuan memasakku,” ujar Ken. Nobunaga sependapat dengan Ken.

Di medan perang, pasukan Nobunaga agak terdesak karena prajurit Azai dan Asakura sangat agresif dalam menyerang. Mori dan Toyotomi yang bertempur di medan perang merasa kewalahan menghadapinya. Namun saat mereka mendengar Ken sudah menerima tugas dari Nobunaga, keduanya bersemangat. Mereka gembira karena Ken sudah kembali.

Ken dibantu Natsu dan prajurit lainnya mempersiapkan semua keperluan memasak. Ken memberikan instruksi untuk membantunya memasak. Kaede memperhatikan Ken. Ia heran Ken benar-benar membuat masakan untuk musuh.

Anak buah Nobunaga melapor pasukan Azai dan Asakura telah menyerang markas Nobunaga. Sekutu Nobunaga mendesaknya untuk segera menyerang menggunakan kuda. Namun Nobunaga hanya diam.

Di dapur, Ken memperhatikan sekelilingnya. Ia tidak melihat tanda-tanda angin bertiup, namun dirinya tidak bisa menunggu lagi. Akhirnya ia memerintahkan para prajurit untuk memulai memasak. Ken masih berharap angin akan mulai berhembus.

Sementara itu, Nobunaga terus didesak oleh anak buahnya. Ia tidak mendengarkan apa yang diserukan orang-orang di sekelilingnya. Ia memejamkan mata dan berkonsentrasi mendengar hembusan angin. Akhirnya angin benar-benar berhembus. Panji-panji Nobunaga mulai bergerak ditiup angin. Ken dan Nobunaga gembira karena apa yang mereka tunggu sudah datang. “Baiklah Ken, biarkan prajurit Azai dan Asakura makan apa yang mereka inginkan!” teriak Nobunaga.

Bau daging yang dimasak Ken sampai ke medan perang. “Mengirimkan bau masakan ke medan perang?” tanya Kaede.
“Aku mengirimkan bau yakiniku ini,” kata Ken.
“Tunggu. Ini berbeda ketika musuh lapar di masa damai, tapi ini medan perang! Bahkan ketika mereka mencium baunya, apa yang akan kau lakukan?” tanya Kaede tidak mengerti maksud Ken.
“Benar. Inilah artinya karena saat ini medan perang yang aneh.”

Dibandingkan dengan tentara Oda yang merupakan tentara terlatih, mayoritas tentara Azai dan Asakura adalah petani. Mereka mungkin penuh semangat dan adrenalin saat ini namun pada kenyataannya mereka tidak memiliki kontrol diri. 

“Bagi para petani yang dilarang makan daging sapi dan daging kuda ketika bertani, hewan berbahaya seperti rusa dan babi hutan yang merusak pertanian berarti pesta. Jika mereka teringat memori karena bau masakan ini, nyeri akan terasa di tubuh mereka dan hati mereka akan ketakutan. Jika hal itu terjadi, mereka tidak akan bisa bergerak,” jelas Ken pada Kaede. Ia segera memerintahkan prajurit yang membantunya untuk memanggang semua daging yang mereka punya sebelum angin berubah arah.

Strategi Nobunaga berhasil. Banyak prajurit Azai dan Asakura yang mulai merasakan ketakutan dan merindukan rumah. Toyotomi memerintahkan pasukannya untuk mengejar dan menyerang pasukan musuh. Sementara itu, bala bantuan untuk pasukan Nobunaga juga datang.

Anak buah Azai Nagasama melaporkan kondisi pasukan mereka. Banyak pasukan mereka yang melarikan diri. Kemudian, mereka juga sudah terdesak di tiga sisi. Jalan mundur mereka akan terpotong. Nagasama marah mendengar laporan tersebut. Ia memerintahkan pasukannya untuk mundur.
“Poin taktik kali ini.. peperangan hati. Kamu pria yang mengerikan,” ujar Kaede pada Ken. Ken hanya tersenyum mendengar perkataan Kaede. Ia mengatakan jika taktik ini berasal dari Nobunaga. Kaede tetap bersikukuh dengan penilaiannya tentang Ken. Meskipun Nobunaga yang memiliki ide tersebut, namun yang melakukan eksekusinya tetap Ken.
“Aku hanya ingin banyak orang melarikan diri dan bertahan jika mereka dapat menghindari perang. Itu saja,” jawab Ken.

Pertempuran Anegawa pada akhirnya berubah menjadi kemenangan pasukan sekutu dari tentara Oda dan Tokugawa. Tapi itu tidak berarti Azai dan Asakura kehilangan semua kekuasaan mereka. Mereka melanjutkan perlawanan mereka setelah perang ini. 

Nobunaga memanggil Ken secara pribadi. Ia menanyakan pada Ken apakah ia sudah membayar kebaikan yang dilakukan Ichi padanya. Ken membenarkan. Ichi mengatakan padanya untuk menjaga kakaknya karena kakaknya kesepian. Nobunaga salah tingkah mendengar apa yang dikatakan Ken. Ia tidak terima dikatakan demikian. Ia bahkan mengancam apabila ada seorang berkata seperti yang dikatakan Ken, maka ia akan membunuhnya. Ia kemudian menyuruh Ken pergi. Sebelum Ken meninggalkan tempatnya, Nobunaga berterimakasih atas kembalinya Ken dan kerjanya yang bagus. Sebagai hadiah, ia memberikan sebuah rumah dan tanah pada Ken. Ken berterimakasih atas kemurahan hati Nobunaga. Nobunaga diam-diam tersenyum mendengar pujian dan ucapan terimakasih Ken.

Di saat yang sama, Nobunaga mengirimkan sepucuk surat untuk Ishiyama Hongan-ji.
Ishiyama membaca surat dari Nobunaga. Ia ditemani pelayannya yang menyuguhkan sebuah hidangan.
“Ini tidak baik. Nobunaga ingin mengosongkan kuil ini. Memang benar kuil ini adalah sebuah benteng alami, dilindungi oleh bukit-bukit dan sungai. Selain itu juga merupakan jalur lalu lintas yang penting. Bisa dimengerti keserakahan Nobunaga menginginkan tempat ini.”
Ishiyama kemudian meminta maaf pada pelayannya karena membuat ia mendengarkan cerita yang membosankan. Ishiyama kemudian memperhatikan hidangan yang diletakkan di depannya dan bertanya apakah rasanya manis pada pelayannya yang bernama Youko (yap, Youko… wanita misterius yang selalu muncul dalam ingatan Ken). “Ini bernama Chesnut Mont Blanc,” ujar Youko. Ishiyama mencicipi dan memuji masakannya.

Di kediaman Nobunaga, Yoshinari memastikan rencana Nobunaga untuk menjadikan Ishiyama Hongan-ji sebagai sasaran berikutnya. Nobunaga membenarkan. Ishiyama tidak bisa dianggap remeh. Ia adalah orang yang bisa mengendalikan ratusan ribu orang hanya dengan sepatah kata. Jika hal itu terjadi maka mereka akan menghadapi musuh yang jauh lebih kuat dibandingkan Azai dan Asakura atau yang lainnya. Untuk menghadapi tentara Ishiyama, Nobunaga memerintahkan Yoshinari untuk membeli senjata dan mesiu ke Sakai. Ia juga memerintahkan Ken untuk ikut serta. Jika Nayashu (kelompok pedagang kaya yang menguasai perdagangan dan kebijakan kota Sakai) tidak mau menjual semua perlengkapan yang mereka butuhkan pada Nobunaga, maka Ken harus mengambil alih tugas Yoshinari untuk membuat Nayashu menyerah dengan kemampuan memasaknya. Ken mengerti maksud Nobunaga.

Ken dan Natsu sudah bersiap berangkat. Keduanya membawa perlengkapan yang mereka gunakan nanti. Natsu heran, apa itu Nayashu? Ken menjelaskan Nayashu merupakan sistem pemerintahan di bidang ekonomi di mana para pedagang kaya berkumpul dan mengatur lalu lintas perdagangan serta menentukan kebijakan di kota Sakai. Mereka bahkan mungkin lebih berpengaruh dibandingkan daimyo lokal.

Sakai, tempat senjata api Jepang diproduksi. Kota tersebut merupakan pusaran uang karena adanya transaksi dengan Barat dan Ming (China). Kota Sakai dikelilingi parit, memberikan kesan yang sama seperti struktur benteng.

Yoshinari, Kaede, Ken dan Natsu sudah berada di depan gerbang masuk kota Sakai. Mereka dihentikan penjaga gerbang yang akan melaporkan kedatangan mereka pada penguasa. Natsu kagum dengan kota Sakai. Demikian juga dengan Ken. Ia bahkan bertanya pada Kaede sudah berapa kali Kaede mengunjungi Sakai. Kaede tidak mau menjawab pertanyaan Ken. Mendengar jawaban Kaede, Ken minta maaf. (Dalam perjalanan mereka kali ini, Kaede mengenakan kimono).

Dari dalam kota, seseorang mengintip mereka. Kemudian ia menyambut rombongan Yoshinari. Ken bertanya pada Kaede, siapa pria barusan? Kaede menjelaskan dia bernama Imai Soukyu, seorang pedagang mesiu dan senjata. Ia dijuluki pedagang kematian. Ken heran dengan julukan Imai-dono. Setelah bercakap-cakap dengan Imai Soukyu, Yoshinari mengajak rombongannya melanjutkan perjalanan. Imai Soukyu melirik Kaede dan tersenyum menyeringai melihatnya. Kaede mengerti maksud lirikan Imai-dono. Ia berjalan maju menghampiri Imai-dono. Imai-dono kemudian mendekati Kaede dan memuji Kaede sambil tangannya mulai bergerak ke tempat yang tidak seharusnya. Melihat perbuatan Imai-dono pada Kaede membuat Ken mengerti mengapa Kaede mengenakan kimono dalam perjalanan mereka kali ini. Ia akan menggunakan teknik rayuan untuk memperoleh informasi di pelabuhan perdagangan internasional.

Yoshinari dan Ken menemui Imai Soukyu. Yoshinari menjelaskan maksud kedatangannya ke Sakai untuk membeli semua senjata dan mesiu yang ada. Imai-dono menolak halus permintaan Yoshinari untuk menjual semua senjata yang ada di Sakai pada Nobunaga. Ia bahkan berkata banyak orang yang berada di dalam Nayashu membenci Nobunaga. Ia kemudian secara tersirat meminta Yoshinari untuk membuat makanan yang lezat luar biasa sebagai syarat untuk meluluskan permintaan klan Oda. Mendengar permintaan Imai-dono, Ken menyanggupi dan berjanji akan membuat sebuah makanan lezat asalkan mereka mau menjual senjata pada Nobunaga, sebab dirinya seorang koki. “Saya akan membuat setiap permintaan dan membujuk mereka (Nayashu) dengan rasa,” ujar Ken mantap. Imai-dono tidak percaya dengan kemampuan Ken. Ia merendahkan Ken yang dianggapnya tidak bisa memasak sesuai selera Nayashu. Yoshinari memohon pada Imai-dono untuk memberikan kesempatan pada Ken agar membuat masakan yang bisa digunakan untuk membujuk para anggota Nayashu. Ia memperkenalkan Ken sebagai seorang juru masak yang terampil.

Tiba-tiba muncul seorang lain yang menyetujui permintaan Ken dan Yoshinari. Imai-dono kaget melihat Soeki-han berada di sana. Soeki tidak menanggapi pertanyaan Imai-dono. Ia tertarik dengan apa yang dikatakan Ken. Ia kemudian meminta pada Ken untuk dibuatkan beberapa paon. Imai-dono masih merendahkan Ken. Ia bahkan mengejek Ken dengan sebutan monyet gunung dan mengatakan Ken pasti tidak tahu apa itu paon. “Jika Anda dapat membuat paon sama dengan padre, aku akan memberikan semua senjata di Sakai. Dalam nayashu, aku adalah orang yang menjelaskan situasi,” terang Soeki-han. Ken berfikir paon berasal dari bahasa Portugis yang berarti roti. Ken segera memutar otaknya. Untuk membuat roti diperlukan ragi. Ia berfikir dapat membuat ragi dari sake daun bawang. Setelah menemukan jalan keluar, Ken menyanggupi permintaan Soeki-han.

Sesudah berada di luar, Yoshinari menjelaskan pada Ken pentingnya senjata bagi mereka. Peperangan dengan Ishiyama Hongan-ji membutuhkan banyak senjata. Perang diantara keduanya akan segera dimulai.

Di dalam rumah, Imai berterimakasih pada Soeki yang telah membantunya. Ia optimis Ken tidak dapat membuat paon yang artinya mereka tidak perlu menjual senjata pada Nobunaga tanpa harus menolak secara langsung keinginan Nobunaga.

Sementara itu, Nobunaga sudah mulai mempersiapkan pasukannya untuk bersiap memulai pertempuran melawan Ishiyama Hongan-ji.

Ishiyama Hongan-ji berkata pada Youko bahwa Nobunaga sudah memerintahkan orang-orangnya mengunjungi Sakai untuk membeli senjata. Tujuan Nobunaga menambah tentara adalah untuk menyerang kuil mereka. Ishiyama memastikan perkataannya pada Youko. “Apapun rencana yang dibuat Nobunaga, Ishiyama Hongan-ji tidak akan jatuh. Sepanjang kau ada di sisiku,” ucap Ishiyama.

Di tempat lain, Kaede selesai menjalankan tugasnya melayani Imai Soukyu. Meskipun Imai merayunya, Kaede tetap dingin pada Imai. Kaede justru teringat perlakuan Ken padanya. Imai-dono menduga Ken lah penyebab Kaede bersikap dingin padanya.

Natsu menyelesaikan membuat oven saat Ken datang. Ia segera menyambut Ken dan menunjukkan oven yang sudah selesai dibuatnya. Namun melihat wajah Ken yang kusut, Natsu menduga Ken mendapat masalah. Ken berkata dia mendapatkan gandum namun para pedagang tidak menjual ampas sake yang akan digunakan sebagai ragi. Natsu berjanji pada Ken untuk menemukan pedagang yang menjual ragi. Kaede yang baru saja datang menimpali ucapan Natsu. Ia berkata Imai sudah memberitahu para pedagang untuk tidak menjual apapun pada klan Oda. Jika memang mereka membutuhkannya, tidak ada jalan lain selain mencurinya. Kaede menawarkan untuk mencurinya jika Ken menyetujuinya. Natsu ikut membujuk Ken agar menyetujui ide Kaede, namun Ken menolaknya. Ia berterimakasih pada Kaede atas informasinya dan akan berusaha mencari jalan lain.

Nobunaga cemas menunggu kabar dari Sakai. Ia bertanya-tanya apa yang Ken lakukan di sana? Dia pasti akan terlambat saat pertempuran dengan Ishiyama Hongan-ji.

Ken mencari bahan untuk membuat ragi ke pasar. Natsu bahkan harus berlari-lari mengejar Ken. Ken akhirnya menemukan tempat yang ia cari, tumpukan sayuran dan buah yang sudah dibuang. Natsu memarahi Ken yang mengaduk-aduk sampah. Ken membela diri, ia mencari sesuatu yang mengeluarkan bau manis. Meskipun kesal dan jijik, Natsu tetap berusaha membantu Ken mencari. Akhirnya Natsu berhasil menemukan sesuatu yang berbau manis, pisang yang sudah terlalu matang (owalah Ken, klo nyari pisang mah di sini aja banyak. Ayo ke Indonesia, hehehe).

Tiga hari kemudian, semua bahan-bahan yang akan diperlukan telah siap. Yoshinari mengambil kulitnya dan menanyakan pada Ken, apakah benda itu yang Ken ambil beberapa hari yang lalu?
“Ya, ini mungkin diimpor dari Asia Tenggara. Ini adalah buah yang disebut pisang,” jelas Ken.
“Pisang?”
“Kulit pisang digunakan untuk pewarna kunin tapi ternyata berwarna hitam karena matang. Mereka mungkin membuangnya karena mereka pikir itu busuk.”

Berbicara tentang pisang, dikatakan orang pertama yang makan pisang di Jepang adalah Oda Nobunaga. 

 

“Pisang memiliki kekuatan fermentasi kuat dan karena itu mereka menggunakannya untuk membuat sake di tempat yang disebut Afrika. Mereka menghancurkan pisang ini, mencampurnya dengan air dan membiarkan fermentasi selama tiga hari dan tenyata menjadi ragi alami.”
“Ragi? Anda menggunakan tiga hari untuk membuat ini?” tanya Yoshinari.
Ken membenarkan. Ia kemudian mengajak Natsu untuk mulai membuat paon.
“Pertama masukkan gandum dan jus pisang dalam mangkuk besar, campur dan uleni. Tutup dengan kain dan biarkan terfermentasi. Tunggu beberapa saat.”
Setelah beberapa saat, Ken membuka adonan yang tadi sudah ditutup. Natsu dan Yoshinari heran bercampur kagum melihat adonannya mengembang. Ken kemudian mulai memanggangnya.

Paon yang diminta para Nayashu sudah siap dihidangkan. Ken menghadap nayashu dan membawa paon yang dijanjikannya. Ia kemudian mempersilahkan nayashu untuk menikmati paon buatannya. Imai-dono masih meremehkan Ken. Para nayashu lain mulai membuka meja yang tersedia dihadapan mereka. Mereka kagum melihat paon buatan Ken. Melihat rekan-rekannya kagum, Imai-dono akhirnya terprovokasi membuka mejanya. Ia kagum melihat paon buatan Ken, yang mirip dengan aslinya. Natsu menambahkan, bukan hanya mirip paon namun rasanya benar-benar paon. Ken mempersilahkan nayashu untuk menikmati paon mereka.

Imai-dono mulai mencicipi paonnya. Ia merasakan kelembutan paon buatan Ken. Soeki-han mulai mencium aromanya sebelum mencicipi paonnya. Sedang nayashu lain juga mencoba paon mereka. Mereka semua sangat takjub dan memuji paon buatan Ken. Natsu gembira melihat ekspresi nayashu. Ken menoleh ke arah Yoshinari dan Yoshinari terlihat puas dengan kerja keras Ken.

Imai-dono menikmati paonnya. Tiba-tiba, dirinya teringat untuk menolak permintaan Nobunaga. Ia berdiri dan mengatakan paon buatan Ken memang enak, namun tidak sama dengan paon dari Padre. Soeki-han memotong perkataan Imai-dono. Ia mengatakan dengan tegas bahwa paon buatan Ken sama dengan Padre. Imai-dono berusaha menghentikan Soeki-han.
“Saya dengar paon berarti tubuh. Anda bisa mengatakan paon adalah makanan yang sama pentingnya dengan beras seperti kita. Lezat ya lezat. Tidak ada gunanya berbohong.”
“Ini sama dengan yang kita miliki dari Padre,” teriak salah satu nayashu.
“Sama, namun yang satu ini lebih enak,” ujar yang lain.


Semua nayashu menyetujui apa yang dikatakan Soeki. Ken menduga bahwa Soeki-han adalah Sen no Rikyuu. Melihat respon nayashu lainnya, Imai-dono kalah. Ia akhirnya menyetujui untuk menjual semua senjata dan bubuk mesiu di Sakai pada klan Oda. Yoshinari, Ken dan Natsu berterimakasih pada mereka semua.

 

“Aku bertanya-tanya apa yang akan terjadi, tapi kau menakjubkan hingga akhir,” puji Natsu pada Ken.
“Kau pernah berkata tidak apa-apa untuk menyerah bagimu,” kata Ken.
“Apa aku mengatakan itu?” tanya Natsu.
“Karena itu aku pikir mari kita coba sekali lagi. Aku melakukan yang terbaik karena ada Natsu-san,” jawab Ken.
“Apa yang tiba-tiba kau katakan?” tanya Natsu malu.
“Oyakata-sama memberiku rumah dan tanah. Jadi maukah kamu tinggal bersama denganku?” tanya Ken.
Natsu kaget mendengar permintaan Ken. Ia tidak bisa segera menjawabnya. Ken mengerti dan tidak buru-buru ingin mendengar jawaban Natsu. Ia ingin Natsu memikirkannya terlebih dahulu. Natsu setuju untuk memikirkannya lebih dulu. Setelah mengatakan hal itu, keduanya menjadi canggung satu sama lain. Ken kemudian mengajak Natsu kembali pada Yoshinari. Tanpa mereka tahu, diam-diam Kaede mendengarkan pembicaraan mereka. Ia bergegas pergi saat Ken dan Natsu kembali pada Yoshinari.

Ishiyama Hongan-ji mendengar klan Oda berhasil membeli senjata dan bubuk mesiu. Ia menceritakannya pada Youko. Dan juga keberhasilan Nobunaga kali ini berkat kokinya. Youko heran, koki? Ishiyama berkata koki Nobunaga membuat makanan aneh yang tidak berasal dari dunia mereka saat ini. Ia mengatakan koki Nobunaga bernama Ken. Youko terlihat kaget mendengar nama Ken disebut Ishiyama.

Kaede mendapatkan pujian dari Nobunaga. Nobunaga kemudian meminta anak buahnya bersiap menyerang Ishiyama Hongan-ji setelah senjata dan perlengkapan mereka telah tersedia. Semuanya mengiyakan perintah Nobunaga.

^^ Bersambung.. ^^

Kenapa Youko juga mengalami perjalanan ke masa lalu ya? Apa dia juga hilang ingatan seperti Ken? Sepertinya tidak. Ishiyama Hongan-ji juga sepertinya tahu identitas Youko yang berasal dari masa depan. Ia selalu berbicara pada Youko apapun yang ia hadapi seolah-olah Youko mengetahui semua yang akan terjadi dimasa depan. Sementara Ken, sepertinya ia sudah jatuh hati pada Natsu. Sweet banget dengar Ken mengajak Natsu hidup bersama dengannya. Apakah Natsu bersedia? Tapi di episode selanjutnya, Ken bertemu dengan Youko. Lalu bagaimana hubungan mereka bertiga selanjutnya? Tunggu sinopsisnya yaaaa…..

Thanks to D-addicts & doramax264
Written by Yohana [FB | Twitter]
Image by Ari [Twitter | G+]
Only posted on pelangidrama.net
DON’T REPOST TO OTHER SITE!!
Please be patient!!! don’t ask next episode! OK!

4 pemikiran pada “[Sinopsis J-Drama] Nobunaga no Chef episode 6

  1. hebat ya nobunaga orang pertama kali makan pisang, di jepang mungkin susah, coba di indonesia banyak ntu kwkwkwk

    Kaede manis kalau pakai kimono hihihi, aneh juga ya kok Youko bisa timeslip juga hihihi, cemungud Yo tinggal 3 episode lg ni kita wkwkkw

    Suka

Tinggalkan komentar